Chapter 69 : The Future

7.8K 456 929
                                    

Playlist : Infinity - One Direction

Hi, dua chapter terakhir nih. Udah siap dengan kejutan part ini?

Jangan lupa VOMMENTS yang banyak!
Happy reading❤️

Alterio's Family

Alterio's Family

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Tangan Axel yang melingkari tubuhnya benar-benar mengunci. Membuat Angel kesusahan untuk sekedar mengubah posisi. Melirik ke samping, dia tidak tega membangunkan Axel yang tampak sangat pulas. Tapi disisi lain, dia tidak bisa menahan rasa mual diperutnya. Rasanya ingin muntah.

"Mau kemana?" Tanya Axel, membuka sedikit matanya menyadari Angel yang tidak bisa diam.

Mendapat celah, akhirnya Angel pun menegapkan tubuh. Dihusapnya rambut Axel sehingga kedua matanya kembali tertutup. "Aku ke toilet sebentar."

"Jangan lama-lama."

Angel pun memuntahkan sesuatu yang mengganjal diperut dan kerongkongannya pada wastafel. Morning sickness yang begitu menganggu pada masa kehamilan pertamanya. Setelah dirasa cukup, dia membasuh mulutnya walau rasa mual diperutnya tak kunjung hilang.

"Sayang, kau baik-baik saja?" Axel masuk ke dalam toilet. Wajah bantalnya terlihat panik. Sangat menggemaskan. Ada beberapa hal yang melintas dipikiran Angel; melarikan jemarinya pada setiap coretan tinta di tubuh Axel kemudian mencium aroma rambutnya.

"Sini." Angel mengulurkan tangan yang langsung di sambut Axel. Saat Axel mengangkat tubuhnya untuk duduk di pinggiran wastafel, Angel langsung memeluk lehernya kuat. "Aku suka aroma rambutmu. Gunakan shampo dengan aroma yang sama selama aku hamil agar rasa mualku hilang."

"Apa hubungannya?"

"Aku juga tidak tahu. Tanyakan saja pada baby yang ada di dalam perutku. Dia sengaja membuatku tergila-gila dengan wangi rambutmu."

"Pada Daddy-nya. Itu lebih tepat!" Axel terkekeh pelan. "Kau ingin makan apa untuk sarapan?"

"Aku tidak ingin memakan ap—"

"Angel, sekarang kau tidak sendirian, nutrisi ditubuhmu terbagi dua. Jika kau tidak makan bagaimana dia bisa sehat di dalam perutmu?"

"Ya, ya, apapun yang kau buat aku akan makan." Angel menghela napas. Ketika Axel menarik pergelangan tangannya, dia tidak juga beranjak. "Aku mau gendong."

"Perutmu bahkan belum besar, kau masih—"

"Baby yang ingin digendong bukan aku!"

"Oke, aku gendong." Axel berjongkok menunggu Angel untuk naik ke atas punggungnya. Saat dia menoleh ke belakang, lagi-lagi Angel tidak bereaksi. "Ada apa, sayang?"

Don't Call Me AngelWhere stories live. Discover now