BROTHER BUT MARRIAGE "BBM" [S...

By IndahTriFadillah

7M 654K 127K

Dia Kayla Lavanya Ainsley, sosok gadis remaja berusia 18 tahun yang harus terpaksa menikah dengan Rakadenza Z... More

CAST
TRAILER
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30 •SPECIAL•
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
Chapter 61
Extra Chap 1
Extra Chap 2
Extra Chap 3
Pengumuman: Sequel?
Penting!!
INFO PENTING BBM
INFO PO BBM
VOTE COVER+GIVE AWAY
GIVEAWAY & PAKET NOVEL
Extra chap 4
GIVE AWAY & PO KE-2 BBM
PAKET SEPECIAL PO KE 2 BBM
New Story "LANGIT FAVORIT ARTHUR"

Chapter 52

131K 11K 2.9K
By IndahTriFadillah


Jangan lupa spam komen yaa!!
Vote dulu biar gak lupa, oke^^




Buat yang belum follow aku, ayo buruan follow dulu biar gak ketinggalan informasi cerita ini di wall:)




Suka sama ceritanya? Jangan lupa bantu share yaa❤❤




Yang belum vote cerita ini dari awal chapter, boleh tolong di vote dulu^^







Haii
Maaf ya up nya lama, ada kesibukan yang gak bisa aku tinggalin dan mau fokus ke situ dulu. Semoga bisa memaklumi dan masih setia nunggu cerita ini up ya❤❤



Tanya tanya dulu, Kesibukan kalian sekarang kira-kira apa aja nih?






Tidak ada luka yang lebih parah dari kita yang se darah namun asing rasanya

~Rakadenza Zayn Heiden~








"Bunda jahat! Hiks, hiks... Bunda bohongin Eca!!"

Sejak tadi gadis kecil dengan wajah penuh air mata itu menangis berteriak kuat melontarkan kekesalannya di atas sofa. Sudah berkali-kali Bi Jiah coba menenangkan Eca, namun amukan gadis kecil itu semakin menjadi dan tidak terkendali.

Eza berlari kecil dengan wajah paniknya diikuti oleh salah seorang anak panti yang berusia delapan tahun diatasnya menghampiri Eca dan Bi Jiah. "Nenek, Eza sama kak lia udah telfon Bunda. Kata Bunda sebental lagi Bunda pulang"

"Iya Bu, tadi Kak Kayla juga bilang dia bakal langsung ke sini jemput Eza dan Eca" Timpal Lia.

Bi Jiah mengangguk, "Baguslah, Eca sedari tadi sampai sekarang semakin sulit ditenangkan" Wanita paruh baya itu kemudian kembali coba membujuk Eca dengan berbagai makanan kesukaan gadis kecil itu serta banyak mainan. Namun sikap keras kepala Eca membuatnya hanya bisa kembali menghela nafas berat dan bersabar.

Entah apa penyebab Eca menjadi seperti ini. Bahkan sejak awal kedatangannya ke Panti gadis kecil itu terlihat tidak bersemangat, lain hal dengan Eza yang tidak pernah melunturkan senyum bahagianya. Wajah Eca murung serta lebih banyak diam dari biasanya hingga akhirnya dia menangis meraung seperti sekarang ini.

"Bunda bohongin Eca!! Bunda gak sayang Eca! Kata Bunda bohong itu dosa, tapi kenapa Bunda bohongin aku? Hiks...."

Kalimat Eca itu membuat Bi Jiah bingung. Apa maksud perkataan Eca barusan? Berbohong? Memangnya apa yang sudah Kayla tutupi dari anak-ananya?

"Eca mau jelasin pelan-pelan ke Bi Jiah gak? Bunda bohong soal apa sayang?" Tanya Bi Jiah lembut. "Gak baik anak cantik nangis teriak-teriak gini, nak..."

"T-tadi k-kata temen sebelah lumah Eca, hiks... Olang tua Eca cuma satu. Padahal Eca udah bilang sama meleka kalau kata Bunda Eca juga punya Ayah kayak meleka" Isak Eca coba menjelaskan. "Meleka bilang Bunda bohongin Eca. Mana mungkin Bunda bisa jadi Ayah juga. Ayah itu laki-laki, kalau Bunda pelempuan" 

Bi Jiah termangu mendengar ucapan Eca. Dia menatap gadis kecil yang suhu tubuhnya mulai menaik itu dengan perasaan khawatir sekaligus sedih. "Eca punya Ayah. Jangan dengerin ucapan mereka ya, nak. Kamu itu spesial makannya beda dari mereka"

"Eca mau Ayah, Nek... Hiks, hiks... Eca gak mau diejek anak halam lagi" Tangis Eca begitu menyayat hati bagi siapapun yang mendengarnya. "Ayah Eca bukan Bunda kan, Nek? Kalau gitu sekalang Ayah Eca dimana? Kenapa dia gak tinggal sama Bunda, Eca, dan Eza kayak Ayahnya temen-temen?"

Bi Jiah tidak mampu untuk berkata-kata sekedar mencari alasan. Mulutnya bungkam dengan rasa pedih saat anak sekecil Eca bisa mengatakan hal semacam itu. Eca sebagai anak perempuan pasti merasa sangat kehilangan sosok lelaki hebat yang biasanya selalu ada disampingnya untuk anak-anak seusianya.


Grep


Eza dengan tubuh kecilnya memeluk Eca erat menenangkan adik kembarnya dengan elusan lembut dari jari-jari mungilnya. "Aku juga laki-laki. Kalau gitu anggap aja aku Ayah kita" Ucapnya.

Suasana haru menyelimuti ruangan. Bi Jiah menutup mulutnya menahan tangis saat mendengar kalimat manis yang Eza lontarkan. Anak-anak Kayla begitu manis, mereka dengan usianya yang tidak seberapa sudah bisa saling melengkapi dan berbagi kasih layaknya saudara yang sudah sama-sama dewasa.

"Eza, Ayah gak sayang kita ya? Hiks... Kenapa Ayah gak ikut kita tinggal dilumah hebat?" Tanya Eca menangis tersedu-sedu dengan tubuh demamnya. "Ayah pasti gak mau ikut kita kalena aku nakal ya? Kalau gitu Eca janji bakal jadi anak baik, hiks, hiks..."

"Eca gak nakal" Ucap Eza dengan logat khas anak-anaknya. "Jangan nangis, nanti Bunda ikut nangis kalau liat Eca nangis"

"Eca mau Ayah...." Lirih Eca. "Ayo Eza kita cali Ayah, hiks..."

Eza sendiri yang juga tidak mengerti dengan masalah ini hanya bisa diam mengelus-elus rambut lebat adiknya yang mulai tertidur dalam pelukannya.

"Nek, Eca belat kayak gajah bunting" Bisiknya meminta bantuan. Tubuhnya yang mungil tidak dapat menahan beban berat tubuh adik kembar perempuannya itu.

Bi Jiah sedikit terkekeh kemudian bergegas menggendong Eca lalu menidurkan gadis kecil itu ke sofa dan menyelimutinya dengan selimut tebal mengingat Eca tengah demam saat ini setelah menangis seharian. Ia juga buru-buru ke belakang mengambil kompres penurun panas lalu memakaikan nya di dahi Eca.

"Eca jangan sakit-sakit, Eza sedih kalau Eca sakit" Lirih Eza mengusap-usap rambut Eca pelan dengan mata berkaca-kaca. "Kalau Eca sembuh Eza janji bakal cali Ayah buat kita"

Tepat setelah Eza menyelesaikan ucapannya Kayla yang sejak tadi sudah berada di ambang pintu mematung dengan hati terasa perih. Dia merasa gagal membangun keluarga indah untuk anak-anaknya. Kini apa yang dulu dia rasakan juga harus anak-anaknya rasakan. Hidup tanpa kasih sayang seorang Ayah.

"Bi, gimana keadaan Eca?" Tanya Kayla memantapkan hati menghampiri anak-anaknya dan Bi Jiah.

Eza menoleh bergegas bangun memeluk Bundanya sambil menghapus air matanya. "Bunda maaf... Eza gak bisa jaga Eca"

"Gapapa, sayang. Bunda tau Eza udah bantu tenangin Eca tadi" Ucap Kayla berlutut kemudian mengusap lembut rambut Eza.

Setelahnya ia menoleh menatap Eca yang memejamkan matanya dengan wajah berantakan dan mata sembab. Ia memberi kecupan singkat di dahi putri kecilnya. "Eca kenapa bisa nangis histeris kayak gini, Bi?" Tanyanya.

Ragu-ragu Bi Jiah menjawab pertanyaan Kayla. Dia tau hal ini begitu sensitif untuk dibahas.

"Dia dari tadi terus minta ketemu Papah nya, Kay" Ujar Bi Jiah. "Kalau gitu Bibi tinggal dulu ya ambil barang-barang si kembar dan minum kamu" Sambungnya kemudian beranjak pergi.

Kayla mengangguk dengan perasaan campur aduk. Ia duduk di lantai menatap Eca dengan Eza yang berada di sampingnya. "Memangnya Bunda aja belum cukup ya buat kamu dan Eza bahagia sampai minta ketemu Papah juga, sayang?"

Air mata di pelupuk matanya Kayla coba tahan mati-matian mengingat keberadaan Eza didekatnya. Dia tidak pernah ingin anak-anaknya melihat dirinya saat sedang dalam kondisi menangis rapuh. Kayla ingin si kembar melihat sisi lain dirinya bertahan hidup dengan kuat dan tegar.

"Eca mau main hujan? Beli Eskrim? Atau pengen jalan-jalan? Bunda akan berusaha untuk turuti semua permintaan itu, asal jangan minta Papah kamu kembali. Mamah gak bisa mengabulkan permintaan yang satu itu sayang..."

Eza yang sedari tadi juga coba kuat tidak ingin terlihat menangis didepan Bundanya kini akhirnya menangis juga. Anak kecil bijak dan dewasa yang lebih banyak diam itu memeluk leher Kayla erat lalu menutup mulutnya dengan tangan mungilnya agar suara tangisnya tidak mengganggu adik kembarnya.

"Bunda, Eza udah cukup sama Bunda aja. Eza gapapa kalau gak ada Papah, Eza juga gapapa dibilang anak halam sama temen-temen" Ucapnya bergetar sedikit terisak kecil. "Eza sayang Bunda...."

Air mata Kayla menetes mendengar perkataan putranya. Ia mengulum bibirnya ke dalam menahan isakan. Sungguh saat ini dia benar-benar meminta pada Tuhan untuk tidak membuat anaknya merasakan kesedihan semacam ini.

"Bunda lebih-lebih sayang sama Eza dan Eca. Jangan pernah tinggalin bunda kayak yang lain ya, sayang" Lirih Kayla.

Saat ini mendadak pikirannya tertuju pada seorang pria yang meninggalkan luka sekaligus bahagia dalam hidupnya. Entah bagaimana sekarang keadaannya, namun Kayla berpikir mungkin Raka sudah memiliki kebahagiaan dengan keluarga kecil barunya setelah menikah dengan Gladys hingga tidak mencari dirinya dan anak-anak mereka.

Teringat akan sesuatu, Kayla melepas pelukan lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan memberikannya pada Eza. "Selamat ulang tahun anak Bunda. Hari ini umur nya genap empat tahun, kan?"

Wajah Eza berubah sumringah. "Oh iya, lupa" Ucapnya menepuk dahi. "Hali ini Eza sama Eca ulang tahun, makasih ya Bunda udah ingetin Eza"

"Iya sama-sama ganteng" Balas Kayla menoel hidung Eza menghapus air mata di wajah tampan putranya. "Ayo dibuka kadonya"

"Nanti aja tunggu Eca bangun"

"Kenapa harus nunggu? Eca juga punya kado sendiri dari Bunda jadi Eza gak perlu nunggu Eca bangun"

"Eca aja mau nungguin Eza kelual duluan dali pelut Bunda. Masa Eza gak mau tunggu Eca juga buka kadonya"

Kayla bergerak merapikan rambut Eza sambil tersenyum manis. "Yaudah kalau itu maunya Eza" Putranya benar-benar dewasa, dia dilahirkan memang seperti untuk menjadi pelindung bagi dirinya dan Eca.


Tok tok


Ketukan pintu menyadarkan ibu dan anak itu. Kayla menoleh bersamaan dengan tubuhnya yang membeku. Disana diambang pintu seseorang yang pernah menjadi sebagian dari hidupnya tengah berdiri dengan setelan kaus turtle neck berlengan panjang berwarna hitam dilapisi tuxedo yang menambah kesan dinginnya. Disamping lelaki itu juga terdapat seorang wanita paruh baya yang menatap sendu ke arahnya.

Bukan hanya mereka yang menjadi pusat perhatian Kayla, tapi juga seorang anak perempuan balita di dalam gendongan pria yang kini telah menjadi mantan suaminya. Susah payah Kayla menelan ludahnya yang terasa tercekat ditenggorokan memikirkan sesuatu yang melintas di kepalanya.

"Oom sama Nenek siapa? Mau ketemu Nenek Jiah ya?" Tanya Eza ramah sambil tersenyum lebar.

"I-iya, Nak. Nenek mau ketemu Bi Jiah" Ucap Vania gugup, bingung, sekaligus terkejut dalam waktu bersamaan. Wajah anak itu begitu mirip dengan Raka saat kecil.

"Eza panggilin bental ya. Nenek sama Om duduk sama Bunda aja disini" Setelah mengucapkan kalimat itu Eza berlari ke belakang begitu saja. Kayla yang hendak menahannya pun terpaksa mengurungkan niatnya karena putranya yang sudah menjauh.

Ia berdiri menggendong Eca pelan berusaha untuk tidak membangunkan putrinya itu atau Eca akan kembali merengek mengenai permasalahan tadi di hadapan Raka dan Vania.

Dari belakang Bi Jiah datang dengan secangkir teh dan satu tas ransel kecil bergambar Disney dengan Eza yang sudah menggunakan tas ransel miliknya bergambar robot. "Ini tas Eca, Kay"

"Kayla pulang sekarang ya, Bi. Maaf gak bisa minum teh nya dulu. Badan Eca makin panas takut kemaleman gak baik kena angin malam di jalan" Ujarnya bersalaman.

Bi Jiah hanya mengangguk sedikit bingung melihat gerak-gerik Kayla yang terlihat aneh dan sedikit terburu-buru. "Hati-hati ya kalian, kalau udah sampai langsung kabarin Bibi"

"Eza pulang ya, Nek. Besok kita main lobot lagi" Pamitnya bersalaman pada Bi Jiah.

Kayla langsung menggandeng tangan Eza bergegas pergi. Di ambang pintu Panti matanya dan Raka tidak sengaja bertemu, hanya beberapa saat karena setelah itu Kayla langsung memutuskan kontak mata mereka dan memilih langsung melangkah pergi.

Setelah tiga tahun lamanya Raka akhirnya bisa kembali melihat wanita yang dulu begitu sabar menghadapi kasar dan jahatnya dia. Tubuh Kayla terlihat lebih kurus dan yang menjadi fokus Raka saat ini adalah dua anak yang pergi dengan Kayla tadi. Apakah mereka anak-anaknya juga? Atau Kayla mengangkat mereka dari Panti Asuhan ini?

Persetan dengan pemikiran itu. Sekarang Raka tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan berharga ini. "Mah, Raka pergi dulu" Ucapnya memberikan balita di gendongannya pada Vania kemudian beranjak menyusul Kayla dengan langkah lebar.

Dalam hati Vania berharap Raka mampu membawa Kayla kembali. Jika bukan untuk putranya setidaknya untuk dia. Vania sangat merindukan putrinya itu. Dia tidak pernah mengira akan bertemu Kayla ditempat ini bersama Raka.





°°°°°





"Kay, tunggu!" Raka terus melangkah lebar berusaha menyamakan langkahnya dengan langkah Kayla.


Grep


Hingga akhirnya Raka dapat meraih pergelangan tangan wanita itu yang tengah menggandeng anak laki-laki kecil di sampingnya. Langkah Kayla terhenti, dia coba menarik tangannya namun tenaga dia tidak sebanding dengan Raka.

Raka membalik tubuh Kayla agar menghadapnya. "Kay, i-ini beneran kamu?" Ia hendak memeluk Kayla menyalurkan rasa bahagianya, namun sebelum berhasil melakukan niatnya Kayla sudah lebih dulu mundur menjauhinya.

"Perlu sesuatu?" Tanya Kayla formal.

"Aku Raka, Kay. Kamu–"

"Aku gak lupa, yang aku tanya kamu perlu sesuatu? Kenapa kejar aku? Hubungan kita udah berakhir sejak kamu buang aku" Tegas Kayla dengan mata memerah tidak ingin berbasa-basi. Perih sekali rasanya saat harus kembali dihadapkan pada orang yang bertubi-tubi memberinya luka.

"Bunda, Om ini siapa?" Eza mendongak menatap Kayla menunggu jawaban Bundanya.

"B-bunda?" Ulang Raka menatap anak laki-laki mungil itu dan Eca bergantian dengan mata berkaca-kaca. "Mereka anak kita, Kay?" Tanyanya berusaha memeluk Eza.

Kayla semakin menarik diri dan Eza menjauh dari Raka. "Eza tutup telinganya ya sayang. Kita main game seru, mau kan? Tapi Eza harus janji gak boleh denger sedikitpun percakapan Bunda" Titahnya pada sang anak.

"Sama Om itu ya, Bunda?"

"Iya sayang"

Eza menurut menutup kedua telinganya lalu berbalik badan memunggungi Kayla dan Raka. "UDAH BUNDA EZA GAK DENGER" Teriaknya.

Kayla menghela nafas berat kembali menatap Raka tajam. "Kamu bilang apa tadi?"

"Mereka anak-anak aku, kan?" Ulang Raka dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya. Dia begitu terharu melihat betapa bijaknya anak laki-laki itu dan cara Kayla dalam mendidik putra mereka.

"Mereka bukan anak kamu, melainkan hanya anak dari keturunan seorang wanita perebut" Tegas Kayla.

"Jangan bicara gitu, Kay. Aku bisa ngerasain kalau mereka darah daging aku"

Tawa miris Kayla tampilkan. Dia benar-benar muak, hidupnya layaknya sebuah drama. "Kalau mereka memang anak-anak kamu terus kenapa? Kamu takut di teror sama tanggung jawab soal mereka? Setelah dulu hampir bunuh ibunya sekarang kamu juga mau bunuh anak-anaknya?"

Hati Raka berdenyut nyeri. Dia tau Kayla tidak akan mudah memaafkannya. Ini resiko yang harus ia terima jika memang ingin bertemu Kayla.

"Maafin aku, Kay.... Aku menyesal gak percaya sama ucapan kamu soal rekaman itu. Aku dibohongi oleh Brandon dan Gladys. Kita dijebak sama mereka" Raka menunduk dengan tangis penyesalan. "Aku mohon kasih anak-anak kesempatan buat mengenal aku sebagai Papahnya..."

"Papah kamu bilang, Ka?" Kayla setengah mati menahan air matanya agar tidak jatuh di hadapan Raka. Dia sudah tidak perduli lagi siapapun yang sudah menjebaknya. Saat ini kehidupan anak-anaknya jauh lebih penting untuk ia urus dan pikirkan.

"Aku anemia disaat lagi mengandung mereka kamu kemana? Aku morning sickness kamu ngapain? Aku ngidam kamu ngelakuin apa buat aku? Bahkan saat aku berjuang antara hidup dan mati melahirkan mereka kamu kenapa gak ada disamping aku?"

Di trotoar jalanan sepi Raka bersujud di kaki Kayla. "Pukul aku, Kay. Lakuin semua yang mau kamu lakuin untuk balas rasa sakit yang kamu rasain karena aku"

"Dan bertindak seperti kamu sebagai pendendam yang kasar? Berarti nanti kita gak ada bedanya, kan?" Kayla kembali menghela nafas berat. "Aku gak perlu bersusah payah menjadi pendendam, karena kekuatan kekuasaan balasan dari Tuhan melebih apapun, Tuan Rakadenza!"

Kayla hendak berbalik, namun Raka segera memegang kaki wanita itu menahannya. "Kamu bener, Kay. Balasan atas rasa sakit kamu bikin aku depresi berat sampai harus masuk rumah sakit berkali-kali"

Sedikit rasa terkejut menghampiri hati Kayla ia berbalik dengan Raka yang sudah berdiri menatapnya dengan wajah penuh air mata. "Kalau nyawa aku bisa menggantikan rasa sakit kamu, aku rela kasih nyawa ini, Kay"

"Lalu gimana cara kamu gantiin Mamah sebagai surga aku? Aku merasa berdosa, Ka. Disaat terakhir Mamah bahkan aku gak kamu kasih kesempatan buat raih surga itu dengan mengurus jenazahnya" Kayla menangis terisak dengan wajah menunduk semakin mengeratkan pelukannya pada Eca.

"Orang yang aku nanti bangun dan sadar selama bertahun-tahun untuk melihat wajahnya, dengan teganya kamu pisahin aku lagi tanpa kamu kasih kesempatan walau hanya semenit untuk sekedar melihatnya lagi" Ujar Kayla panjang lebar dengan suara bergetar.

"Mamah aku pergi selamanya tanpa bisa aku lihat wajahnya disaat terakhirnya Raka!!"

"Maaf, Kay.... Maaf.... Aku tau seribu maaf aku gak bisa mengobati luka-luka itu, tapi tolong aku di waktu yang aku punya.... Aku takut gak bisa nerima maaf itu setelah mungkin kita berpisah lagi nantinya"

Kayla tidak ingin lagi ada drama. Dia harus tegas terhadap Raka. "Pergi! Kamu juga udah bahagia sama Gladys dan anak kamu tadi. Jangan lagi cari aku ataupun anak-anak karena bahagia kamu juga bukan di kami. Untuk maaf, aku udah maafin kamu. Jadi berhenti untuk kejar aku lagi"

Saat ini yang Kayla pikirkan dia tidak ingin merusak hubungan pernikahan seseorang karena dia tau rasanya saat hubungan pernikahannya di rusak. "Untuk status kamu ke anak-anak aku gak bisa memperkenalkan kamu. Semua gak semudah saat kamu membalik telapak tangan, Raka. Ada luka yang gak bisa kamu rasakan"

Setelah mengatakan hal itu Kayla segera melangkah pergi menggenggam tangan Eza yang sejak tadi sudah mengeluh pegal.

"Bunda lama banget, tangan Eza pegel jadinya"

"Maaf ya sayang, nanti malam Bunda pijitin deh"

"Om yang tadi kenapa gak ikut kita Bunda?"

"Orang asing gak boleh main kerumah"

Setelahnya mereka memasuki bus. Raka mematung ditempatnya saat mengikuti Kayla dan anak mereka tadi dia tidak sengaja mendengar ucapan yang menusuk hatinya.



"Orang asing gak boleh main ke rumah"



Raka sadar dia benar-benar terlalu brengsek dan pantas disebut seperti itu. Untuk sekarang setidaknya dia bisa merasa sedikit lebih tenang saat tau jika Kayla dan anak-anaknya yang ternyata kembar masih dalam keadaan sehat.

"Namanya Eza dan Eca ya? Lucu, Kay. Makasih setidaknya kamu udah mau rawat darah daging aku juga" Lirih Raka meremas surat pemeriksaan kesehatan yang semula ingin dia berikan pada Kayla mengenai tumornya.

Permintaan maaf itu belum sepenuhnya dia dapatkan. Anak-anaknya belum mengetahui status dirinya. Sekarang tugas Raka memperkenalkan dirinya lalu meminta maaf karena dulu tidak bisa hadir di tengah-tengah mereka sebagai pelindung.

Dan untuk Gladys dan juga Ziquella, sepertinya Kayla sudah salah paham. Raka tidak jadi menikah dengan Gladys dan Ziquella bukan anaknya melainkan putri Zion dan Beby. Mengapa wanita itu bisa berpikir sejauh itu?














Haiii Semua!!!


Finally yang ditunggu, Si kembar ketemu sama Papahnya. Gimana sama chapter ini?





Next, part yang kalian tunggu apa lagi nih kira-kira?



Pesan dari aku jangan terlalu benci ya sama Raka. Coba liat dari sudut pandang dia kenapa bisa dia se–sensitif ini perihal pengkhianatan.



Cara dia salah, tapi dia punya masa lalu yang gak bisa kita salahkan. Sorry, tapi aku ingetin lagi Raka korban dari perceraian kedua orang tuanya yang sering banget bertengkar didepan dia waktu kecil jadi anaknya tempramental modelnya, hehehe...
(baca lagi chap 1 yuk)



Gak larang kalian buat marah sama dia karena dia emang udah kasar dan kelewatan sama Kayla, karena sejujurnya aku juga kesel nyiptain nih anak yang luar biasa brengseknya. Jadi ya balik lagi sesuai gimana sama penilaian kalian ke Raka aja, aku cuma ingetin untuk jangan terlalu benci dia wkwkw



Menurut kalian sendiri Raka gimana?
Btw, Entar si Captain dibuat metong nangis loh😍😍
Jangan overthinking dulu ya HAHAHA





Say hai to Eza dan Eca
Sweet banget si kembar satu ini❤

Ramein chap ini lagi ya, setiap ada waktu senggang walau ga sempet balesin komen kalian kayak dulu tapi aku always bacain satu-satu komentarnya, kok😍❤




See U Next Chapter❤❤












Continue Reading

You'll Also Like

243K 3K 73
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
407K 33K 58
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
64.6K 7.1K 38
Sebuah rahasia yang tidak akan pernah meninggalkanmu...
183K 18.2K 70
Freen G!P/Futa • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...