Chapter 58 : The Sooner

5.2K 374 733
                                    

"Apa yang terjadi pada calon menantuku, Dokter?" Tanya Haida, mendahului Axel yang juga ikut bangkit setelah Dokter keluar dari kamar, usai memeriksa Angel yang pingsan saat tiba di apartemen.

"Imunitas tubuh pasien menurun, itu bisa memicu demam dan juga flu. Kemungkinan lain pasien sedang mengalami stres. Bahkan ketika aku memeriksanya, tubuhnya menegang dan terus mengeluarkan keringat dingin. Tapi tidak ada yang perlu dikhawatiran, aku sudah menyuntikan obat dan ada beberapa tablet  yang harus pasien minum ketika siuman."

"Stres, Dok?" Tanya Haida, meyakinkan sekali lagi. Angel tampak selalu riang di hadapannya, hal itu berbanding terbalik dengan apa yang Dokter katakan. Aneh.

"Ya. Jangan biarkan pasien terlalu banyak berpikir. Karena pikiran erat kaitannya dengan kestabilan tubuh."

Disaat itu pula Haida menatap tajam pada Axel yang terpaku di tempat. Seolah Axel sedang menghindari tuduhan yang Haida coba layangkan padanya.

Setelah Dokter itu pamit undur diri, Axel buru-buru melangkahkan kaki memasuki kamar guna memeriksa keadaan Angel. Ditatapnya wajah pucat gadisnya, beserta bibirnya yang kering dan sedikit memutih. Telapak tangannya terulur, merasakan suhu tubuh Angel yang masih terasa hangat.

"Maafkan aku, sayang. Aku tidak bisa menjagamu dengan baik." Ucap Axel penuh dengan penyesalan. Dia mengecup punggung tangan Angel berkali-kali. "Mulai sekarang aku tidak akan membiarkanmu bersama Darrel lagi!"

"Siapa Darrel?"

Axel mendongak cepat ketika Haida muncul di balik pintu yang masih terbuka, dia melangkah lebih dekat dengan kedua tangan menyilang di depan dada. Sial. Lagi-lagi mulut Axel tidak bisa diajak bekerja sama. Dia kelepasan.

"Sebenarnya apa yang kau sembunyikan dariku?" Tatapan Hiada begitu menuntut. "Apa kau tidak cukup mempercayaiku sebagai Ibumu?"

"Mama..—"

"Aku kecewa padamu, Axel." Selanya. Dia mendorong Axel agar dapat duduk di tepi ranjang untuk bisa melihat Angel lebih dekat. Rasa sedih melihat gadis riang itu kini tidak berdaya jelas melanda Haida. Naluri keibuannya timbul saat melihat orang yang dia kasihi mengalami hal seperti ini. Angel sudah dia anggap seperti putrinya sendiri.

Haida menghusap surai lembut milik Angel. "Cepat sembuh, sayang. Mama tidak suka melihatmu seperti ini."

Axel mendesah panjang, memberanikan diri menyentuh pundak Haida yang kemudian dibalas dengan tepisan cepat. "Tidak apa-apa jika kau tidak ingin memberitahuku. Aku bisa mencari tahu sendiri."

"Ma, tolong jangan seperti ini. Angel sedang sakit, aku sangat bing..—"

"Dan aku tahu jika kau adalah penyebabnya!" Lagi-lagi Haida menyela, tidak membiarkan Axel membela diri sedikit pun. "Jika terjadi sesuatu pada Angel, aku tidak akan memaafkanmu lagi. Jangan sampai kau mengulangi kesalahanmu untuk yang kedua kali. Sudah cukup aku kehilangan Cassandra akibat perbuatanmu."

Setelah memberi peringatan, Haida langsung bangkit dan melangkah keluar dari kamar. Seorang Axel Addison bukan pria lemah tapi kalimat yang baru saja keluar dari bibir Haida mampu membuatnya terpukul, air matanya menggenang di sudut mata. Terlalu gengsi untuk menjatuhkannya walau dia tahu tidak ada yang melihatnya kini.

"Apa yang sudah aku perbuat?" Dia menjatuhkan diri, berlutut di sisi ranjang sambil menggenggam erat tangan Angel. Dan disanalah Axel tidak bisa menahan air matanya lagi. "Cukup Mama yang marah padaku, kau jangan, Angel. Aku mohon maafkan aku."

***

Pemandangan yang Angel dapati ketika dia baru saja membuka mata adalah Axel yang tertidur di atas tangannya. Dia tidak bisa langsung mengingat apa yang menimpanya, dia masih mengumpulan kesadaran. Hingga dia tahu dimana dia sedang tertidur. Apartemen milik Axel.

Don't Call Me AngelWhere stories live. Discover now