Chapter 15 : Angels Don't Cry

8.5K 546 363
                                    

Hi, aku seneng banget sama antusias kalian, jadi bisa fast update terus nih. Ramein yuk part ini, kasi boom vote + spam komen yang banyak pokoknya, ditunggu.

Are you ready?
Happy reading❤️

***

Angel menatap foto cantik Adelia yang terpajang di dinding kamar Bryan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Angel menatap foto cantik Adelia yang terpajang di dinding kamar Bryan. Foto tersebut diambil tiga tahun sebelum Tuhan memanggil Mamanya. Adelia terlalu sempurna untuk sosok bajingan seperti Abraham. Sosok Abraham terlalu ambisuis, tidak pernah puas atas apa yang dia miliki. Sekalipun itu istri sesempurna Adelia, putra tampan seperti Bryan serta putri cantik sekuat Angel. Nyatanya Abraham lebih memilih Tisha.

Batu kerikil memang terlihat lebih menarik dibandingkan sebongkah emas untuk orang bodoh.

"Tiga botol Tequila pesananmu sudah datang, Angel." Bryan masuk dengan sebuah kardus di dekapannya.

Angel terkekeh pelan. Bryan memang menyayanginya. Buktinya dia rela menyeludupkan tiga botol Tequila pesanan Angel ke rumah rehabilitasi hanya untuk menyenangkan hati adik kesayangannya yang sedang galau.

"Mengapa harus menggunakan kardus?"

"Ya. Aku menyeludupkan miras sialan ini dalam perlengkapan melukisku. Jika aku ketahuan Dokter Amanda maka dia akan ngadu pada Papa, dan kemungkinanku untuk keluar dari tempat sialan ini semakin kecil."

Angel meletakan kardus yang cukup berat itu di atas meja kemudian dia merentangkan tangannya untuk memeluk Bryan. Disaat seperti ini hanya Bryan yang mampu membuat Angel tetap hidup. Hanya Bryan yang mencintainya dengan tulus.

"Ada aku. Aku akan membantumu keluar dari sini."

"Untuk menyeludupkan miras saja kau masih meminta bantuanku. Apa kau yakin bisa mengeluarkanku dari sini, gadis kecil?" Canda Bryan. Membuat Angel tertawa adalah salah satu kewajibannya.

"Aku bukan gadis kecil! Aku sudah bisa minum miras."

Melepas pelukannya, Angel pun mengeluarkan tiga botol Tequila dari dalam kardus. Dia berjalan menuju meja bundar yang terdapat dua gelas kosong di atasnya. Tanpa pikir panjang Angel menuangkannya sedikit dan meneguknya. Panas!

"Duduklah, Bryan. Temani aku minum."

Bryan menurut. Dia mendudukan diri di depan Angel yang terus menyesap minumannya. Bryan memperhatikan sang adik lekat. "Apa kau baik-baik saja, Angel?"

"Lebih baik setelah meminum ini." Angel menaikan gelasnya.

Bryan ikut menegak minumannya. "Bukan hanya hari kematian Mama yang membuatmu seperti ini. Aku mengenalmu lebih dari dirimu sendiri, sayang. Apa kau sedang ada masalah dengan Papa atau wanita sialan itu berulah lagi?"

"Papa lagi-lagi menolak ikut mengunjungi Mama."

"Setiap tahunnya memang seperti itu. Kau terlalu bodoh mencari alasan." Bryan menarik dagu Angel agar menatapnya. Sangat kentara jika adiknya sedang menyembunyikan sesuatu. "Kenapa harus berbohong? Kau tidak percaya lagi padaku?"

Don't Call Me AngelWhere stories live. Discover now