Chapter 3 : Party

12.4K 655 87
                                    

Angel menatap dua buah gaun di tangannya. Ditangan kanannya, terdapat strapless dress berbahan beludru dengan warna ungu yang tampak cantik dengan potongan yang cukup terbuka. Sedangkan, ditangan kirinya terdapat slip dress berbahan sufon dengan warna hitam polos yang dia yakini akan terlihat sangat elegan jika dia kenakan. Ah, Angel bingung harus memilih yang mana.

"Axel, bisakah kau membantuku?"

Pria yang sedang duduk di sofa sembari membaca koran itu mendongak. Hanya sekilas, bahkan tidak sampai tiga detik. Angel yang geram akan tingkah Axel pun merebut koran yang menutupi wajah tampannya. Dia meremasnya kemudian melempar sembarangan.

"Kau apa-apaan, Angel?"

"Kau yang apa-apaan! Aku sedang bicara dan kau mengabaikanku."

Axel mendengkus panjang. Berusaha sesabar mungkin menghadapi sikap semena-mena anak pejabat negara itu. "Ada apa, Angel?" Tanyanya dengan suara yang lebih halus.

"Menurutmu gaun mana yang lebih cocok untukku? strapless dress atau slip dress ini?" Tanya Angel sambil menunjukan kedua gaun ditangannya dengan antusias.

"Keduanya bagus."

"Aku memintamu untuk memilih."

Telunjuk Axel mengarah pada slip dress di tangan kiri Angel. "Warna hitam lebih bagus."

"Apa kau memilih gaun ini karena berwarna hitam? Astaga, kau sungguh tidak tau mode."

"Aku sudah memilih dan kau malah mengataiku. Terserah kau saja ingin memilih yang mana." Balas Axel sarkas. Dia menunduk untuk memungut koran yang sebelumnya Angel lempar. Tanpa memperdulikan raut kesal di wajah Angel, Axel pun kembali melanjutkan aktivitas membacanya. Setidaknya lebih berfaedah dibandingkan berbicara dengan gadis cerewet yang sedang pusing memilih gaun itu.

Angel masuk ke dalam fitting room sembari menghentakan kakinya sebal. Axel sungguh menjengkelkan. Angel adalah majikannya. Hell, dimana sopan santunnya?

Tak ingin ambil pusing lebih lama lagi, Angel memilih untuk menggunakan strapless dressnya terlebih dahulu. Menatap dirinya dipantulan cermin. Dugaan Angel benar, dia terlihat sangat seksi mengenakan gaun berwarna ungu ini. Kaki jenjangnya terekspos hingga paha kemudian dadanya yang seolah ingin mencuat dari dalam. You look so sexy, Angel!

"Axel, bagaimana menurutmu?" Angel kembali bertanya. Dia berpose bak model di depan pria yang masih betah menutup wajahnya dengan koran. Hidupnya pasti membosankan.

"Bagus."

"Kau berkomentar tanpa melihatku. Dari mana kau tau jika ini bagus?" Angel mendengkus frustasi kemudian menendang lutut pria itu dengan heels sepuluh senti yang dia kenakan. "Turunkan korannya!"

"Angel, kau keterlalu..—" Kalimat Axel menggantung setelah menatap Angel. Sial! Apa gadis itu sengaja ingin menggodanya dengan memakai gaun seterbuka ini? Axel menyaksikan Angel berputar di depannya. Lekuk tubuhnya terekspos dengan sempurna membuat Axel kesulitan menelan salivanya sendiri. Hormonnya bahkan berhasil bangkit hanya dengan memandangi tubuh seksi Angel. Ini adalah cobaan terberat bagi Axel. Dia sudah menduga sejak awalnya.

"Aku tidak suka. Warnanya norak!" Komentarnya, berdusta.

"Norak kau bilang?"

"Ya. Kau seperti kartun Barney."

"What the fu..—Kau buta, Axel!" Angel mendelik tajam pada Axel. Oh bisa-bisanya Axel mengatainya Barney. Bodygoals seperti Angel dikatakan mirip kartun dinosaurus. Yang benar saja!

"Coba gaun yang hitam! Itu pasti lebih bagus dibandingkan yang ini."

Walau kesal namun Angel tetap menuruti ucapan Axel. Dia kembali masuk ke fitting room untuk mencoba slip dress berwarna hitam pilihan Axel. Gaun itu memiliki resleting di bagian punggung dan Angel sedikit susah menjangkaunya karena biasanya pelayan di rumahnya akan membantunya berpakaian saat ia mengenakan gaun dengan potongan seperti ini. Namun seseorang yang baru saja masuk ke dalam fitting room memudahkan Angel melakukanya. Dia menatap cermin dengan mata membulat. Lancang sekali Axel masuk tanpa permisi.

Don't Call Me AngelWhere stories live. Discover now