BROTHER BUT MARRIAGE "BBM" [S...

By IndahTriFadillah

7M 654K 127K

Dia Kayla Lavanya Ainsley, sosok gadis remaja berusia 18 tahun yang harus terpaksa menikah dengan Rakadenza Z... More

CAST
TRAILER
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30 •SPECIAL•
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
Chapter 61
Extra Chap 1
Extra Chap 2
Extra Chap 3
Pengumuman: Sequel?
Penting!!
INFO PENTING BBM
INFO PO BBM
VOTE COVER+GIVE AWAY
GIVEAWAY & PAKET NOVEL
Extra chap 4
GIVE AWAY & PO KE-2 BBM
PAKET SEPECIAL PO KE 2 BBM
New Story "LANGIT FAVORIT ARTHUR"

Chapter 24

85K 9.6K 1.9K
By IndahTriFadillah


Jangan lupa spam komen yaa!!
Vote dulu biar gak lupa, oke^^




Buat yang belum follow aku, ayo buruan follow dulu biar gak ketinggalan informasi cerita ini di wall:)




Suka sama ceritanya? Jangan lupa bantu share yaa❤❤











"Gimana keadaan dia?"

Raka menatap Sean dan Zion bergantian yang memilih diam menatap Kayla yang kini tengah berbaring diranjang dengan beberapa alat rumah sakit yang menempel di tubuhnya.

"Jawab gue" Bentak Raka.

"Jelasin dulu semuanya ke kita berdua" Ucap Zion tenang. "Sekarang" Sambungnya lagi memerintah tidak ingin dibantah.

Raka mengusap wajahnya kasar merasa kesal saat lagi-lagi rahasia yang sudah mati-matian ia tutupi terbongkar begitu saja karena kebodohannya. Sial!

"Kayla.... Kayla istri gue. Kita berdua menikah enam bulan yang lalu karena wasiat bokap gue. Dia gadis sampah yang sering gue ceritain ke kalian" Ujar Raka menunduk pasrah.

Alis Sean terangkat sebelah. "Jadi dia anak sambung bokap lo?"

Anggukan dari Raka membuat kedua sahabat lelaki itu menggeleng tidak percaya. "Gimana bisa lo sembunyiin semua ini dari kita?! Dan–apa lo bilang tadi? Pernikahan kalian udah jalan enam bulan? Jadi lo nembak Gladys disaat lo sama Kayla sendiri udah jadi suami istri?" Cecar Sean merasa kecewa dengan sikap Raka.

Bagaimana bisa sahabatnya menjadikan wanita lain sebagai kekasihnya sedangkan dia sudah terikat dengan Kayla.

"Gue gak cinta dia. Cuma benci, ya.... Cuma rasa itu yang gue punya buat dia" Ucap Raka tajam menatap Kayla dengan sorot mematikan.

"Alihin mata lo itu sebelum gue colok pakai jarum!" Sentak Zion marah. "Merasa hebat lo? Disaat Kayla udah kritis kayak sekarang lo masih gak punya hati?"

"LO BERDUA GAK AKAN TAU RASANYA SAAT ORANG TUA LO BERTENGKAR DEMI WANITA DAN ANAK LAIN!!" Balas Raka kembali membentak. "Dia anak perebut, gimana caranya gue bisa nerima dia gitu aja"

"Dan apa bokap lo nikah sama nyokapnya Kayla sampai lo bisa sebut dia anak perebut?" Kalimat Sean mampu membuat Raka bungkam. "Jaga bicara lo, Ka. Lo masih ingat dengan jelas gimana mamah lo ditampar dan dikasarin bokap lo, begitupun sebaliknya. Dan lihat? Lo lakuin hal yang sama ke Kayla. Dia juga lagi ngerasain sakit yang dulu lo rasain brengsek!"

"Kalau lo aja gak kuat ngerasain sakitnya, gimana dengan Kayla yang juga ngerasain rasa sakit itu?" Kali ini Zion ikut membuka suara. "Lo harusnya mikir! Dia perempuan, bukan cuma fisik tapi hatinya juga gampang terluka"

"Lo berdua sengaja bicara gini biar gue pisah dari Gladys?"

Pertanyaan Raka membuat Sean yang sejak tadi menasehati tertawa merendahkan. "Bukannya itu udah jadi hal yang wajib buat dilakuin? Lo udah terikat sama Kayla jadi putusin cewek sok pinter itu"

"Dia punya nama"

"Dan apa lo pikir Kayla gak punya nama? Lo sebut dia sampah apa itu pantes? Harusnya sebelum sok bijak dengan nasehatin kita berdua lo ngaca bego!!"

"Kata dokter Kayla kehilangan banyak darah. Badannya sempat membiru karena lama mendapat pertolongan, juga banyak luka akibat kekerasan yang ditemukan ditubuhnya. Itu semua ulah lo?"

"Brandon. Dia gunain Kayla karena dia tau Kayla istri gue"

"Dan lo juga pasti jadi salah satu pelaku dari luka yang ada ditubuh Kayla kan"Tebak Zion. Diamnya Raka sudah menjadi jawaban untuknya. "Lepasin Gladys buat Brandon. Dengan lo mempertahankan Gladys, sama aja lo bunuh Kayla secara perlahan"

"G-gue gak bisa. Gue sayang dan cinta sama Gladys"

"Yakin yang lagi lo rasain sekarang ke Gladys itu rasa cinta? Bukan rasa terimakasih karena dia udah nemenin disaat lo lagi jatuh-jatuhnya akibat perceraian orang tua lo? Bedain antara rasa berhutang budi sama cinta bego!!"

"Lo gak tau apapun, Zi. Gak usah sok ambil kesimpulan sendiri soal perasaan gue"

"Apa yang gak gue tau, Ka? Jangan tutup mata hati lo. Liat aja sampai karma itu benar-benar lo rasain, gue bakal jadi orang pertama yang gak akan mau ngulurin tangan buat nolong lo" Tandas Zion. "Ayo, Yan. Biar dia intropeksi diri di ruangan ini. Mungkin dengan liat kondisi Kayla sekarang dia jadi berubah pikiran buat tetap pertahanin pacarnya" Sindirnya kemudian menarik Sean untuk keluar ruangan.

Raka memandang kepergian kedua sahabatnya datar lalu menoleh menatap Kayla lamat. Dia berjalan mendekati gadis pucat yang terlihat tengah membuka kelopak matanya perlahan. Sehebat dan sekuat itukah Kayla? Bahkan walau sempat dikatakan kritis dan kehilangan banyak darah dia bisa sadar secepat ini.

Kalimat demi kalimat yang kedua sahabatnya lontarkan terngiang di telinga Raka. Apa benar dia harus memperlakukan Kayla dengan baik? Setidaknya sampai persyaratan mereka benar-benar berakhir. Lagipula gadis itu juga sudah merasakan sakit yang dulu Raka rasakan.

"Mamah.....K-kayla mau mamah...."

Hati Raka berdenyut nyeri. Saat melihat keberadaannya pun Kayla malah lebih memilih menyebut dan memanggil mamahnya. Sesayang itukah gadis ini dengan wanita yang melahirkannya hingga dalam hal apapun hanya mamahnya yang selalu ia sebut.

Setelah sadar sepenuhnya Kayla tersenyum kecil melihat keberadaan Raka. Dia berpikir apa mungkin lelaki itu yang membawanya ke rumah sakit? Itu berarti Tuhan menggagalkan rencananya untuk pergi dari kehidupan Raka. Miris sekali nasibnya.



Cklek



Suara pintu mengalihkan pandangan Kayla. Dia sedikit terkejut saat melihat kehadiran Zion dan Sean. "Kalian?" Ucapnya masih tidak percaya.

"Kuat juga lo, Kay. Padahal nyawa tadi udah diujung tanduk" Celetuk Zion mengusap puncak kepala Kayla membuat Raka melotot tajam padanya. "Lain kali jangan bunuh diri, bunuh aja orang yang udah berani nyakitin lo. Kalau lo gak berani bisa minta gue buat bantuin bunuh" Sambungnya menyindir.

"Kalian u-udah tau semuanya?" Tanya Kayla memandang kedua sahabat Raka bergantian.

Sean mengangguk membenarkan. "Andai kita tau soal ini dari awal. Kita gak akan biarin Raka nyakitin lo sejauh ini, Kay. Ini udah kelewatan"

"Kalian bicara apa? Kenapa pada mojokin gue?" Ucap Raka dengan nada meninggi merasa tidak terima. "Dia kayak gini juga maunya dia. Berhenti nyalahin gue"

"Diem lo!" Ucap Zion melotot tajam pada Raka. "Cepet sembuh, Kay. Kalau ada masalah lo masih punya dua sahabat lo dan juga gue sama Sean buat berbagi cerita. Bunuh diri gak nyelesain masalah, justru makin memperkeruh semuanya"

"Iya, Kay. Memang lo gak mikir gimana perasaan mamah lo saat dia sadar nanti lo malah pergi ninggalin dia buat selamanya?" Imbuh Sean. "Dia pasti bakal hancur"

Sean dan Zion memang sudah mengetahui soal keadaan mamahnya Kayla yang tengah terbaring koma melalui cerita Raka. Namun dulu saat mengetahui itu keduanya tidak tau jika orang yang Raka sebut sebagai perebut adalah mamah dari Kayla.

Kayla tersenyum manis. Dia merasa tidak sendiri sekarang. Senang sekali rasanya saat kedua sahabat Raka juga berada di pihaknya. Kayla sadar bahwa sebenarnya dia tidak benar-benar sendiri."Makasih ya.... A-aku gak tau harus bicara apa lagi ke kalian yang udah se care ini"

"Udah lo berdua balik sana. Biar gue yang jagain Kayla" Titah Raka.

Sean menggeleng tegas. "Gak bisa. Lo gak bisa dipercaya"

"Gue gak akan nyakitin dia"

"Didepan kita, tapi dibelakang siapa yang tau?"

"Pulang gue bilang!"

"Gak"

"Sean!!"

"Gak denger gue budek"

"Lo–"

Zion menepuk pundak Raka menggeleng pelan. "Udah gak perlu emosi. Kita bakal pulang asal lo janji jangan kasar sama Kayla"

"Iya gue janji" Balas Raka malas.

Kedua lelaki itu langsung beranjak pergi. Sebenarnya Sean sudah melotot tidak terima dengan ucapan Zion, tapi mau tidak mau dia harus mengikuti perintah sahabatnya itu mengingat Zion menariknya paksa untuk keluar ruangan.

"Duduk, Ka. Nanti kamu capek" Saran Kayla lirih dengan suara sedikit serak.

Raka bergegas duduk tanpa membalas ucapan gadis itu. "Jangan manja" Peringat Raka.

"Aku janji gak akan manja, maaf ya udah ngerepotin"

"Hmmm"

Keadaan di dalam ruangan begitu hening. Baik Raka maupun Kayla tidak ada yang berniat membuka suara. Keduanya sama-sama memilih diam.

Hingga akhirnya Kayla merasa jengah dengan keadaan canggung ini. Dia menoleh menatap Raka yang tengah memainkan jarinya yang diinfus. "Ka, kamu mau tau sesuatu gak?"

"Apaan?"

"Tadi aku ketemu orang yang mirip sama papah di alam bawah sadar ku. Dia panggil aku dengan sebutan kak, aku yakin dia memang papah"

"Ngaco lo!"

"Aku serius, Ka. Tapi tempat disana gelap banget. Rasanya aku gak akan berani lagi buat lihat tempat itu"

"Makannya gak usah sok sokan mau bunuh diri"

"Habisnya capek. Sana-sini di pukulin terus" Ucap Kayla santai dengan senyum tipis diwajahnya.

Gadis itu mengucapkan kalimat menyakitkan itu seolah mengucapkan kalimat biasa. Tidak tau saja hati Raka sudah terasa seperti ditusuk ribuan belati mendengarnya. Aneh, perasaan Raka benar-benar aneh. Dia saja tidak mengerti dengan perasaannya sendiri yang selalu mendadak lemah melihat kondisi Kayla.

"Papah ganteng banget, Ka. Disana dia pakai pakaian putih yang bagus banget"

"Papah gue?"

"Iya, Papah aku juga kan?" Cengir Kayla lalu melepas selang oksigennya perlahan agar tidak sulit berbicara. "Disana Papah....." Gadis itu terus berbicara banyak hal tentang yang ia alami selama tidak sadar.

Raka mendengarkan dengan antusias. Entah kenapa mendengar Kayla bercerita seperti ini mendadak menjadi candu untuk dirinya. Cara gadis itu bercerita sangat runtun dan jelas. Bahkan di setiap katanya Blbenar-benar menyisakan kesedihan yang membawa sang pendengar untuk ikut merasakannya.

Berbeda dengan Gladys yang selalu menceritakan banyak hal tentang dirinya sendiri. Kayla lebih cenderung banyak menceritakan mengenai papah mereka dan orang lain jika bercerita seperti ini.


Untuk cerita kali ini Raka bisa simpulkan hanya dengan melihat dari raut wajah Kayla jika gadis itu tengah merindukan Papah sambungnya.

"Ka, kamu kangen Papah gak sih?" Tanya Kayla dengan mata berkaca-kaca. "Dia bukan papah kandung aku, tapi baik dan kasih sayangnya bahkan ngalahin papah kandung aku"

"Lo kangen?"

"Banget, Ka. Pengen jumpa papah lagi rasanya"

"Yaudah bunuh diri aja lagi" Ucap Raka santai.

"Gak mau, rasanya Sakit ternyata" Balas Kayla polos. "Awalnya sih gak ngerasain apapun, tapi sekarang malah denyut banget tangan aku"

"Ck, Bodoh!"

Untuk kedua kalinya Kayla merasakan ucapan Raka barusan bukan sebuah makian. Melainkan sesuatu yang rasanya sangat jauh berbeda dari yang biasa lelaki itu ucapkan padanya saat sedang marah.

"Ah iya aku baru inget. Disana aku juga nemuin dua anak kecil, Ka" Ucap Kayla tiba-tiba.

"Semua aja lo sebut. Dasar ratu drama. Pinter banget ngarang cerita"

"Tapi ini beneran, Ka. Dan kamu tau mereka meluk aku sambil manggil....."

"Manggil apaan?" Tanya Raka sedikit penasaran dan juga jengah karena Kayla menggantung ucapannya.

"Manggil aku Bunda"

Raka yang masih memainkan jari Kayla mendadak menghentikan pergerakannya merasa terkejut. Dia terbatuk tersedak oleh air liurnya sendiri.

"Lo waras? Kayaknya habis donor darah saraf lo jadi bermasalah"

"Beneran, Ka. Papah bilang dia anak-anak kita"

Oh Tuhan kenapa ucapan Kayla semakin melantur. Pipi Raka memanas mendengarnya. Ia mengalihkan pandangan ke arah lain tidak ingin tertangkap basah oleh gadis itu bahwa kini pipinya tengah bersemu merah.

"Mending lo tidur. Otak lo butuh istirahat biar waras" Titah Raka menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Iya mungkin kamu bener aku butuh istirahat. Aku tidur duluan ya kalau gitu" Ucap Kayla tersenyum kemudian memejamkan matanya.

Setelah gadis itu mulai berangsur tenang dalam tidurnya Raka melepas jari Kayla yang menggenggam erat tangannya dalam tidur. Ia berbalik menggenggam jari-jari mungil gadis itu tulus. Kali ini tidak ada kemarahan dan emosi didalam hatinya.

"Lo cantik kalau gak bawel" Gumam Raka pelan.










"Maaf..." Sambungnya terdengar sangat pelan hampir berbisik.






°°°°°°







Sedangkan di pintu luar, Gladys berulang kali mencoba menerobos masuk ke dalam ruangan Kayla. Namun Sean dan Zion berkali-kali menghentikan dan melarangnya.

Tadi saat kedua lelaki itu hendak pulang mereka berpapasan dengan Gladys yang hendak masuk kedalam ruangan untuk menemui Raka dan teman tongkrongan yang Raka katakan padanya tengah sakit. Demi Tuhan Gladys benar-benar keras kepala, gadis itu masih saja terus memaksa meminta masuk hingga sekarang.

"Biarin gue temui Raka sebentar aja, Zi"

"Gak bisa! Harus pake bahasa apalagi sih gue ngomongnya?"

"Ini penting"

"Lo kira kita perduli? Pulang sana. Raka harus nemenin sahabat kita yang lagi sakit. Dia kritis. Lo tega bawa Raka pergi dari temen-temen nya lagi disaat kayak gini? Jangan egois, hidup dia gak melulu soal lo!!" Ujar Zion panjang lebar.

Sean mengangguk menyetujui. "Pulang gue bilang" Imbuhnya menimpali.

Percuma juga memaksa masuk. Gladys akan tetap kalah oleh kedua lelaki didepannya ini. Dia hendak menelfon Raka, tapi dia melupakan ponselnya yang berada dalam tasnya di kursi tunggu yang berada di dekat Papahnya berada.

Jika dia balik kembali mengambil ponselnya maka hal itu akan semakin mengundang kemarahan papahnya yang tidak melihat kehadiran Raka walau Gladys sudah berusaha menyusulnya.

"Tunggu apa lagi? Pulang gih sana!" Ucap Sean dengan nada mengusir.

Gladys mengangguk pasrah. "Nanti bilangin ke Raka ya kalau gue dateng"

Zion dan Sean hanya mengangguk malas. Setelah kepergian Gladys kedua lelaki itu tertawa renyah.

"Enak aja mau ganggu. Dia pikir cuma dia apa yang jadi prioritas Raka" Ucap Zion.


"Parasit berkedok tanaman hias dia mah" Celetuk Sean.









Haii semua!!!




Aku lebih cepet up karena chapter sebelumnya alhamdulillah rame. THANKS YAA BUAT KALIAN YANG UDAH VOTE DAN SPAM KOMEN❤





Di chapter depan ada kejutan dari Raka nih, kira-kira apa ya?
Sebelumnya pemanasan dulu sama foto ini yukk


Ayo kalau modelnya begini masih tega ngatain Raka gak nih? 🤣




Ramein lagi chapter ini ya biar aku cepet up nya^^



See U Next Chapter❤❤















Continue Reading

You'll Also Like

182K 18.1K 70
Freen G!P/Futa • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
455K 34.4K 40
Hidup Linka yang menurutnya flat semenjak keluar dari panti asuhan mendadak berubah saat seorang cowok datang dan mengaku sebagai anaknya. ** Linka t...
213K 17.6K 89
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
243K 3K 73
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...