Chapter 4 : Desire

13.2K 629 123
                                    

Axel tidak mempunyai pilihan lain selain membawa Angel ke apartemennya. Abraham bisa marah besar mengetahui anak gadisnya dalam keadaan seperti ini selama berada dalam pengawasannya. Axel hanya mengantisipasi kemungkinan apa yang bisa terjadi padanya jika Abraham mengetahui kelengahannya, dengan kekuasaan yang Abraham miliki bisa-bisa Axel diasingkan ke pulau terpencil. Oh, pikiran Axel sudah berkelana kemana-mana.

Tubuh Angel yang terus bergerak seperti cacing kepanasan pun direbahkan di atas tempat tidur. Angel tak henti-henti berteriak kepanasan dan mengeluarkan kata-kata kotor yang tidak seharusnya dia ucapkan. Axel bisa gila, dia tidak tahu bagaimana cara menghentikan ini semua.

"Nyalakan pendingin ruangannya, Axel. Gerah! Gerah sekali. Ya Tuhan."

Axel melirik remote AC yang bahkan sudah mencapai suhu maksimum. Panasnya tubuh Angel bukan akibat suhu ruangan melainkan efek dari obat perangsang yang dia minum. Axel terkejut saat tiba-tiba Angel menarik pergelangannya kemudian meletakan kedua tangan Axel di atas dada sintalnya.

"Aku butuh sentuhan, Axel. Please! Aku sudah tidak tahan lagi."

"Kau sedang berada di bawah pengaruh obat perangsang, Angel."

"Kau tahu ini panas?! Semua ini akan berakhir jika kau menyentuhku, aku mohon sentuh aku sebelum aku yang akan bertindak untuk memperkosamu."

"Sadar, Angel!" Axel mengarahkan tangannya ke dahi Angel kemudian menyentilnya keras. Membuat gadis itu mengaduh kesakitan sambil menghusap-husap dahinya. "Jangan gila atau kau sendiri yang akan menyesali semua ini?!"

"Aku tidak akan menyesal. Kau tampan. Aku malah beruntung bisa menjadi teman tidurmu."

"Aku tidak!"

Angel mengerutkan dahinya. Walau dia mabuk tapi dia masih bisa menangkap menolakan Axel yang terang-terangan. Angelica Falkner ditolak? Kiamat sudah dekat, persiapkan diri kalian.

Axel hendak menjauhinya namun Angel bergerak cepat menarik tengkuknya dan bibir mereka kembali bertemu. Tubuh Axel menegang, itu reaksi alamiah yang dia rasakan ketika seorang perempuan menciumnya dengan sesual. Axel menahan kedua tanganya di belakang tubuh agar tidak menyentuh Angel ketika gadis itu merangkak naik ke atas pangkuangnya. Menggoda miliknya dengan bokong indah milik Angel yang dengan sengaja gadis itu gesekan disana tanpa henti.

"Angel..—"

Ucapan Axel terpotong kembali akibat Angel yang tidak mau memutuskan ciuman mereka. Bibir Axel terkatup rapat. Bukannya tidak ingin membalas, dia hanya sedang mengontrol diri agar tidak melebihi batas. Axel tidak sesinting Angel. Dia masih tahu diri, alih-alih dia pernah menyewa Angel untuk memastikan identitas Miss A yang sebenarnya, bukan berniat meniduri anak Menteri itu.

"Kenapa kau tidak membalas ciumanku?"

"Kau sedang berada dibawah pengaruh obat perangsang."

Itu lagi. Itu lagi!

"Persetan dengan itu semua! Kau benar-benar pria bodoh karena sudah menyia-nyiakanku." Angel bangkit dari pangkuan Axel. Gadis itu buru-buru melepas gaunnya seolah dia merasa terbakar akibat gaunnya sendiri.

Cobaan apa lagi ini? Axel mengumpat di dalam hati kala kedua matanya tidak berhenti milirik tubuh Angel hanya dalam balutan pakaian dalam wanita. Untuk kesekian kali Axel berkata jika dia pria normal yang mudah terangsang jika disuguhkan pemandangan indah seperti ini. Sial! Dia harus melakukan sesuatu sebelum semuanya akan berakhir di ranjang dan esok hari keduanya akan menyesal. Ayo berpikir, Axel!

"Axel." Panggil Angel dengan nada menggoda. "Kemarilah!"

Oke cukup! Axel lemah jika digoda terus-terusan begini. Akal sehatnya seolah hilang ketika dia melangkah mendekati Angel yang sedang berdiri sambil membuka kedua tangannya seolah menunggu Axel masuk ke dalam pelukannya. Tangan Axel meraih tengkuk gadis itu, menghusapnya secara sensual sehingga Angel memejam kedua matanya menikmati.

Don't Call Me AngelWhere stories live. Discover now