Chapter 51 : Accidental

5.9K 398 339
                                    

Playlist : Into Your Arms - Witt Lowry ( feat. Ava Max )

Jangan lupa spam vomments yang banyak.
Happy reading❤️

***

Axel tidak menyangka jika keberaniannya justru membawa dirinya masuk ke dalam masalah yang lebih besar. Namun Axel tidak sepenuhnya menyesali semua ini karena bagaimana pun, cepat atau lambat hubungannya bersama Angel pasti akan tercium oleh Abraham.

Disinilah Axel berada, di ruang bawah tanah yang jauh dari kata kumuh. Kedua tangannya di borgol ke belakang layaknya seorang tersangka yang baru saja melakukan tindakan kriminal. Hingga pintu ruangan terbuka, terlihat sosok Abraham yang berjalan tegak masuk ke dalam. Sorot matanya kali ini benar-benar berbeda, Axel tahu dia sedang mempertaruhkan nyawanya dan dia tidak peduli. Angel memang layak untuk diperjuangankan bukan?

Abraham meminta para ajudannya untuk keluar hanya dengan isyarat mata yang langsung mereka semua mengerti. Lantas, dia berjalan menuju Axel yang terduduk lemah di sebuah kursi kecil.

"Aku benar-benar tidak menyangka jika selama ini kau memanfaatkan profesimu untuk mendekati putriku. Selama ini aku sangat mempercayaimu, Axel. Aku bahkan rela mengeluarkan nominal yang sangat besar agar kau selalu sigap menjaga Angel, tapi ternyata selain mendapatkan uang, kau juga mendapatkan tubuh putriku." Abraham menaikan sebelah kakinya di atas paha Axel. "Bajingan!"

"Aku tidak pernah memanfaatkan situasi. Aku mencintai putrimu dengan tulus, begitu pun sebaliknya. Kami berdua saling mencintai."

"Tahu apa kau soal cinta?" Abraham terkekeh, mengeluarkan sebuah pisau lipat dari balik celananya dan menggerakan ujungnya di atas pipi Axel yang membiru. "Wajah ini dan kekuatan bela dirimu tidak cukup membuatmu pantas bersanding dengan keturunanku. Gajimu bahkan berasal dariku, kau hidup karena uangku, anak muda. Kau tidak bisa menjamin kebahagiaan Angel, aku tidak akan rela putriku hidup susah bersama pria sepertimu."

"Apa menurutmu tolak ukur kebahagiaan seseorang itu uang?"

"Ya, tentu saja. Aku memanjakan Angel sejak kecil. Dia tidak pernah hidup susah!"

"Kau benar. Tapi Angel tidak pernah benar-benar merasa bahagia hidup denganmu, Abraham. Kau menghancurkan hidup Angel sejak kau membunuh ibunya akibat perselingkuhanmu bersama Tisha. Selain itu kau juga membuat putramu, Bryan Falkner, mendekam di rumah rehabilitasi karena kau tidak ingin nama baikmu tercoreng di media. Dan sekarang, kau ingin menukar kebahagiaan Angel dengan menjodohkannya bersama pria yang memiliki banyak uang. Apa kau pantas disebut sebagai seorang Ayah? Aku rasa tidak."

Wajah Abraham merah padam. Pisau yang semula berada di tangannya mendadak terjatuh, berganti dengan kepalan kuat pada kedua tangannya. Dia tidak pernah menyangka Axel yang belum lama ini bekerja dengannya sudah mengetahui aib keluarganya. Ini petaka untuk nama baiknya!

"Maaf jika aku terdengar tidak sopan, tapi mungkin aku hanya bisa menyadarkanmu dengan cara ini. Otakmu terlalu banyak dicuci oleh istrimu sehingga kau menelantarkan kedua anakmu yang sama sekali tidak berdosa."

"DIAM!"

"Aku harap kau bisa memikirkan..—Ouch!" Axel merintih saat Abraham menyayat lengannya menggunakan pisau lipat tersebut. Lengan kausnya sobek, warna kausnya berpadu dengan merahnya darah yang mulai keluar. Tapi itu bukan apa-apa bagi Axel, dia tersenyum.

"Kau hanya punya dua pilihan, tinggalkan Angel selamanya atau nyawamu yang akan meninggalkan ragamu?!"

"Setelah mengancam Angel, kini kau mencoba untuk mengancamku?!" Axel menyeringai, "Mau jadi apa Negara ini jika pemimpinnya seperti ini? Pecundang!"

Don't Call Me AngelWhere stories live. Discover now