Fake Gio

743 80 4
                                    

"Loe dengerin gue baik-baik, Gio. Jangan sampai ada yang tau kalau Gladys ada disini. Gue tau loe masih cinta dia. Loe bisa lakuin apapun, loe bisa ambil dia buat loe sendiri. Loe bisa nikahin dia diam-diam disini. Loe juga bisa perkosa dia sekarang juga. Bebas. Lupakan Gavriel. Ambil dia buat loe. Tapi gue minta loe jangan sampai bocorin apapun ke siapapun. Nurut ke gue! Gue kakak loe!"

Gio menelan ludah, melirik ke arah pintu hitam di sampingnya. Lalu kembali menatap wanita di hadapannya itu.

"Loe ngapain sampai culik dia?" Tanya Gio. Wajah ramahnya hilang.

"Gue tau, dia nyakitin loe. Nolak loe demi Gavriel. Jadi sekarang, gue kembalikan dia ke loe. Sorry kalau gue terlambat. Tapi sekarang, loe bisa lakuin apapun ke dia. Sesuka hati loe."

Gio menelan ludah, lalu menatap wanita itu. "Gue ikutin permainan loe Kak."

Carina tersenyum puas. "Bagus. Adik yang baik."

"Sekarang gue boleh masuk kan?"

"Ya! Loe tumpahin semua cairan loe di dalam vaginanya. Buat dia hamil anak loe. Dia milik loe sekarang."

Gio memperlihatkan smirk-nya, lalu masuk ke dalam pintu hitam itu.







Gladys mengetahui sosok pria yang masuk ke dalam.

"Gio?! Loe datang buat nyelametin gue?!"

Gio berjongkok menatapnya tajam. "Bukan. Gue kesini buat memporak pondakan loe."

Gladys terkejut. "Gue nggak nyangka loe jadi gini. Sejak kapan loe ikut kakak loe?"

Gio terdiam.

"Gue pikir loe mirip ibu loe. Baik hati. Loe mau nyakitin gue? Loe bilang loe sayang gue.."

"Ya. Dan Carina bilang, gue harus rebut loe dari Gavriel."

Gladys menggeleng, tidak menyangka. "Loe tega sejahat itu ke Gavriel? Gio... Kalau loe sayang ke perempuan, loe harus relain dia bahagia. Kalau loe tega giniin gue, gue tersiksa, Gi, gue nggak bahagia..."

Gio menyeringai tipis, menatap wajah wanita itu. "Luka di pipi loe.. Loe dikasarin?"

Gladys mengangguk, menangis tersedu. "Udah puas loe, liat gue menderita gini?"

Gio menggeleng. "Gue belum puas."

"Puas loe apa? Bunuh aja gue sekarang Gi! Perkosa gue sekarang! Gue udah nggak peduli, gue pasrah."

Gladys semakin menangis keras. "Tadinya harapan gue muncul ketika liat loe masuk. Gue kira loe bakal selametin gue. Gue percaya ke loe. Ternyata... Ternyata loe nggak ada bedanya sama Carina! Loe rencanain ini semua sama kakak loe itu untuk hancurin gue disaat gue dan Gavriel sedang bahagia."

Kali ini, kalimat yang sama dari Gladys dan Gavriel telah memasuki telinganya.

Dan itu benar-benar terngiang di kepala.

"Gue janji, Gav. Gue bakal turun tangan cari Gladys."

"Gue percaya sama loe."

"Tadinya harapan gue muncul ketika liat loe masuk. Gue kira loe bakal selametin gue. Gue percaya ke loe."

Gio menghela nafas. "Apa gue pantas bersikap seperti ini disaat mereka percaya ke gue?"

"Gavriel... Dia adalah teman gue dari kecil. Dia saudara terbaik. Dia adalah kakak terbaik gue. Dan Gladys... Dia perempuan yang sangat gue sayangi. Dia adalah penengah, dan dia juga menjadi kakak ipar yang sangat gue sayangi."

"Gue percaya ke loe."

Satu kalimat Gavriel itu benar-benar menghantui kepalanya. Terus membuatnya terngiang.

BITETahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon