..
"Udah Ndak pedes lagi kan Bun?" Tanya Radi pada Zahra
Zahra mengangguk dengan sedikit senyumannya,
"Sekali lagi maafin ayah ya" ucap Radi pada Zahra
Zahra kembali mengangguk,
"Iya ayah, Ndak apa2"
°°
Setelah selesai menikmati nasi goreng,
"Bunda" panggil Zahira pada ibunya
Zahra mengalihkan pandangannya ke arah Zahira
"Iya sayang?"
"Di SMP Ara ada piala yang dibawahnya tertanda ada nama yang sama persis dengan nama Bunda" ucap Zahira pada ibunya tiba
Di ketahui bahwa SMP Zahira saat ini sama dengan SMP ibunya dulu
Namun sedari awal, Zahra belum memberitahukannya kepada sang putri karena suatu alasan
Mendengar hal itu Zahra mengalihkan pandangannya ke arah Radi sekilas
Radi juga nampak bingung dengan ucapan Zahira
"Eh, m'mungkin-- itu cuma kebetulan Ara" balas Zahra nampak gugup
"B'bunda kan Ndak mungkin sepintar itu Ara, sampai2 bunda juga mendapatkan piala yang Ara ceritakan tadi, Bunda itu--- cuma ibu nya Ara dan ndak lebih" balas Zahra, ia nampak menjelaskan dengan gugup
"Tapi Bunda, kata Guru Ara waktu Ara tanya tentang piala itu, itu adalah satu-satunya piala istimewa yang dimiliki SMP Ara, dan belum ada murid yang bisa meraihnya lagi"
"Ara jadi tertantang buat meraihnya untuk kedua kalinya di ajang nanti" jelas Zahira
Radi mengusap2 rambut Zahira,
"Jadi Ara pengen kayak murid yang dapat piala itu ya?" Tanya Radi pada putrinya
Zahira mengangguk girang,
"Iya Ayah"
"Soalnya Ara dipilih sama Guru Ara buat wakilin SMP Ara"
"Dan ajang nya sama seperti yang tertulis di piala itu, cerdas cermat bahasa Indonesia" balas Zahira lagi
Radi tersenyum ke arah putrinya, ia sedikit mengalihkan pandangannya ke arah Zahra dan kembali mengalihkan pandangannya ke arah putrinya,
"Wah, Kalo begitu Ara harus yakin kalo Ara bisa mengalahkan murid yang pernah dapat piala itu, atau minimal menyamai prestasi dia" jelas Radi lagi
Mendengar hal itu Zahra pun tersenyum,
"Bunda juga yakin Ara bisa"
"Ara kan anak Bunda sama ayah" ucap Zahra pada Zahira
"Semangat ya sayang" tambah Zahra
Zahira mengangguk girang,
"Iya Bunda, terimakasih" balas Zahira
°°
(Flash Back Pagi tadi Disekolah Zahira)
Ia mendapatkan Kesempatan untuk mewakili SMP di ajang kompetisi cerdas cermat bahasa Indonesia,
Sang guru memperlihatkan piala yang pernah diraih oleh salah satu siswi terbaik di masa nya dulu
"Piala ini adalah piala yang dimiliki oleh mantan salah satu siswa kami dulu"
"Zahira, dia bisa menjawab 98 soal dari 100 soal yang di berikan oleh Juri waktu itu"
"Mungkin itu udah lama, ibu mengingat pasti karena waktu itu ibu yang menemani dia bertanding" jelas Guru Zahira pada Zahira
Zahira mengangguk mengerti,
Tak lama ia kemudian berpikir,
Kenapa namanya mirip sama Bunda ya?
Apa jangan-jangan??
Ah bukan!
Masa iya Bunda dulu sekolah sini sih
Gumam Zahira
°°
Karena hari sudah malam, Zahira pun memasuki kamarnya dan tertidur
Zahra sedikit mengintip Zahira melewati sela2 pintu, nampak sang putri sudah tertidur pulas di kamarnya
"Bunda" panggil Radi pada Zahra
"Eh, A'ayah" Zahra menoleh ke arah Radi
Radi menatap Zahra,
"Ayah penasaran sama bunda" ucap Radi tiba2
Zahra mengerutkan keningnya ke arah Radi,
"Ayah-- penasaran apa sama Bunda?"
"Ayah penasaran, Apa yang dikatakan Sama Zahira tadi benar---
"Murid yang berhasil menjawab 98 dari 100 pertanyaan itu-- Bunda sendiri?" Tanya Radi pada Zahra
Mau tidak mau Zahra pun mengangguk, karena itu memang benar dirinya,
"Em, i'iya itu bunda, tapi-- jangan bilang sama Zahira dulu" balas Zahra
Radi sedikit tersenyum,
Ia mengusap dagu Zahra
"Iya deh iya"
"Bunda pintar juga bisa dapet piala itu, ayah jadi makin kagum sama Bunda" ucap Radi pada Zahra
Mendengar ucapan Radi, Zahra pun langsung menyilangkan kedua tangannya,
"Mas lupa ya kalo mas yang ngalahin Adek di ranking paralel SMA? Adek harus susah payah belajar tapi Mas yang dapat, agak kesal juga sih dulu" Balas Zahra pada Radi
Mendengar hal itu Radi sedikit tersenyum, ia mengusap2 rambut Zahra lembut,
"Ya Allah Adek ini"
"Kalo dulu mas tau kalo adek bakal jadi istri mas di masa depan"
"Mas bakal ngalah sama adek kok, pokoknya demi Adek deh" balas Radi pada Zahra
Zahra sedikit terkekeh, memeluk Radi,
"Hehe, Ndak kok mas, adek becanda tadi"
"Mas memang pantas dapat itu"
Radi pun membalas pelukan Zahra,
Zahra seperti memanyunkan bibirnya ke arah Radi,
"Cium" Pinta Radi pada Zahra
Radi mengangguk senyum,
Dan mencium bibir Zahra,
Cup!
Setelah obrolan tadi, Zahra dan Radi pun memasuki kamarnya
Zahra duduk di atas Ranjang, sementara Radi masih berdiri sembari melepaskan baju nya, karena ia kegerahan
Radi juga menghidupkan kipas angin yang berada di dekatnya
"Apa mungkin kita harus jujur sama Zahira ya Bun, siapa kita dulu dan kenapa Zahira hanya satu kali bertemu dengan kakek sama neneknya, itupun saat dia lagi sakit dulu, dan saat itu dia setengah Ndak sadar waktu di jenguk" jelas Radi pada Zahra
Zahra menghela nafas,
"Iya juga ya"
"Bunda juga Kasihan lihat dia"
"Lambat laun juga pasti tau siapa ayah dan ibunya di masa lalu"
"Kita bisa membuat usaha sebesar ini, tapi siapa sangka kita berdua Ndak punya ijazah SMA"
Radi mengangguk mengerti,
Ia duduk di sebelah Zahra,
Radi menoleh ke arah Zahra
"Kita istirahat dulu"
"Bunda juga jangan memikirkan yang berat2 dulu, kasian calon anak ayah yang kedua ini" ucap Radi lembut pada Zahra
Zahra tersenyum ke arah Radi, dan mengangguk mengerti,
"Iya"
"Yah"
"Iya? Kenapa Bun?"
"Kalo menurut ayah, calon anak kedua kita ini laki2 atau perempuan ya?" Tanya Zahra pada Radi
Radi seperti berpikir,
"Em, apa ya?"
"Kalo menurut ayah sih perempuan lagi" balas Radi
"Kalo menurut bunda apa?" Tanya Radi balik
"Kalo menurut bunda laki2" balas Zahra
Radi mengangguk senyum,
"Boleh juga"
"Yang penting sehat, dan persalinannya juga lancar"
"Untuk biaya persalinan bunda jangan khawatir, Ayah udah nyiapin semuanya"
"Kali ini Ndak bakal keteteran kayak bunda lahiran anak pertama dulu" jelas Radi pada Zahra
Zahra mengangguk mengerti,
"Iya, Bunda serahkan semua ke ayah" Balas Zahra
Setelah itu,
Zahra dan Radi pun merebahkan tubuhnya dia atas ranjang empuk milik mereka berdua
Dan ketika baru beberapa saat mereka memejamkan kedua matanya
Tiba2 Zahra mengerjapkan kedua matanya, dan ia kembali membangunkan Radi
"Mas"
"Mas"
"Bangun!" Pinta Zahra pada Radi untuk segera bangun
Radi mengerjapkan kedua matanya,
"Iya Dek? Ada apa?"
"Adek pengen pipis" balas Zahra
"Eh, Y'yaudah, Adek ke kamar mandi aja" balas Radi
"Takut mas, gelap" balas Zahra lagi
"Kalo Adek takut gelap ya di nyala'in dek lampunya" balas Radi balik
"Takut sendirian"
"Mas ndak mau antar?"
"Bentar doang ko Mas" pinta Zahra lagi dengan nada merengek
Radi menghela nafas, dan mengangguk senyum,
"Iya"
"Yuk mas antar"
Radi pun mengantar Zahra ke kamar mandi,
Lampu dapur yang sudah Radi matikan tadi, ia nyalakan kembali
Ctik!
"Nih nyala" ucap Radi pada Zahra
Zahra menyipitkan matanya ke arah Radi,
"Ya nyala lah, Yang bilang saklar nya putus siapa mas"
"Hehe"
"Bisa aja kamu dek" balas Radi
"Yaudah Adek mau masuk ke kamar mandi dulu" ucap Zahra pada Radi
Radi mengangguk,
"Iya"
"Mau dibantu nyalain lampu di dalam Ndak?" Bisik Radi di telinga Zahra
"Eh, N'ndak perlu ko mas"
"Adek bisa nyalain sendiri" balas Zahra agak gugup
Radi kembali mengangguk senyum,
"Iya deh, kirain adek mau"
°°
Next
Ada komentar?