Chapter 9 : Don't Touch Her

10.9K 559 157
                                    

Angel turun dari atas motor Axel ketika mereka sudah sampai pada kediaman keluarga Falkner. Axel menyuruh Angel untuk masuk terlebih dahulu kendati pria itu masih berhutang penjelasan padanya mengenai kejadian di Daffodil's Cafe beberapa saat yang lalu. Katanya Axel mau memarkirkan motor kesayangannya dengan benar. Alah! Jangan harap Axel bisa kabur begitu saja.

"Papa, aku pulang!" Teriaknya setelah membuka pintu utama.

Melihat mobil milik Abraham terparkir di halaman membuat Angel berasumsi bahwa Papanya sedang berada di rumah.

Margareth. Pelayan paling senior yang sudah bekerja belasan tahun kepada keluarga Falkner datang dari arah dapur untuk menghampiri Angel di ruang tamu.

"Tuan sedang tidak ada di rumah, Nona."

"Tapi aku melihat mobil Papa terparkir di luar."

"Suamiku memiliki tugas dinas di luar kota untuk dua hari ke depan." Sahut suara yang berasal dari balik punggung Angel. Tanpa melihat pun Angel tahu siapa pemilik suara itu. Ibu tirinya, Tisha. Orang yang paling Angel benci di rumah ini. "Abraham berangkat menggunakan mobil dinas dengan beberapa staf negara lainnya."

Dan Papanya tidak akan pulang selama dua hari kedepan. Ish, menyebalkan! Rumah ini akan dikuasai penuh oleh wanita tua sialan itu.

"Selamat menjadi penguasa rumah selama dua hari ke depan, Nyonya Tisha yang terhormat!" Ucap Angel sarkas.

Dia hendak mengikuti Margareth yang sudah meninggalkan ruangan terlebih dahulu namun Tisha menahan lengannya. Angel menepis cepat. Mana sudi dia disentuh oleh wanita penggoda satu ini? Ck. Angel jijik.

"Kapan kau akan bersikap sopan padaku, Angel?"

"Sampai kentutku beramona lavender juga aku tidak akan sudi bersikap sopan padamu!"

"Kau memang gadis brutal yang tidak punya sopan santun. Apa Ibumu tidak pernah mendidikmu dengan benar? Gadis liar sepertimu seharusnya tidak dibiarkan berkeliaran begitu saja. Sama halnya seperti kakakmu, Bryan, dia pantas berada di rumah rehabilitasi karena dia hanya bisa mempermalukan nama baik keluarga! Kau tidak berniat untuk menyusulnya kesana?"

Tangan Angel terangkat, ingin menamparnya. Namun seseorang mencekal pergelangannya. Angel menoleh dengan wajah merah padam. Ucapan Tisha baru saja tentu sangat membuatnya marah. Angel tidak pernah terima keluarganya dihina oleh siapapun. Apalagi orang itu adalah Tisha. Wanita titisan iblis yang mendadak muncul di tengah keluarganya. Menghancurkan, merampas kebahagian keluarga kecilnya. Oh sialan! Kenapa pula Axel harus datang dan menahan tangannya?

"Jangan bertindak kasar pada orang yang lebih tua, Angel. Terlebih lagi dia adalah Ibumu."

"Lepaskan tanganku!" Ancam Angel namun Axel tak mengindahkannya. "Kau tidak tahu apa-apa! Jangan ikut campur atau aku akan membencimu seumur hidup, Axel."

"Beginikah attitude seorang Putri Perdana Menteri?" Sahut Tisha semakin mengompori.

"Tutup mulutmu, brengsek!"

"Angel!" Peringat Axel sekali lagi.

Entah mengapa baru kali ini Angel menyesal memiliki Axel di sisinya. Dua kali sudah Axel membela musuhnya. Pertama Sarah. Kedua Tisha. Besok siapa lagi?

Dada Angel mendadak sesak, begini jadinya jika emosi Angel tidak tersalurkan. Angel bukan orang yang pandai meredam emosi. Angel dengan segala kebrutalannya, itulah jati diri Angel yang sesungguhnya. Dan tidak seorang pun berhak menghalangi apa yang ingin dia lakukan. Sekalipun orang itu Axel.

Angel melepas kasar tangannya. Memicing pada sosok Tisha yang tersenyum menang di hadapannya kemudian Angel memilih untuk melenggang pergi menuju kamarnya. Disaat seperti ini Angel selalu merasa sendirian. Semua orang tampak sama. Axel yang dianggapnya berbeda ternyata tidak seperti apa yang Angel pikirkan. Menyebalkan!

Don't Call Me AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang