BROTHER BUT MARRIAGE "BBM" [S...

IndahTriFadillah

7M 654K 127K

Dia Kayla Lavanya Ainsley, sosok gadis remaja berusia 18 tahun yang harus terpaksa menikah dengan Rakadenza Z... Еще

CAST
TRAILER
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30 •SPECIAL•
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 61
Extra Chap 1
Extra Chap 2
Extra Chap 3
Pengumuman: Sequel?
Penting!!
INFO PENTING BBM
INFO PO BBM
VOTE COVER+GIVE AWAY
GIVEAWAY & PAKET NOVEL
Extra chap 4
GIVE AWAY & PO KE-2 BBM
PAKET SEPECIAL PO KE 2 BBM
New Story "LANGIT FAVORIT ARTHUR"

Chapter 60

136K 10.7K 1.4K
IndahTriFadillah


Jangan lupa spam komen yaa!!
Vote dulu biar gak lupa, oke^^

Buat yang belum follow aku, ayo buruan follow dulu biar gak ketinggalan informasi cerita ini di wall:)

Suka sama ceritanya? Jangan lupa bantu share yaa❤❤

Hal sederhana yang bikin kalian bahagia?

Belajar dari kesalahan masa lalu adalah proses dewasa yang sebenarnya bukan? 

~Rakadenza Zayn Heiden~







Suasana ruang keluarga begitu hening saat seseorang dari masa lalu baru saja pulang setelah menemui Raka dan Kayla. Tidak ada yang pernah menduga jika Brandon serta istrinya Gea datang berkunjung ke rumah sekedar berbincang mengungkapkan kalimat maaf dan terimakasih.

"Jadi kamu udah tau soal keadaan Brandon?" Tanya Raka membuka suara.

Kayla melirik ke arah pintu kamar tepat dimana anak-anaknya tengah tertidur lelap. Dia ingin berjaga-jaga agar Eza dan Eca tidak mendengar percakapan kedua orang tuanya yang akan kembali menyinggung masa lalu.

"Seperti yang tadi Gea dan Brandon bilang. Aku rasa kamu gak butuh penjelasan yang lebih rinci lagi" Tegas Kayla.

Rasanya sungguh membuang-buang waktu jika harus membahas masa lalu tentang dirinya dengan Brandon yang hanya akan membuka kenangan buruk di hidupnya.

"Kapan kamu tau soal itu?"

"Awal pertemuan aku dengan Beby dan Sella. Mereka yang kasih tau aku soal Brandon yang dirawat di rumah sakit jiwa dan permintaan Gea yang menginginkan aku menemui suaminya" Kayla menunduk sejenak memantapkan hati untuk sedikit menjelaskan.

"Dua hari setelah dokter menyatakan kamu koma, aku pergi ke makam Mamah dan menemui Brandon di rumah sakit jiwa"

Kini kedua insan itu sama-sama mengingat kembali kilasan masa lalu. Tidak ada yang menginginkan hal menyakitkan itu terjadi dulu, namun Tuhan punya rencana dibalik setiap peristiwa yang menimpa makhluk ciptaannya bukan?

"Kenapa harus, Kay? Luka yang aku dan Brandon kasih ke kamu bahkan pasti belum benar-benar sembuh" Raka tidak mengerti mengapa Kayla bisa sebaik ini. "A-aku...."

"Gak ada alasan untuk berhenti jadi baik walau gak diperlakukan baik" Sela Kayla. "Gea lagi mengandung, pasti sulit harus menjalani masa kehamilan sendiri tanpa suami karena aku pernah di posisi itu. Kesembuhan Brandon adalah hal yang paling dia inginkan"

Merasa sedikit tersindir dengan ucapan Kayla yang begitu menusuk Raka memilih menunduk. "Aku jahat banget ya, Kay"

"Gak bisa sepenuhnya menyalahkan kamu, karena ada campur tangan Tuhan dalam luka yang kamu tinggalkan di hidup aku. Ini yang namanya takdir" Kayla menarik nafas dalam kemudian menghembuskan nya perlahan. Dia hanya sedang mencoba mengikhlaskan segalanya yang sudah terjadi.

"Kamu tau kenapa kamu masih dikasih kesempatan hidup setelah sebelumnya hampir pergi?" Tanya Kayla.

Raka mengangkat pandangannya menatap Kayla. "Karena masih banyak hal yang harus aku perbaiki. Tuhan mau aku jadi orang yang lebih baik dulu sebelum akhirnya benar-benar balik ke Dia, kan?"

"Bisa bijak juga ternyata ya kamu" Kayla sedikit terkekeh. Melihat wajah Raka yang begitu memelas dan serius membuatnya sulit menahan tawa.

Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun Raka berhasil membuat senyum indah terukir di wajah Kayla. Mata lelaki itu memanas merasa sangat terharu dan bahagia bisa menjadi alasan Kayla tertawa.

"Jaga senyumnya, Kay"

Kalimat lirih yang terdengar pelan itu terlontar begitu saja dari mulut Raka membuat Kayla tertegun menatap sang mantan suami dengan alis menyatu. "Kamu bicara sesuatu?"

"E-enggak, aku gak bicara apapun. Kamu salah denger mungkin" Elak Raka.

Tidak ingin terlalu pusing memikirkan hal itu Kayla hanya mengangguk. "Aku ke kamar dulu bangunin anak-anak. Udah malem kami harus balik"

"Kenapa gak bermalam disini aja? Kasian mereka pasti tidurnya keganggu kalau kamu bangunin"

"Gak enak sama tetangga, kita udah bukan lagi sepasang suami istri"

"Sejak kapan Kayla yang aku kenal terlalu mikirin penilaian orang?" Raka tertawa pelan. Sepertinya Kayla melupakan sesuatu, pikirnya.

"Kamu lupa dulu waktu aku suruh kamu lanjut kuliah biar gak dipandang rendah, tapi kamu nolak? Dan kamu bilang hidup gak harus selalu tentang penilaian orang selagi kita gak melakukan hal yang jahat, kotor, ataupun merugikan orang lain"

"Dan kamu masih inget hal itu?" Tanya Kayla tidak percaya.

"Why not? Itu juga ilmu buat aku" Raka beranjak berdiri meraih beberapa gelas kosong di atas nampan. "Kamu bisa tidur di kamar bareng anak-anak. Biar gelas ini aku aja yang cuci"

"Enggak, kamu belum bener-bener pulih"

"Ngelakuin aktivitas juga dibutuhkan dalam proses pemulihan. Kalau tidur terus badan aku makin lemes, Kay"

"Beneran?" Tanya Kayla ragu. Pasalnya selama menjalani rumah tangga dulu jarang sekali Raka berhasil mengerjakan pekerjaan rumah. Jika tidak piring yang pecah, maka makanan hasil masakannya yang gosong.

"Bukan suami idaman ya? Aku tau isi pikiran kamu" Kekeh Raka membuat mata Kayla sedikit membulat lebar terkejut. "Setidaknya selama kamu pergi aku latihan dan berusaha untuk mandiri. Jadi hal kayak gini udah biasa aku lakuin"

Raka hendak melangkah pergi, namun sebelum berhasil melangkah ada sesuatu yang mengganjal penglihatannya. Ia berbalik badan menatap Kayla dengan raut cemas.

"Kay, kamu sakit?" Tanya Raka khawatir mendekati Kayla.

Yang ditanya hanya menggeleng pelan. "Enggak, siapa yang sakit?"

"Itu wajah kamu pucet" Disaat seperti ini bahkan Kayla masih sempat menyembunyikan rasa sakitnya. "Istirahat sana. Buruan" Titah Raka tegas tidak ingin dibantah.

"Iya" Balas Kayla singkat mengangguk patuh lalu melangkah ke kamar.

Sejujurnya dia memang merasakan denyutan di kepalanya yang ia tahan sejak tadi. Mungkin akibat kelelahan dan kurang tidur selama menjaga Raka di rumah sakit. Atau mungkin juga karena ada sesuatu yang sejak tadi tidak berhenti menghilang dari kepalanya. Kayla benar-benar pusing saat ini.

Setibanya di kamar wanita itu duduk di pinggir ranjang mengelus puncak kepala Eza dan Eca bergantian yang terlihat menggeliat pelan merasakan elusannya. Setiap kali Kayla hendak mengeluh lelah pada kehidupan dan takdir nya anak-anak nya selalu menghapus rasa lelah itu dan membuat semangat Kayla kembali lagi untuk menjalani hidup.

Ting

Suara pesan masuk pada ponsel di sakunya membuat Kayla bergerak melihat isi pesan.

Sudah jalan sebulan lebih, dimana janji kamu yang mengatakan akan melunasi uang kontrakan bulan lalu?

Melihat pesan masuk dari si pemilik kontrakan membuat Kayla memijat pangkal hidungnya saat rasa sakit di kepalanya semakin berdenyut hebat. Hal ini yang sejak tadi membuatnya gelisah tidak tenang.

Tadi saya ke rumah untuk menagih, tapi kamu tidak ada. Kalau sampai besok kamu masih belum melunasi nya lebih baik angkat kaki dan pergi. Masih banyak orang yang mau menempati kontrakan itu dan membayarnya tepat waktu.

Cukup sampai disana mata Kayla memanas. Dia benar-benar lelah berpura-pura tegar dan kuat. Saat ini titik terendahnya tengah ia rasakan. Air matanya tanpa sadar sudah berlomba mengalir di pipi. Disaat seperti ini Kayla pasti selalu teringat dengan Mamahnya.

"Kayla boleh ngeluh capek gak sih, Mah? Kayla gak sekuat Mamah yang bisa hidup mandiri dan membesarkan Kayla sendiri" Isaknya pelan.

"Mamah selalu ngajarin Kayla banyak hal. Dari mulai cara masak, menghormati suami, bersabar saat mendapat ujian hidup. Tapi Mamah lupa ngajarin Kayla caranya hidup tanpa Mamah"

Isak tangis itu terdengar semakin pilu dan lirih memelan. Kayla bergerak berbaring bergabung bersama si kembar di atas ranjang dengan tangisnya yang mulai mereda. Ia memejamkan mata tanpa tau jika seseorang dibalik pintu sejak tadi tidak sengaja mendengar ucapannya yang menyayat hati.

Setetes air mata ikut tumpah saat tau jika kehidupan menyakitkan Kayla belum sepenuhnya berakhir. Wanita itu masih butuh perlindungan dan dukungan penuh orang-orang disekitarnya.



°°°°°


"Mamah berangkat duluan ya, Ka. Hari ini kamu jangan terlambat ke kantor buat pengenalan diri sebagai CEO baru di perusahaan" Peringat Vania berjalan terburu-buru keluar rumah. "Jangan lupa juga bangunin Kayla dan anak-anak buat sarapan" Sambungnya berteriak.

Raka yang sejak tadi sibuk memasang dasi hanya bisa menghela nafas jengah. Mamahnya sudah mengatakan hal itu berkali-kali sejak mereka sarapan bersama di ruang makan.

"PAPAH! HIDUNG MAMAH BELDALAH!!"

Teriakan itu mengejutkan Raka hingga lelaki itu menghentikan kegiatannya. Raka segera berlari ke kemar Kayla dan si kembar untuk memeriksa.

Setelah pintu terbuka mata Raka membulat lebar melihat Eca dan Eza sama-sama menangis memeluk Kayla yang terbaring pucat di atas ranjang.

"J-jangan nangis sayang... Bunda baik-baik aja" Lirih Kayla mengelus pipi anak-anaknya lembut.

"Bunda bohong!" Seru Eca. "Kalau Bunda baik kenapa hidung Bunda beldalah?"

Raka meraih tisu di atas nakas lalu mendekat ke ranjang berniat membersihkan darah yang mengalir di hidung Kayla. Eza dan Eca yang mengerti ikut menyingkir duduk di sisi lain Kayla agar Raka mendapat ruang untuk menangani Bunda mereka.

"Kenapa bisa sampai kayak gini? Kamu pasti kecapean" Ucap Raka dengan nada terselip rasa khawatir di sana.

"Aku cuma lagi gak enak badan, Ka. Gak–"

"Jangan bohong, Kay!" Marah Raka. "Kalau lagi gak baik-baik aja apa susahnya jujur? Kita pernah hidup bersama selama bertahun-tahun. Semua yang terjadi sama kamu termasuk kebiasaan kamu aku bisa tau"

Keadaan menghening saat ucapan amarah Raka mengisi ruang kamar. Eza dan Eca hanya mampu melihat perdebatan kecil kedua orang tuanya dengan mata yang masih berkaca-kaca khawatir pada kondisi Kayla.

"Kalian jaga Bunda dulu. Papah mau ambil obat dan handuk buat Bunda" Titah Raka yang mendapat anggukan dari si kembar.

Lelaki itu terburu-buru mengambil segala keperluan yang dibutuhkan. Dia melupakan janjinya pada sang Mamah jika hari ini adalah hari penting dimana Raka akan diperkenalkan sebagai CEO baru pada karyawan dan kolega bisnis di kantor.

Persetan sama acara itu, Kayla lebih penting. Ucap Raka dalam hati.

Sesampainya di kamar Raka langsung membantu Kayla duduk bersandar pada kepala ranjang. "Sebelum minum obat baiknya sarapan dulu. Kamu dan anak-anak belum pada sarapan jadi makanan nya aku bawain ke sini"

Dengan begitu lihai Raka membantu menyuapi Kayla dan si kembar bergantian. Mengurus ketiga orang yang menjadi separuh hidupnya penuh dengan perhatian dan kelembutan.

"Papah lagi, ayam goleng nya enak!" Pinta Eca tidak sabaran.

"Iya sabar ya, Papah suapin Bunda dulu" Setelah menyuapi Kayla Raka beralih menyuapi anak-anak nya yang sibuk mengunyah.

Kegiatan ini begitu merepotkan, namun Raka melakukannya penuh dengan semangat dan rasa bahagia yang sulit digambarkan. "Enak?" Tanyanya pada si kembar.

"Enak, Pah! Kita balu hali ini bisa makan Ayam goleng. Biasanya kalau minta sama Bunda pasti Bunda selalu bilang gak punya uang buat beli Ayam" Ujar Eca jujur.

"Iya, Pah. Besok beliin kita Ayam lagi ya?" Timpal Eza bersemangat yang mendapat anggukan dari Raka.

Mata Raka melirik ke arah Kayla yang hanya mampu menunduk malu. Raka mengerti, Kayla pasti merasa belum berhasil mengurus anak-anak mereka jika sudah dalam keadaan seperti ini.

"Jadi, kalian selama ini makan pake apa?" Tanya Raka.

"Pake telul, tahu, sama tempe" Balas Eza dengan mulut penuh.

Raut wajah Raka berubah berpura-pura terkejut. "Wahh enak dong? Papah malah pengen banget makan makanan itu. Selain bergizi rasanya juga pasti enak" Ucapnya memasang nada iri.

"Papah suka?" Tanya Eca mengerjap beberapa kali. Padahal menurut dia rasanya masih kalah dengan Ayam yang sekarang tengah ia nikmati. "Lasanya gak seenak Ayam goleng loh, Pah"

"Tapi makanan itu banyak gizinya. Pantes aja Bunda suka kasih kalian menu itu buat makan" Ujar Raka coba memberi pengertian. "Gizi itu baik untuk pertumbuhan. Bunda mau pertumbuhan kalian baik, jadi sekarang ayo bilang makasih sama Bunda karena udah buatin Eza dan Eca menu enak dan bergizi itu"

Eza dan Eca menoleh menatap Kayla bersamaan. "Bunda, maaf ya kita gak mau belsyukul" Sesal Eca.

"Telnyata Bunda benel. Walau Eza sama Eca gak suka makan tahu, tempe, dan telul di lual sana banyak olang yang pengen makan makanan kayak kita" Timpal Eza. "Buktinya Papah pengen"

Kayla termangu. Raka benar-benar pintar memberi pengertian pada si kembar dengan cara uniknya. Lelaki itu selalu berhasil membuat diri Kayla terlihat sebagai seorang ibu yang baik di depan anak-anak mereka.

"Eza sama Eca udah mandi belum? Mau Papah mandiin?" Tawar Raka setelah membantu Kayla kembali berbaring.

Eca menggeleng tegas. "Malu, Pah. Eca bisa mandi sendili, Papah mandiin Eza aja. Dia kalau mandi gak belsih"

Mendengar hal itu Eza lantas melotot ke arah kembarannya. "Eca yang mandi gak belsih. Jolok!"

Dugh

Dengan satu kali dorongan tubuh Eza sudah berbaring kasar di atas ranjang saat Eca memukul bahunya kuat. "EZA YANG JOLOK!!" Teriaknya tidak mau kalah.

"Udah-udah, jangan bertengkar. Bunda lagi sakit" Lerai Raka. "Kalau gitu Eca mandi duluan. Baru setelah itu Eza"

"Mereka bisa mandi sendiri, Kay?" Tanya Raka.

Kayla mengangguk lemah. "Bisa, tapi pintu kamar mandi gak usah ditutup. Eca suka mainin sabun kalau gak dipantau"

"Eca denger, kan kata Bunda? Ayo sekarang mandi" Titah Raka.

Gadis kecil itu memutar matanya lalu berjalan dengan melipat tangan di dada tidak lupa menghentakkan kaki melangkah lucu. "Aku gak temen sama Eza! Uhhh!" Kesalnya.

Ketiga orang di atas ranjang hanya mampu menahan tawa. Gadis kecil itu benar-benar keras kepala dan sedikit sulit untuk mengontrol emosi serta amarahnya.

"Eza maafin Eca ya? Kalau Eca kasar jangan suka di balas kasar juga" Nasihat Kayla.

"Iya Bunda..." Balas anak laki-laki itu. "Eza pijitin ya kaki Bunda?"

"Gak usah sayang" Tolak Kayla halus. "Kamu juga bukannya harus ke kantor, Ka?"

"Ada sesuatu yang lebih penting mau aku bicarain sama kamu"

"Bicara aja"

"Berdua, Kay" Ucap Raka melirik Eza.

Eza sontak mengalihkan pandangannya berpura-pura tidak melihat kedua orang tuanya. "Kenapa sih olang tua suka main lahasia-lahasiaan"

"Karena kamu masih kecil sayang" Ucap Raka.

"Yahh gak asik!" Decak Eza melipat tangannya di dada. "Besok-besok Eza kalau punya pacal juga lahasiain dali Bunda sama Papah!" Sambungnya menjulurkan lidah berlari keluar kamar.

Kayla dan Raka lantas saling menatap terkejut. Benarkah Eza mengatakan hal semacam itu? Dari mana anak lelaki itu tau?

"EZA SIAPA YANG NGAJARIN KAMU HMM?" Teriak Raka.

"Om Zion" Sahut Eza dengan nada takut mengintip dari balik pintu kemudian berlari pergi.

"Zion sialan!" Decak Raka.





Haiii semua!!!

Gimana sama chap ini?

Beberapa chap lagi menuju ending, ada yang bisa tebak endingnya nanti gimana?

Si kembar makin besar makin ngadi-ngadi yaa😂

Ramein chap ini ya, jangan lupa vote juga okee^^

See U Next Chapter❤❤







Продолжить чтение

Вам также понравится

45.4K 4.4K 28
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...
215K 19.4K 33
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
190K 18.9K 40
Seorang ibu yang kehilangan anak semata wayang nya dan sangat rindu dengan panggilan "bunda" untuk dirinya Selengkapnya bisa kalian baca aja ya luuvv...
64.7K 9.7K 22
Renjun mengalami sebuah insiden kecelakaan yang membawa raganya terjebak di dalam mobil, terjun bebas ke dalam laut karena kehilangan kendali. Sialny...