Chapter 44 : Secret Emotions

5.8K 448 425
                                    

Warning!
Jangan lupa vomments, happy reading❤️

***

"Tante Haida." Panggil Angel setelah membuka pintu apartemen Axel dengan kode yang sudah dia hapal di luar kepala. Mata Angel langsung membulat saat menemukan ruang tamu Axel penuh dengan tisu bekas. Ada apa sebenarnya?

"Calon menantuku."

Haida bangkit dari duduknya setelah menyadari kehadiran orang lain disana. Dia langsung berhambur memeluk Angel, nyaris membuat Angel jatuh ke belakang jika dia tidak sigap membentengi tubuhnya sendiri.

Dalam keadaan seperti ini Angel tidak tahu harus berbuat apa. Bukannya mereda, tangisan Haida malah semakin kencang dalam pelukannya. Bahkan Angel merasa pundaknya sudah basah akibat air mata Haida.

"Mama." Axel datang dari balik punggung Angel, dimana hal itu membuat pelukan keduanya terlepas. "Kenapa Mama menangis? Apa Tristan menyakitimu lagi?"

Haida tidak membalas Axel, mereka hanya saling beradu tatap. Angel melempar pandangan pada ibu dan anak itu secara bergantian dan dia tidak menemukan apa arti di balik itu semua. Telinga Angel menangkap Axel menyebut nama Tristan. Maksudnya, Tristan Alterio? Suami Haida sekaligus Papa Axel? Oh, jadi ini masalah keluarga.

"Aku akan ambilkan air putih agar kau lebih tenang. Sekarang kita duduk dulu ya, Tante." Angel melingkarkan tangan kanannya di pundak Haida, begitu pula dengan tangan kiri yang dia gunakan untuk menarik pergelangan tangan Axel agar ikut dengannya.

Angel bergegas ke dapur, mengambilkan air putih untuk calon mertuanya yang sedang dilanda kesedihan. Namun mendadak langkahnya terhenti saat mendengar Haida dan Axel saling sahut menyahut dengan nada yang cukup keras. Angel urung, tangannya yang menggenggam gelas sedikit bergetar karena gugup. Haida sedang sedih, Axel sedang marah. Bagaimana Angel bisa menghadapi semua ini?

"Papa menuduh Mama selingkuh dengan rekan kerja Mama, padahal Mama tidak seperti itu. Kau tau sendiri kalau Mama ini wanita setia, istri setia. Papamu salah paham, Axel. Apa yang harus Mama lakukan sekarang?"

"Dia bukan Papaku!" Sahut Axel, rahangnya menegas. "Kau tau pria itu samgat tempramental dan kau masih memilih untuk bertahan dengannya. Dan saat kau memiliki masalah dengannya, kau datang padaku dan meminta solusi. Apa aku harus memperdulikan keluh kesahmu?"

"Berhenti berbicara seperti itu. Dia Papamu, Axel! Kau tidak akan ada di dunia jika bukan karenanya."

"Lalu?" Axel terkekeh, meremehkan. "Aku bahkan lebih senang disebut anak yatim."

PLAK!

Gelas yang ada ditangan Angel nyaris terjatuh saat mendengar suara tamparan keras yang Haida
berikan pada Axel. Padahal Axel yang ditampar tapi Angel yang merasakan sakitnya. Bukan soal rasa sakit pada pipinya, Angel tahu hati Axel bahkan lebih sakit dari tamparan itu. Angel jadi ingat bagaimana Abraham sering kali nyaris menamparnya ketika ia berbuat kesalahan. Itu tidak dibenarnya, sekalipun yang melakukannya adalah orang tua sendiri.

"Mama menamparku demi membelanya?!"

"Papa jadi seperti itu karena dirimu! Seandainya malam itu kau tidak mabuk-mabukan di club, seandainya malam itu kau tidak menelpon Sandra untuk datang, seandainya kau tidak mengendarai mobil secara ugal-ugalan. Sandra, adikmu, tidak akan mengalami kecelakaan hingga kehilangan nyawa."

Haida berteriak keras di depan wajah Axel, "Dan Papa tidak akan bersikap tempramental, tidak akan kasar dan suka main tangan pada kita. Papamu begitu menginginkan anak perempuan dan kau malah membunuh Sandra. Kau lah penyebab semua ini, kau membuat hubungan pernikahan Papa dan Mama penuh dengan pertengakaran, Axel!"

Don't Call Me AngelWhere stories live. Discover now