Chapter 27 : Pervert Boyfriend

9.9K 488 361
                                    

Angel menggerakan pinggulnya, maju dan mundur, berulang kali membuatnya seolah ingin meledak. Kepalanya tertarik ke belakang ketika Axel juga turut menggerakan diri di bawahnya, mengikuti tempo yang Angel lakukan, bahkan lebih cepat. Membuat Angel merasa sedikit kewalahan untuk mengimbangi. Sudah besar, tahan lama pula. Sial. Axel selalu berhasil membuatnya puas. Ini bahkan sudah yang ketiga kalinya.

"Haruskah aku lagi yang keluar terlebih dahulu?" Kata Angel sedikit menggurutu. Dia sedikit malu mengakui kekalahannya lagi dan lagi.

"Sedikit lagi, sayang." Erang Axel, memejamkan kedua matanya sembari meremas bokong Angel.

Angel menahan keras tangannya agar tidak menarik rambut berantakan Axel, dimana hal itu bisa membuat jahitan di kepala Axel semakin parah. Mana mungkin Angel tega menyakiti Axel. Saat ini dia ingin bermain halus, menebus kesalahannya pada Axel beberapa saat yang lalu.

"Axel, aku sudah tidak tahan."

"Keluar bersamaku, sayang. Ouuhh..—My Angel." Erang Axel lantang, suara beratnya tertahan di kerongkongan kala dia menemukan pelepasannya.

Angel ambruk di atas tubuh Axel, mengistirahatkan kepalanya pada dada Axel yang naik turun. Dalam beberapa detik mereka menetralkan deru napas mereka yang terengah-engah. Kejantanan Axel yang masih berada di dalam milik Angel seolah meminta lagi. Namun sepertinya Angel tidak ingin membuat dirinya berakhir dengan tidak bisa berjalan. Maka dari itu dia menarik diri kemudian menggulingkan tubuh ke sebelah Axel.

"Kau sudah menyerah?" Tanya Axel, lebih mengarah pada sebuah cibiran.

"Tidak." Jawabnya. Axel mengubah posisinya mengambangi tubuh Angel. Namun Angel buru-buru menahan ketika Axel hendak menyatukan tubuh mereka lagi. "Tidak sekarang, Axel."

Axel terkekeh pelan sebelum mengecup panjang dahi Angel. Dia menatap lekat wajah Angel yang entah mengapa selalu terlihat cantik dalam situasi apapun. "Aku terlalu memujamu, Angel."

Angel memeluk leher Axel erat. "Aku juga memuja juniormu yang sangat kuat itu. Dia selalu sukses membuatku keluar lebih dulu."

"Hanya dia yang kau inginkan?"

"Pertanyaan bodoh!" Angel berdesis sambil mencubit perut Axel. Pelan. Sungguh. Dia sudah berjanji tidak akan menyakiti Axel secara fisik lagi. "Kalau aku tidak menginginkanmu, sudah ku biarkan kau mati berlumuran darah di jalanan. Sekalian, mayatmu akan kubuang ke jurang!"

Axel menyipitkan mata, kembali memajukan wajahnya untuk mengecup bibir Angel berulang kali. "Tapi aku tau kau tidak mungkin tega melakukan itu padaku, sayang. Jika kau lupa, akan kembali ku ingatkan bahwa kau menangis sesegukan saat mengantarku ke rumah sakit."

"Shut up, Axel! Atau kau ingin heelsku tak hanya menghantam kepalamu saja?"

Axel tersenyum kala melihat wajah Angel memerah akibat candaannya. Gadis itu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Tidak ingin memperlihatkan sisi lain seorang Angel—selain sifat galak, kepada Axel. Menggemaskan sekali!

Bangkit dari tempat tidur, Axel pun menarik kedua tangan Angel. Gadis itu mendongak dengan wajah bingung seolah bertanya 'apa-yang-ingin-kau-lakukan?'.

"Kita bau anyir. Mandilah bersamaku."

Apa? Angel tidak salah dengan kan? Mandi bersama? Astaga, Angel benar-benar bisa gila sekarang! Ditolak mubazir, di-iyakan tentu akan memiliki resiko yang tinggi untuk kelancaran berjalanannya—sekarang saja Angel
sudah merasa sangat nyeri pada pangkal pahanya. Jadi, apa yang harus Angel lakukan sekarang?

Angel tersentak saat tiba-tiba saja Axel membopong tubuh polosnya dari atas tempat tidur. Membuat Angel langsung melingkarkan tangannya di balik leher Axel sambil mengigit keras bibir bawahnya. Sentuhan Axel selalu membuat Angel terangsang. Bagaimana bisa? Oh, Angel tidak bisa menahan diri lagi jika seperti ini.

Don't Call Me AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang