BROTHER BUT MARRIAGE "BBM" [S...

By IndahTriFadillah

7M 654K 127K

Dia Kayla Lavanya Ainsley, sosok gadis remaja berusia 18 tahun yang harus terpaksa menikah dengan Rakadenza Z... More

CAST
TRAILER
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30 •SPECIAL•
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
Chapter 61
Extra Chap 1
Extra Chap 2
Extra Chap 3
Pengumuman: Sequel?
Penting!!
INFO PENTING BBM
INFO PO BBM
VOTE COVER+GIVE AWAY
GIVEAWAY & PAKET NOVEL
Extra chap 4
GIVE AWAY & PO KE-2 BBM
PAKET SEPECIAL PO KE 2 BBM
New Story "LANGIT FAVORIT ARTHUR"

Chapter 45

81.3K 7.3K 2.7K
By IndahTriFadillah

Jangan lupa spam komen yaa!!
Vote dulu biar gak lupa, oke^^

Buat yang belum follow aku, ayo buruan follow dulu biar gak ketinggalan informasi cerita ini di wall:)

Suka sama ceritanya? Jangan lupa bantu share yaa❤❤




Tanya tanya dulu, Kebiasaan apa sih yang pengen kalian hentikan tapi sulit banget?




Memang tidak seharusnya aku percaya pada orang yang bahkan pernah menjadi salah satu alasan mengapa aku terluka.

~Rakadenza Zayn Heiden~

Part ini bakal bikin kalian senyum- senyum, percaya deh<3



Setibanya di depan ruang UGD rumah sakit tempat dimana Raka tengah di tangani, Kayla dibuat terkejut oleh banyaknya perawat yang berlarian terburu-buru seperti membutuhkan sesuatu. Dirinya semakin panik luar biasa saat tidak sengaja mendengar ucapan para perawat itu yang mengatakan jika kondisi Raka semakin memburuk.

"Permisi" Ucap Kayla menahan lengan salah seorang perawat agar bisa ia tanyai.

Perawat itu menoleh dengan kedua alis terangkat. "Iya, ada yang bisa saya bantu?"

"A-apa benar pasien yang bernama Raka kondisinya saat ini sedang kritis?"

"Benar" Balasan itu membuat tubuh Kayla melemas. "Apa anda salah satu keluarganya?"

Kayla mengangguk, "Saya istrinya"

"Kebetulan sekali, sejak tadi kami sudah menunggu kehadiran keluarganya" Tutur perawat. "Pasien tengah membutuhkan donor darah A positif dan rumah sakit sedang kehabisan stok darah golongan tersebut"

Susah payah Kayla menelan ludahnya. Tenggorokannya terasa terjepit sehingga sulit menghantarkan oksigen yang membuat dadanya sesak karena kesulitan bernafas. Kenyataan apa lagi ini Tuhan? Pikirnya.

"Akan membutuhkan waktu yang lama jika kami mencari stok darah lagi, sedangkan kondisi pasien semakin menurun. Jadi, Bisakah anda atau keluarga yang lain ikut membantu mencarikan donor darah untuk pasien? Atau salah satu anggota keluarga kalian yang memiliki golongan darah sama bisa mendonorkan darahnya"

"Saya, golongan darah saya sama dengan suami saya" Balas Kayla tanpa terselip keraguan di setiap kalimatnya. "Saya bersedia mendonorkan darah saya"

Mata sang perawat menelisik memperhatikan wajah dan penampilan Kayla yang terlihat jauh dari kata baik. "Maaf, tapi wajah anda terlihat sangat pucat. Apakah anda sedang sakit? Jika iya, kami dengan berat hati menolak tegas donor darah yang akan anda berikan. Itu bisa mempengaruhi kondisi anda mengingat darah yang dibutuhkan tidak sedikit"

"Gak masalah sama apa yang akan terjadi sama saya, sekarang kondisi suami saya lebih penting dari apapun. Bisa lakukan segera donor darahnya?" Pinta Kayla memohon lirih.

Seorang perawat lainnya ikut menghampiri. "Sudah menemukan pendonor?" Tanyanya pada teman perawatnya.

"Sudah, mbak ini bersedia mendonorkan darahnya" Balasnya.

"Baiklah, ayo mbak segera ikut saya masuk ke ruangan"

Tanpa berpikir lama Kayla langsung berjalan mengikuti kemana sang perawat akan membawanya. Sejujurnya dia juga cukup takut, mengingat tubuhnya yang lemas dan darah yang akan diambil tidak sedikit. Dalam hati dia terus merapalkan kalimat penenang meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja.

Ini semua demi Raka.

Lawan rasa sakit yang tubuh kamu lagi rasakan.

Berkorbanlah sedikit untuk Raka, Kay.

Tidak akan terjadi sesuatu hanya karena mendonorkan beberapa kantung darah.

Sejak tadi kalimat itu terus Kayla ucapkan dalam hatinya. Hingga tanpa ia sadari proses donor darah itu telah selesai dan mendapatkan lima kantong darah sekaligus. Kayla tersenyum tipis karena akhirnya ketakutannya bisa ia lawan.

Selain kelegaan tubuh Kayla juga semakin lemas tidak bertenaga dengan kepala yang semakin berdenyut sakit setelahnya. Perlahan kegelapan menariknya hingga akhirnya kesadarannya menghilang. Kayla pingsan setelah melakukan tugasnya untuk selalu ada saat Raka membutuhkannya.

Captain nya pasti tidak akan pergi setelah ini. Pengorbanannya tidak akan sia-sia bukan?

°°°°°

Mata yang semula terpejam selama tujuh jam itu akhirnya terbuka perlahan. Kayla mengerjapkan matanya berkali-kali saat sinar cahaya lampu menyilaukan matanya. Dinding putih serta aroma khas obat-obatan memasuki indra penciuman nya. Kayla merutuki dirinya yang baru mengingat jika terakhir kali dirinya berada dirumah sakit.

"Akhirnya Mbak sadar. Butuh sesuatu?"

Pertanyaan itu mengalihkan Kayla dari fokusnya. Ia menoleh mendapati seorang perawat disamping brankar nya. "Boleh antarkan saya bertemu suami saya?"

"Tentu, suami mbak juga baru sadar sepuluh menit yang lalu" Perawat tersebut menarik kursi roda. "Gunakan kursi roda saja ya? Kondisi mbak masih sangat lemah"

Kayla menggeleng tegas. "Enggak perlu, Saya masih sanggup jalan" Tolak nya halus sedikit tersenyum.

"Baiklah, saya tuntun kalau begitu"

Meski tertatih-tatih dan pusing di kepala tidak kunjung hilang tidak mematahkan semangat Kayla untuk bertemu dengan Raka. Dia benar-benar tidak sabar bertemu dengan lelaki itu, memeluknya erat dan sedikit memarahi nya karena telah membuatnya khawatir seperti ini.

Cklek

Pintu putih itu terbuka perlahan memperlihatkan dua orang berbeda gender tengah bertatapan dengan tangan yang saling bertaut menggenggam. Sepertinya mereka masih belum menyadari kehadiran Kayla.

Rasa sakit dan nyeri menyelimuti hati wanita berwajah pucat itu. Raka tengah berasama Gladys? Benarkah? Kayla harap ini hanya sebuah mimpi. Kayla mengerjapkan matanya beberapa kali dengan pandangan sendu, ia melemas saat menyadari ini semua nyata dan benar adanya. Suaminya tengah bersama mantan kekasihnya.

"Saya tinggal ya, Mbak" Ucap sang perawat itu pada Kayla yang hanya diam tidak membalas.

Raka dan Gladys tersadar akan kehadiran Kayla langsung melepas tautan tangan mereka saling menjauh. Keduanya terlihat canggung tidak berani menatap mata teduh Kayla yang menyiratkan rasa sakit.

Kayla mencoba tersenyum, berjalan tertatih menguatkan kakinya agar bisa tegap menopang tubuhnya. Begitu tiba di samping ranjang Raka yang memasang wajah datar ia langsung memeluk lelaki itu erat.

"Jangan gini lagi. Kamu buat aku khawatir, Ka" Isakan kecil lolos dari mulut Kayla.

Gadis itu coba mencari kenyamanan seperti dulu saat memeluk Raka, namun tidak menemukan hal itu disana. Ia sedikit melirik Raka dan semuanya terjawab. Ternyata tidak ada balasan pelukan dari Raja hingga rasa nyaman itu tidak bisa Kayla temukan. Ia tersenyum getir melepas pelukan itu perlahan menahan tubuhnya agar tidak bergetar.

"Boleh tinggalin aku dan Raka berdua?" Pinta Kayla lembut pada Gladys.

Gladys mengangguk, "Tentu" Ucapnya hendak berlalu namun tangan Raka sudah mencekalnya lebih dulu.

Mata Kayla tertuju pada cekalan tangan itu. Tidak, jangan sampai ketakutannya menjadi nyata. Kehadiran Gladys saja sudah cukup membuatnya terkejut sekaligus gelisah secara bersamaan. Raka tidak mungkin melanggar janjinya. Lelaki itu tidak memiliki niat untuk kembali pada Gladys bukan?

"Kenapa? Butuh sesuatu?" Tanya Gladys menatap Raka yang juga menatapnya tanpa memperdulikan perasaan Kayla disana.

"Makasih ya" Ucap Raka tersenyum tulus.

Kayla meremas ujung dress nya erat menundukkan wajahnya tidak sanggup melihat. Senyum itu, dulu Kayla pemiliknya. Hatinya sakit luar biasa saat Raka memberikannya pada perempuan lain.

"Itu udah tugas aku sebagai seorang dokter. Aku pamit" Setelah mengucapkan kalimat itu Gladys berlalu pergi.

Keadaan menghening. Hanya denting jarum jam yang mengisi kekosongan ruangan ber cat putih itu.

"Mau apa ke sini?" Tanya Raka tajam sedikit ketus.

Kayla mengangkat pandangannya melihat ke kanan dan kiri memastikan apakah benar Pertanyaan itu tertuju untuknya. Gladys tidak berada disana, maka sudah bisa dipastikan jika pertanyaan bernada dingin itu memang tertuju untuknya.

Kayla menghela nafas pelan. "Salah kalau aku disini? Kamu su–"

"Basi! Gak usah berpura-pura jadi istri yang baik setelah kebusukan lo sendiri udah terbongkar" Sarkas Raka menjeda ucapannya sejenak.

"Gue kayak gini juga karena lo, Sialan! Setelah nyawa Papah gue hilang karena Mamah lo, sekarang lo mau ngelakuin hal yang sama juga ke gue. Iya kan?!" Sarkasnya.

Sungguh, Kayla tidak mengerti maksud ucapan Raka barusan. "Kamu bicara apa, Ka? Kenapa jadi nyalahin aku?" Tanyanya dengan suara tertahan lirih. Dia tidak habis pikir dengan pemikiran Raka.

"Ngebuat gue hancur karena kebusukan lo dan berakhir kecelakaan, itu juga bagian dari rencana lo dan Brandon"

"Sama sekali nggak, Raka!" Bentak Kayla. "Sebelum kamu pergi aku juga udah bilang untuk lampiaskan amarah kamu ke aku aja, Ka. Tapi kamu sendiri malah tetap memilih buat pergi. Ini semua terjadi karena keegoisan kamu yang gak mau dengerin aku!"

"Tutup mulut sampah lo itu! Gue muak!!" Sentak Raka dengan urat leher yang timbul. "Pergi! Keberadaan lo sama sekali gak ada gunanya disini!"

"Ini janji yang kamu bilang gak akan nyakitin aku lagi?" Mata Kayla memanas, menahan air matanya yang sudah menggenang di pelupuk matanya. "Sakit banget, Ka. Ucapan kamu ngebuka luka lama di hati aku"

"Memang seharusnya luka itu tetap ada dan lo rasain sampai sekarang. Gue yang terlalu bodoh buat percaya sama anak perebut kayak lo" Balas Raka penuh penekanan tanpa mau menatap ke arah Kayla.

Kayla mencoba bersabar. Ia menarik nafas dalam lalu menghembuskannya perlahan seraya menghapus air matanya pelan. "Maaf...." Ucapnya dengan susah payah.

Sakit sekali rasanya mengucapkan kata maaf disaat diri sendiri tidak membuat kesalahan. Lebih baik mengalah bukan? Kayla tidak ingin hubungan rumah tangganya hancur begitu saja hanya karena keegoisan diantara mereka.

Sebuah gelas dengan sedotan dari atas nakas Kayla sodorkan pada Raka. "Ayo minum. Tenangin diri kamu dulu" Ucapnya lembut sambil mengelus pundak Raka.

Prang

Gelas itu dihempas kasar oleh Raka hingga jatuh pecah berserakan di lantai. "LO TULI?! GUE BILANG GAK USAH BERSIKAP SEOLAH LO ISTRI YANG BAIK ANJING!"

Kayla spontan memejamkan matanya menunduk takut. Tubuhnya bergetar dengan tangan terkepal di kedua sisi menahan traumanya agar tidak kembali. Suara bentakan, benda jatuh, serta kalimat kasar Raka membuat kilasan masa lalu berputar di kepalanya.

Pintu ruangan terbuka. Gladys dan seorang perawat berlari terburu-buru masuk dan menghampiri Raka yang meringis sakit seraya memegangi kepalanya. Suara benda jatuh yang terdengar sampai keluar membuat mereka memutuskan untuk langsung menemui Raka.

"What's going on, Ka? Kamu kenapa bisa kayak gini?" Tanya gadis yang telah menempuh pendidikan kedokteran diluar negeri bertahun-tahun itu lembut. 

Gladys memegangi kedua pundak Raka dengan raut wajah khawatirnya. "Aku udah bilang kan untuk istirahat, luka di kepala kamu masih belum kering"

"Suster tolong ambil kapas, perban dan antibiotik sekarang. Lukanya kembali terbuka" Titah Gladys setelahnya. Perawat itu mengangguk segera berlalu keluar ruangan.

Kayla berusaha menghalau rasa takutnya. Ia begitu cemas melihat Raka berteriak sakit sambil memegangi kepalanya.

"Ka, maaf.... Aku gak maksud buat kam–"

"PERGI SIALAN! GUE MUAK LIHAT LO DISINI!" Bentak Raka menghempas tangan Kayla yang hendak menyentuh punggung nya kasar. Wanita itu terhuyung hingga pinggangnya tanpa sengaja menabrak ujung lancip nakas.

Gladys melirik ke arah Kayla. Ia sedikit terkejut mendengar Raka membentak Kayla seperti tadi. "Kay, sebaiknya kamu tunggu di luar"

"Tapi–"

"Keluar, Kay!" Tegas Gladys.

Kayla mengangguk lemah maju perlahan mendekati Raka. "Aku keluar ya, Ka. Captain harus sembuh!" Ucapnya memberanikan diri tersenyum seraya mengusap lembut rambut lebat Raka yang tengah menunduk kesakitan.

Hebatnya hal itu sungguh berpengaruh untuk Raka. Rasa sakit yang ia rasakan pada luka di kepalanya mendadak tidak sesakit sebelumnya hingga membuat tubuhnya mematung.

Setelah pintu tertutup Kayla bisa melihat Raka bisa sedikit lebih tenang dalam rengkuhan Gladys yang berusaha menenangkannya melalui pembatas jendela kaca. Hati Kayla bagai tertusuk oleh ribuan pisau melihatnya.

Benarkah ini hanya sebatas profesi antara pasien dan dokternya? Bukan lelaki dengan mantan kekasihnya?

Tidak kuat melihat adegan didepannya Kayla berbalik badan mengigit bibirnya kuat demi menahan tangisnya. Perlahan tubuh wanita itu merosot duduk pada dinginnya lantai. Ia memukul dadanya berulang kali saat rasa sesak menghimpitnya.

Tubuhnya yang masih bergetar takut atas kejadian barusan membuat setiap pukulan tangan Kayla pada dadanya tidak terlalu kuat. Wajah pucatnya ia tenggelamkan pada kakinya yang ia tekuk dan peluk erat.

Kayla menumpahkan tangisnya disana. Tidak ada seorang wanita pun yang akan kuat jika berada di posisinya bukan? Atau Kayla memang dilahirkan lemah hingga hal seperti ini saja sudah membuatnya menangis tersedu-sedu?

"Sakit, Ka..... Luka jenis apa lagi yang mau kamu torehkan di hati aku?" Isaknya pedih sungguh menyayat hati bagi setiap orang yang mendengar dan melewatinya di sepanjang lorong rumah sakit. "Aku gak sekuat itu untuk kamu sakiti lagi, hiks, hiks....."

Pengorbanan Kayla tidak ada harganya lagi.

"Mbak"

Elusan si pundaknya menarik Kayla untuk mendongak. Wajah, hidung serta mata yang memerah dan bibir pucat memperlihatkan betapa hancurnya Kayla saat ini. Wanita itu buru-buru menghapus air matanya kasar lalu bangkit berdiri.

"I-iya?"

"Jangan menangis di sini. Ada banyak pasien yang akan terganggu"

Mendengar itu Kayla langsung menunduk merasa bersalah. "M-maaf"

Setelah kepergian seorang wanita berumur tadi Kayla membalikkan tubuhnya kembali melihat ke dalam ruangan Raka melalui jendela kaca. "Yang terpenting kamu udah sadar dan gak pergi ninggalin aku kayak yang lain. Itu lebih dari cukup buat aku" Lirihnya kemudian melangkah duduk bersandar di kursi tunggu.

Denyut pada kepalanya serta rasa mual yang mendadak muncul membuat Kayla semakin lemas. Tubuhnya sudah penuh akan keringat dingin, tapi dia tetap mencoba menahan untuk tidak merepotkan Raka jika memilih memeriksakan diri dan harus berakhir dirawat inap.

"Tahan, Kay. Tahan..... Jangan lemah. Raka bisa semakin marah kalau kamu nyusahin dia lagi dengan biaya" Ucap Kayla dalam hati.



°°°°°




Setelah perban Raka selesai diganti kini hanya tinggal Gladys dan lelaki itu di dalam ruang rawat. Raka memandangi Gladys yang tengah menyuntikkan cairan antibiotik pada infusnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Maaf, Dys..."

Suara berat itu mengambil alih fokus Gladys membalas tatapan Raka. "Untuk?" 

"Aku udah gak percaya sama ucapan kamu mengenai Kayla saat di Cafe dulu" Tutur Raka sendu. "Aku bodoh karena terlalu percaya dengan anak wanita perebut itu"

Kini Gladys mengerti kenapa Raka berubah sekasar itu pada Kayla, istrinya. "It's okay, Memang kebenaran apa yang kamu tau sampai kamu semarah ini sama Kayla?" Tanya Gladys.

"Brandon musuh aku yang terobsesi sama kamu dan Kayla kerjasama buat hancurin hubungan kita dulu" Ujar Raka. "Sekarang aku nyesel berada di pihak yang salah"

"Udah jadi masa lalu juga. Aku udah lupain itu semua. Bahkan keluarga aku juga udah maafin kamu sejak dulu"

Raka semakin merasa bersalah mendengar hal itu. Dia sudah menyia-nyiakan gadis sebaik Gladys hanya demi wanita tidak tau diri seperti Kayla.

"Jadi boleh kita bersahabat kayak dulu lagi?" Tanya Raka menggenggam tangan Gladys.

Gladys gugup setengah mati saat harus dihadapkan oleh Raka kembali di situasi seperti sekarang ini. "Sahabat?" Ulangnya.

"Iya, sahabat" Jelas Raka.

"Tentu, kenapa nggak" Balas Gladys tersenyum. "Masih boleh panggil kamu dengan sebutan Aka?"

"Gak akan ada yang larang, Dys..." Balas Raka lembut.

"Kayla? Gimana kalau dia gak nyaman?"

"Persetan sama wanita sampah itu! Gak usah pikirin dia" Tegas Raka dengan raut penuh kebencian.

Gladys hanya mengangguk ragu takut memancing kemarahan Raka. Saat ini pikirannya tertuju pada seseorang yang tidak sengaja ia temui setelah keluar dari Cafe pada malam dimana dia bertemu dengan Raka, Kayla dan Vania.

Setelahnya kedua insan itu saling menceritakan kehidupan satu sama lainnya. Bagaimana mereka mengejar profesi masing-masing sambil tertawa bersama hingga melupakan seorang wanita yang masih setia menunggu dikursi tunggu seraya menahan rasa sakit luar biasa pada kepalanya.

Kayla menggigil dengan bibir semakin pucat menahan dingin dan suhu tubuhnya yang mendadak demam. Rasa mual serta pusing dikepalanya juga tidak kunjung hilang. Wanita itu memeluk dirinya sendiri sambil sesekali melirik ke arah pintu berharap Gladys segera keluar dari ruangan Raka secepatnya.









Haiii semua!!!

Masih pada sehat kan? Darah tinggi aman? Wkwkwk

Balikan gak ya Raka sama si mantan?
Bikin Gladys jadi orang ketiga lagi, tapi versi lebih wow kayaknya seru. Mau coba deh, soon ya🤗

Seperti biasa ramein chapter ini biar aku cepet up nya, okee^^
Satu chapter lagi menuju trailer dua. Duh gak sabar bikin Kayla lebih tersiksa><

See U Next Chapter❤❤










Continue Reading

You'll Also Like

410K 33.2K 58
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
55.3K 5.1K 14
[FOLLOW SEBELUM BACA] Brothership, Harsh words, Skinship‼️ ❥Sequel Dream House ❥NOT BXB ⚠️ ❥Baca Dream House terlebih dahulu🐾 Satu atap yang mempe...
459K 34.7K 40
Hidup Linka yang menurutnya flat semenjak keluar dari panti asuhan mendadak berubah saat seorang cowok datang dan mengaku sebagai anaknya. ** Linka t...