Chapter 53 : Start Up

5.5K 375 434
                                    

Di dalam hidupnya Axel tidak pernah takut akan apapun, termasuk menghadapi seseorang yang memiliki kekuasaan tinggi. Ketakukannya tidak berada pada Abraham melainkan Angel, dia takut akan kehilangan gadis itu, hanya itu.

"Kau memiliki keberanian yang luar biasa untuk menampakan batang hidungmu di hadapanku setelah nyaris mati." Abraham mendudukan dirinya pada sebuah kursi taman yang ada di dekat kebun pribadinya, meneliti Axel yang berdiri santai di depannya. "Tidak sayang nyawa, anak muda?"

"Kau bukan penentu hidup dan mati seseorang, Sir." Sahut Axel, mendudukan diri tanpa dipersilahkan. "Aku datang kemari memiliki tujuan."

"Jika ini soal Angel, kau tahu aku tidak akan pernah melepaskan putriku untuk pria di bawah standar sepertimu. Carilah yang sebanding, perempuan yang sederajat denganmu di luar sama masih banyak."

Axel tersenyum miring, beginikah sifat seorang pemimpin negeri ini? Ck. Sombong.

"Maka dari aku hanya pria dibawah standar untuk putrimu, aku memilih untuk mundur."

"Bagus! Tidak sulit membuatmu sadar diri. Lalu, untuk apa lagi kau datang kemari?"

"Pesangon." Sahutnya. "Kau menjanjikan itu di awal kontrak, walau aku sempat mengambil kesempatan untuk mendekati Angel tapi selama ini aku sudah menjaganya dengan baik."

"Kau licik juga!" katanya menyeringai. "Aku bukan orang yang senang mengingkari janji, aku akan sedikit bersedekah untukmu."

Abraham mengeluarkan sesuatu dari balik sakunya. Dia menuliskan nomilan uang di atas cek kemudian menyerahkannya kepada Axel.

"Aku rasa uang itu lebih dari cukup untuk bertahan hidup dan aku memintamu tidak pernah menginjakan kakimu disini lagi! Apalagi coba-coba menemui Angel, karena dia akan segera ku nikahkan dengan calon pilihanku."

"Seleramu tidak berubah. Kau selalu mencoba menyandingkan putrimu dengan para pria brengsek. Setelah Jovie Durant, kini Darrel..—"

"Kau tidak ada apa-apanya dibandingkan mereka, Axel. Lihat dulu kemampuanmu, baru berbicara! Cek di tanganmu itu membuktikan jika kau tidak ada bedanya dengan seorang gelandangan."

Hampir saja Axel meremas cek yang ada di tangannya, jikalau dia tidak sadar jika saat ini dia sedang bersandiwara. Dia tidak boleh emosi atas permainannya sendiri.

"Ya, kau benar." Axel bangkit berdiri, memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Well, boleh aku bertanya sesuatu padamu?"

Abraham tersenyum meremehkan. "Asal itu pertanyaan berbobot akan ku jawab."

"Apa kau mengenal Tristan Alterio, Sir?"

"Tentu saja! Aku mengenal seluruh pengusaha sukses di dunia ini, termasuk Tristan Alterio, hubungan kami sangat baik. Dia pengusaha yang sangat amat sukses, mungkin harta kekayaan kami sebelas dua belas." Abraham menyeringai tajam, "Apa kau ingin mecoba memorotinya seperti apa yang kau lakukan padaku?"

"Maksudmu?"

"Setelah menjadi kacungku, kau ingin menjadi kacungnya? Bekerja untuk Tristan Alterio, begitu?"

Oh, kacung katanya? Axel hanya menanggapi dengan senyum simpul, disaat seperti ini dia tidak mempermasalahkan harga dirinya yang diinjak-injak. Bukankah kita harus merendah terlebih dulu sebelum meroket.

"Papa!" Suara itu membuat Axel mengurungkan niat untuk menyahut. Angel datang menghampiri dengan pakaian tidurnya yang seksi. Sial! Axel tidak ada niat membuat Angel menghampiri mereka disini.

"Kau tidak menyakit...—" Angel menggantungkan kalimatnya kala menyadari kode yang Axel berikan melalui kedipan mata. Ya, dia hampir lupa jika mereka harus bersandiwara seolah tidak memiliki hubungan apa-apa lagi di depan Abraham. "Oh..—Apa yang kalian lakukan? Untuk apa lagi kau datang kemari, Axel? Belum puas mengganggu hidupku?"

Don't Call Me AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang