Chapter 50 : Hangover

6.1K 440 317
                                    

Udah brp hari ga update? Ada yg kangen?

Sorry for late, semoga chapter ini bisa mengibur kalian, jangan lupa Spam Vomments ya. Happy reading❤️

***

"Jadi kapan kau siap menemui kandidat pertama yang sudah ku pilihkan?"

Angel tergelak, tidak menyangka sama sekali jika Abraham memanggilnya malam-malam begini hanya untuk menanyakan hal yang tidak penting sama sekali. Dia nyaris saja terlelap jika Margareth tidak mengetuk pintu kamarnya pukul setengah dua belas malam karena perintah dari Abraham yang tidak bisa diganggu gugat.

"Sebenarnya apa yang membuatmu begitu ingin menjodohkanku dengan para kanditat sialanmu itu?" Tanya Angel, halus namun cukup menohok Abraham atas kalimat Angel yang lancang. "Apa ini soal reputasi dan uang, Pa?"

"Reputasi dan uang, semua sudah aku miliki, Angel. Sekarang hanya kau yang tersisa, tentu Papa ingin yang terbaik untukmu."

"Hanya aku katamu?" Angel tersenyum miring, tidak bisa menahan diri untuk tidak tersulut. "Kau masih punya seorang Putra, Bryan Falkner, dia juga darah dagingmu. Dari pada kau mengurusi hidupku dengan perjodohan tolol ini, lebih baik kau keluarkan Bryan dari rumah rehabilitasi. Bryan sudah sembuh, dia layak mendapatkan kehidupan normal dan dia juga yang akan meneruskanmu nantinya."

"Mama Tisha tidak akan menyetujui ide itu."

Angel sudah menduga dalang dibalik semua ini adalah Tisha. Angel juga tidak bodoh untuk mencerna apa tujuan Tisha membiarkan Bryan mendekam di rumah rehabilitasi, bahkan dia menginginkan hal itu untuk semalanya. Ini tentang harga warisan keluarga. Karena jika Bryan hidup bebas, seluruh aset yang Abraham miliki tentu jatuh ke tangan Bryan Falkner, putra tunggalnya.

Dan erat kaitannya mengapa Tisha begitu mendesak Abraham untuk segera menjodohkan Angel dengan pria pilihannya. Karena jika Angel menikah, tanggung jawab Abraham sebagai seorang Ayah sudah lepas. Dan Tisha tidak memiliki seorang saingan lagi, dia penguasanya, itu tujuannya.

"Aku tidak setuju dengan perjodohan ini. Aku memang memiliki kewajiban untuk berbakti denganmu namun jika ini hanya untuk memenuhi keinginan istrimu, maaf aku tidak sudi, dia bukan siapa-siapa dihidupku."

"Ini bukan pilihan, ini perintah dari Papa yang harus kau laksanakan, Angel!"

"Aku tidak pernah mengatur dengan wanita mana kau berhubungan, hingga akhirnya kau menyakiti Mama. Kalian membunuh Mamaku!" Air mata Angel menggenang ke kelopaknya. Hatinya mendadak sakit. "Itu artinya kau tidak berhak menghakimi hidupku, aku bebas memilih pria mana yang pantas untukku. Dan aku sudah menjatuhkan pilihanku, kekasihku sangat mencintaiku dan aku yakin dia tidak akan menyakitiku seperti Papa menyakiti Mama."

Tidak ingin membuat perdebatan lebih panjang lagi, Angel menggerakan kakinya menuju pintu utama perpustakaan pribadi milik Abraham. Namun tubuh Angel kembali menegang saat Abraham menahan pundaknya dari arah belakang.

"Baik, jika kau tidak suka diperintah, aku akan mengubahnya menjadi pilihan." Gumam Abraham, tegas. "Terima perjodohan yang kami rencanakan untukmu lalu aku akan mengeluarkan Bryan dari rehabilitasi, atau kau boleh menolak perjodohan ini dengan konsekuensi Bryan akan berada disana seumur hidup. Hanya ada dua pilihan, kau bisa pikirkan baik-baik, Angel."

Tangan Angel terkepal kuat, kemarahan yang semakin memuncak membuat air matanya turun. Ini bukan pilihan, ini jebakan. Perlahan Angel mulai mengerti apa yang Axel rasakan; membenci Papa kandung sendiri karena sikapnya yang keterlaluan. Dan mengingat Axel tidak mengambil keputusan apapun hingga hari ini, Angel pasrah dengan nasib percintaannya.

Don't Call Me AngelWhere stories live. Discover now