Model

1K 133 0
                                    

Malam hari memang waktu yang tepat untuk merindu.

Untuk pertama kalinya, Gladys jauh dari buku malam ini.

Ia terbenam dengan pikirannya sendiri.

Menyimak langit dari jendela kaca besarnya di lantai 2.

Tadi sore, Maminya masuk ke kamar.

Hanya berkata bahwa ia menyukai pria yang kemarin mengantar anak gadisnya itu.

"Mami belum pernah ketemu laki-laki setampan dia, Dis. Dia gentleman juga, persis Ayahmu. Sudah beberapa kali Mami interaksi sama Gio, tapi Mami belum pernah merasa seperti ini. Mungkin mereka sama-sama mencintai kamu Dis. Mami sarankan, kamu pilih Gavriel. Walaupun Gio lebih ramah dan Gavriel sangat dingin hanya dengan menatap matanya saja, tapi laki-laki itu sangat gentle. Dia dengan sigap menjaga kamu.—"

Gladys menghela nafas memikirkan kalimat panjang Maminya.

Tiba-tiba ponsel Gladys berdering.

Ia tersenyum, mengangkatnya.

"Dengan Gladys?" Suara berat seorang pria di seberang

Gladys mengulum senyum. "Ya.."

"Loe tidur jam berapa?" Tanya Gavriel

"Bentar lagi. Kenapa?"

"Nggak ada. Gue malam ini cuman nelfon buat ngucapin selamat malam doang."

Gladys mengernyit.

"Kasih tau gue kalau loe udah mau tidur." Ucap Gavriel di seberang

Gladys tertawa. "Iya..."

Mereka terdiam.

"Gav.." panggil Gladys perlahan

"Hm?"

"Gue mikir kalau Darwin adalah vampir yang udah bunuh Titi."

"Kenapa loe mikir gitu?"

"Ya soalnya dia kemarin gitu ke gue. Gue jadi mikir dia mau gigit gue juga. Dia kelakuannya ternyata kayak gitu juga."

"Dia kemarin mau perkosa loe Dis.. Bukan bunuh."

"Ya kali aja salah.."

Gavriel terdiam sebentar.

"Gav? Kenapa diem?"

"Loe bisa nggak, berhenti mikir?"

Gladys tertawa kecil. "Gue parno lah ternyata ada vampir berkeliaran, udah bunuh orang lagi. Kalau gue dibunuh juga gimana"

"Kan ada gue." Jawab Gavriel cepat.

"Emang kenapa kalau ada loe?"

"Ya gue kan bakal jaga loe."

Gladys tersenyum, lalu menguap.

"Tidur. Besok gue jemput berangkat ke sekolah." Ucap Gavriel.

Gladys tersenyum. "Iyaaaa"

"Selamat malam Gladys... Have a me dream"

Gladys tertawa. Telfon dimatikan.

Ia segera beranjak ke tempat tidurnya.

Masih memikirkan betapa manisnya sikap Gavriel yang di luar dugaan.

"Apa gue jatuh cinta ke Gavriel?"

Gladys berfikir keras tentang hal itu.

Nyatanya, Gavriel telah membuatnya bahagia. Sangat bahagia.

BITEKde žijí příběhy. Začni objevovat