Chapter 62 : In Bristol

5.8K 409 358
                                    

"Ah."

Suara desahan Angel memenuhi ruangan asing tersebut. Hasrat mereka menggila semenjak berada dalam penerbangan menuju Bristol. Sesampainya di rumah mewah bak istana kerajaan milik keluarga Alterio, Axel buru-buru menyeret Angel menuju kamar lamanya ketika menyadari pemilik rumah tidak ada di dalam—kata salah seorang asisten rumah tangga, Tristan dan Haida sedang mendatangi sebuah undangan dan kemungkinan kembali di malam hari. Sedangkan kini waktu masih menunjukan pukul setengah enam sore.

"Aku tidak tahan." Bisik Angel bernafas di dekat telinga Axel.

"Sebentar lagi." Balasnya, menuntut agar Angel menunggu pelepasannya yang akan datang sebentar lagi. Kedua mata Axel terpejam kuat, kepalanya sedikit tertarik ke belakang. "Aku datang, sayang."

Tangan Angel mencengkram kuat punggung terbuka Axel yang sedikit basah akibat keringat. Akhirnya mereka berdua menemukan pelepasan diwaktu yang nyaris bersamaan. Namun tak sampai disana, Axel membalikan tubuh Angel di atas kasur kemudian menarik pinggangnya mendekat. Kepalanya Angel menoleh ke belakang dengan kedua mata memicing.

"Apa yang ingin kau lakukan?"

"Mencoba gaya lain."

"Jangan gila! Istirahat sebentar, tenaga...—Ah, Axel! K-kau benar-benar gila."

"Nikmati saja, sayang." Katanya, menyibak rambut Angel dari belakang kemudian menelusuri leher jenjangnya. Sial. Bahkan dalam posisi ini Angel semakin terasa sempit dan itu membuat Axel tidak pernah puas. Dengan harapan lain, dia ingin membuat Axel junior benar-benar hadir kali ini.

"L-lebih cepat!"

"Tadi kau berusaha menolak sekarang kau ingin lebih cepat?"

"Jangan banyak bicara, lakukan lebih cepat. Kau menyiksa..—Ouh!" Axel menggerakan pinggulnya semakin cepat, sesuai perintah Angel. Bahkan suara penyatuan tubuh mereka terdengar menggema di ruangan ini. Untung Axel menyadari kamarnya masih kedap suara.

"Kau menyukainya?"

"B-bagaimana mungkin tidak? Ini..—nikmat sekali."

Angel mempererat kepalan tangannya pada sarung bantal agar tubuhnya tidak ambruk. Namun tak lama kemudian, setelah Axel keluar tampa berkata apapun, tubuh Angel tidak bisa menahannya lagi. Dia terjatuh dengan posisi tengkurap. Axel yang mulai lemas pun ikut terjatuh di sebelahnya.

Dua ronde yang melelahkan. Ini bukan soal siapa yang lemah dan siapa yang kuat. Tapi hey, mereka baru saja melakukan perjalanan panjang. Tubuh mereka tidak fit seperti biasanya. Terutama Angel, dia menyesali kelemahannya dalam permainan kali ini. Biasanya jika Axel meminta lima ronde sekali pun, Angel siap meladeni.

"Thanks, honey." Katanya sembari menyeka peluh yang ada di kening Angel. "Bristol tidak seburuk yang aku kira jika bersamamu."

Ck. Jelas! Baru datang sudah disambut dua ronde.

"Jadi ini kamar lamamu?" Tanya Angel, mengalihkan perhatian Axel setelah Angel menarik selimut untuk menutupi tubuh polos mereka. Mata Angel meneliti setiap sudut ruangan yang belum sempat dia teliti akibat menuruti kabut gairah. "Seleramu oke juga."

'Oke' yang Angel maksud adalah konsep kamar yang tampak seperti ruangan berhantu. Semuanya serba hitam. Cat dinding hitam, sprai kasur hitam, lemari hitam, karpet hitam, nyaris tidak ada benda yang memiliki warna lain selain warna hitam. Sebenarnya apa inspirasi Axel membuat kamar begini?

Don't Call Me AngelWhere stories live. Discover now