Chapter 37 : A Shot

6.1K 439 532
                                    

Angel menatap bajunya yang basah akibat siraman susu panas yang baru saja Laura lakukan padanya. Untung sensasi panasnya tidak membuat kulit Angel terbakar, tapi perbuatan yang didasari oleh fitnah tidak akan pernah dibenarkan. Angel berdecih di depan Laura, meremehkannya yang sedang memasang tampang tidak bersahabat. Siapa yang dia sebut perebut tunangan orang? Angel? Hell, tidak kah dia tahu bagaimana kelakukan Jovie di belakangnya? Jika ada orang yang patut disalahkan disini ialah mereka berdua. Jovie si bajingan doyan selingkuh dan Laura perempuan yang tidak bisa menjaga tunangannya.

"Aku tidak pernah punya masalah denganmu. Dan kau datang kemari, menyiramku dengan susu panas dengan tuduhanmu yang tidak jelas itu." Angel terkekeh. "Sebelum menuduh orang lain lebih baik kau tanyakan dulu pada tunanganmu yang bajingan itu. Lagi pula, spesies semacam Jovie jika diobral pun, aku sama sekali tidak tertarik, meliriknya pun tidak minat. Cih!"

Laura melemparkan sesuatu ke wajah Angel namun Liliana yang berada di sampingnya dengan sigap menangkapnya. Sebuah majalah terbitan hari ini dengan sampul yang berjudul 'Abraham Falkner sebut : Jovie Durant calon menantu saya'. Angel buru-buru mengambil alih majalah itu dengan mata menyipit. Dia kembali membaca kata demi kata yang sialnya tidak berubah. Apa-apaan ini?

"Kau mau membela diri bagaimana lagi, Angel? Sekali pun kau dan Jovie berusaha menutupi perselingkuhan kalian, tapi aku tidak bodoh!"

"Jika kau tidak bodoh seharusnya kau tidak termakan berita hoax!"

"Angel, lihat ini! Kalian berdua kissing?" Liliana yang di sebelahnya berbisik sambil membuka halaman tengah majalah yang rasanya memang ingin merusak kehidupan pribadi Angel. Darah Angel semakin naik ke ubun-ubun saat melihat foto dirinya dan Jovie yang sedang berciuman di backstage. Ralat bukan berciuman, Angel korban pemaksaan. Dan sial, ini pasti sudah direncanakan bukan?

PLAK!

Angel memegangi pipi kirinya saat tamparan keras dari Laura sukses membuat pipinya panas. Sedari tadi Angel sudah diam, dia berusaha meluruskan dan tidak fisik. Tapi sepertinya perempuan yang ada di hadapannya ini tidak bisa diajak bicara baik-baik. Angel geram, dia tidak bisa menerima penindasan atas hal yang tidak dia perbuat.

"Kau mencium tunanganku, bitch! Semua orang di dunia ini bisa melihatnya. Aku hampir menikah dan kau datang untuk menghancurkan seluruh rencana kami. Dasar perempuan murah..—"

Angel melangkah keluar dari mejanya, dia menarik rambut panjang Laura yang semula terikat hingga ikatannya terlepas. Laura berdesis sakit namun Angel tidak akan melepaskannya dengan mudah. Sekalian dibikin botak saja biar tahu rasa!

"Aku sudah berusaha bersikap baik padamu tapi sepertinya kau memang ingin cari mati!" Angel menariknya lebih keras. Liliana yang berdiri di sebelahnya pun berusaha menghentikan dengan meraih pergelangan tangan Angel namun tentu saja Angel menolak. "Diam, Lili! Ini urusanku dengan perempuan bermulut sialan ini."

Laura pun mengerahkan seluruh tenaga untuk melawan, hingga perempuan itu berhasil mengeluarkan sebuah pistol dari tas jinjingnya. Refleks, Angel melepaskan tangannya dan menjaga jarak, begitu pula dengan Liliana yang tampak semakin syok. Jika dengan tangan kosong, Angel yakin dirinya akan menang, tapi sepertinya Laura memang tidak sebodoh itu, dia tahu Angel bukan lawan yang mudah.

"Jika kau berani mendekat aku akan menembak kepalamu, Angel!" Teriak Laura mengancam. Suasana restoran menjadi riuh, beberapa model yang semula sedang menyantap sarapan mulai berteriak histeris.

"Turunkan benda itu!"

"Kenapa? Kau takut?" Laura tersenyum miring. "Dari pada pernikahanku dan Jovie batal, akan lebih baik jika kau mati. Perempuan perusak sepertimu memang harus dimusnahkan!"

Don't Call Me AngelWhere stories live. Discover now