Chapter 48 : Us and Rain

5.9K 473 687
                                    

Playlist : It Will Rain - Bruno Mars

Vommentsnya ditunggu yang banyak.
Happy reading❤️

***

Kalimat Angel terus tergiang-ngiang mengganggu pikiran Axel. Angel tidak boleh meninggalkannya. Tidak boleh!

Tanpa memperdulikan bagaimana suasana meja makan setelah aksi baku hantam yang Axel lakukan kepada Tristan, dia berlari menyusul Angel. Sampai dia harus menabrak seorang pelayan yang sedang membawa minuman hingga semuanya tumpah berceceran di lantai dan menimbulkan kegaduhan bagi pengunjung di sekitarnya, namun Axel sama sekali tidak memperdulikannya.

Tidak habis pikir bagaimana mobil Samuel kembali hadir disana, Axel kira pria itu sudah pergi. Cuaca yang sedang hujan membuat Samuel membukakan sebuah payung untuk Angel, menggiring gadisnya menuju kursi penumpang dan membukakan pintu layaknya apa yang Axel lakukan pada Angel.

Brengsek. Samuel memang ingin cari mati!

Axel naik ke atas motornya, tanpa memperdulikan bagaimana hujan membasahinya hanya dalam beberapa detik. Mobil Samuel melaju lebih cepat, seolah dia tahu jika Axel sedang membuntutinya dari belakang. Axel tidak mempedulikan nyawanya dengan terus memepet mobil Samuel untuk dapat mengetuk jendela mobilnya.

Nekat, Axel menghalau laju mobil Samuel dengan memposisikan motornya di tengah-tengah jalan. Sedikit lagi dia nyaris tertabrak, roda motornya bahkan sudah mengalami gesekan dengan plat mobil Samuel. Hingga sang pemilik turun dengan memegang sebuah payung untuk melindungi diri.

"Apa yang kau lakukan, dude? Kau pikir harga motor kampunganmu ini setara dengan harga mobil mahalku?" Kata Samuel memeriksa mobilnya tanpa peduli sebuah nyawa yang hampir saja melayang. "Mobilku hanya ada lima unit di dunia. Dia bahkan lebih berharga dari pada nyawamu!"

"Kembalikan Angelku!"

"Setelah kau meninggalkan goresan di mobil mahalku, kau masih punya muka untuk menuntutku. Cih." Samuel meludah, tepat di depan Axel. "Dia tidak layak disebut Angelmu setelah kau membuatnya uring-uringan di kelab."

Axel melepas helmnya, dengan amarah yang menguasi dirinya secara penuh, Axel melemparkan benda itu ke arah jendela mobil Samuel hingga mengalami keretakan yang cukup parah. Sang pemilik pun tidak terima, dia melepaskan payung yang semula melindunginya kemudian tangannya beralih untuk meninju Axel.

Untuk pertama kali Axel tidak melawan, dia membiarkan Samuel memukulnya bertubi-tubi. Dia sama sekali tidak menyentuh Samuel, dia hanya mengerahkan seluruh tenaganya untuk bertahan, seolah itu bisa membuat tubuhnya bertahan seperti baja.

"Samuel, stop!"

Suara itu, suara teriakan yang ingin Axel dengar sedari tadi. Nyatanya Angel masih peduli, dia bahkan rela turun dari mobil dan kehujanan hanya untuk menghentikan aksi membabi buta yang Samuel lakukan.

"Bukankah kau yang memberiku ide untuk membengkokan rahangnya?" Tanya Samuel pada Angel ketika dia menarik dirinya sejenak. Ya, Angel memang sempat berbicara seperti itu di dalam mobil karena tersulut emosi. "Aku sedang melakukannya untukmu, Angel. Duduk manislah di dalam, kau akan mendapat kabar baik karena Axel cukup lemah kali ini."

Angel melirik Axel yang terduduk lemah dengan sudut bibir yang berdarah, walau air hujan memudarkannya namun Angel tahu jika pukulan Samuel sangat menyakitkan.

"Hanya itu kemampuanmu hm? Tidak ada bedanya, kau masih payah seperti terakhir kali kita bertemu di atas ring!" Teriak Axel, menantangnya.

"See? Bajingan ini menantangku, dia tahu jika harga dirinya tidak cukup untuk membayar ganti rugi mobilku yang rusak."

Don't Call Me AngelNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ