Chapter 7 : Hello, My Hero

10.1K 563 121
                                    

Angel menunggu pintu lift di depannya terbuka dengan tidak sabaran. Dia sudah terlambat dua menit dari waktu yang sudah dijanjikan. Dan itu akan mencoreng nama baik Miss A di depan kliennya karena selama ini dia terkenal sangat on time. Pun Angel melangkah cepat keluar dari pintu lift setelah tiba di lantai lima. Dia sedang mencari nomer apartemen sesuai dengan apa yang sudah Liliana kirimkan padanya.

Tangan Angel terulur untuk menekan bel setelah menemukan pintu apartemen yang dirasanya benar. Tak lama kemudian pintu pun terbuka secara perlahan. Angel melongo melihat siapa yang sedang berdiri dihadapannya sekarang. Oh God. Samuel? Samuel Winston? Jadi pria ini adalah klien Angel malam ini? Shit. Tamat sudah riwayat Angel.

"Miss A." Ucapnya rendah. Suaranya yang agak serak terdengar begitu seksi. "Aku sudah menunggumu."

Angel mendongak pelan hingga kedua mata mereka bertemu cukup lama. Sepertinya aman. Samuel tidak mengenali dirinya dibalik wig blonde dan tata rias glamor pada wajah Miss A—yang sangat berbanding terbalik dengan wajah natural Angel ketika bertemu dengan Samuel kemarin. Oh syukurlah!

"Maaf, aku sedikit terlambat. Jalanan cukup padat malam ini."

"Tidak masalah." Samuel membuka pintu lebih lebar. Kemudian meletakan satu tangannya di balik punggung Angel yang terbuka. "Masuklah, honey."

Angel mengedarkan indera pengelihatannya untuk menilai apartemen milik keponakan dari Pemilik Stasiun Televisi Swasta yang amat sukses di Negeri ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Angel mengedarkan indera pengelihatannya untuk menilai apartemen milik keponakan dari Pemilik Stasiun Televisi Swasta yang amat sukses di Negeri ini. Mewah dan megah. Memiliki unsur klasik yang sangat elegan. Angel serasa masuk ke dalam sebuah istana kerajaan ketika menginjakam kakinya lebih dalam. Tidak salah lagi, Samuel memang kaya raya. Bahkan dengan gayanya yang malam ini sedikit berantakan, Samuel terlihat tetap mempesona. Pria itu menggunakan sweater rajut, celana pendek dan sepasang kaus kaki. Angel bahkan bisa mentafsir harganya sangat fantastik.

"Bagaimana jika kita minum dulu?"

"Apa aku juga dibayar untuk jadi teman minum?"

"Kau sangat pantas dijuluki gadis milyaran dollar." Samuel terkekeh sambil mendudukan dirinya di sofa. Dia menarik Angel untuk duduk di sebelahnya, kemudian berbisik. "Aku akan mentransfer dua kali lipat dari tarifmu. Bagaimana?"

"Sure. Aku akan jadi teman minummu terlebih dahulu."

Angel bergerak mengambil botol miras di atas meja kemudian menuangkannya pada dua gelas yang sudah disiapkan di atas meja. Satu untuk Samuel, satu lagi untuk dirinya. Tangan nakal milik Samuel sudah mulai meraba-raba paha Angel yang terbuka. Angel menarik senyum miring, sepertinya ini akan menyenangkan.

"Minumlah."

"Aku ingin minum dari bibirmu."

Samuel mengambil alih gelas di tangan Angel kemudian langsung menyodorkannya pada bibir gadis itu. Angel pun meminumnya tanpa menelan, membuat Samuel langsung menyesap bibir Angel untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Samuel menjilati bibirnya begitu sensual, tidak lepas mengeksplor lidahnya pada rongga mulut Angel yang membuat ciuman itu semakin liar. Samuel memang pencium yang handal tapi kenapa Angel malah mendambakan ciuman dari Axel? Sialan. Pria itu sangat mengganggu pikirannya.

Don't Call Me AngelWhere stories live. Discover now