11. RESMI DIJALANKAN

384 77 130
                                    

Absen dulu sesuai tanggal lahir kalian :)

Absen dulu sesuai tanggal lahir kalian :)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-Happy Reading-

Megi tersenyum kala melihat pantulan wajahnya dari balik cermin. Ia menggerai rambut dark brown, menyisirnya tanpa alat bantuan melainkan jari-jarinya. Cewek itu mencuci tangannya di wastafel dengan baluran sabun beraroma lemon sebelum keluar dari toilet.

Langkah kakinya saling mendahului, matanya memandang lurus ke depan dengan seulas senyum yang masih tertahan. Namun, tiba-tiba garis lengkungan itu hilang begitu saja ketika cowok berkulit tan muncul dari balik tembok. Megi buru-buru mencari tempat persembunyian, tapi sayangnya Dito sudah mencegah kepergiannya lebih dulu.

"Mau ke mana? Masa kabur liat titisan bidadara," tanya Dito terkekeh geli. Sehari tanpa mengganggu Megi rasanya kurang, bagai memakan bubur tanpa remahan kerupuk.

"Ngapain, sih? Gue sibuk." ketus Megi memincingkan matanya.

"Gue kan nggak nanya lo lagi sibuk atau nggak, Gi." balas Dito kalem, tetapi berhasil membangkitkan aura macan dalam diri Megi yang jarang diketahui orang lain.

Emosi. Megi berdecak sebal, "gue cuma kasih tau, biar lo nggak rusuh." ucapnya membela diri.

"Gi, gue butuh bantuan elo," pinta Dito, menghiraukan ucapan terakhir yang sempat cewek itu katakan.

Sejujurnya Megi berkeinginan pergi menjauh daripada mendengarkan semua perkataan Dito, tapi sialnya ia bukan orang sakti yang bisa menghilang secara misterius. Megi memutar bola matanya jengah, menatap cowok itu dengan dahi berkerut.

"Apa? Cepetan!" tanyanya tidak sabaran. Pasalnya Megi harus mengambil buku paketnya yang tertinggal di kelas.

"Jadi pacar gue, yuk!" ajak Dito enteng dan tanpa beban sedikitpun.

Sepasang manik hitam Megi melebar, bibirnya pun ikut terbuka. Megi mengangkat tangannya tinggi-tinggi, refleks Dito mengerjap karena takut mendapatkan pukulan cantik. Nyatanya Megi mendaratkan punggung tangannya di kening Dito, memastikan kondisi cowok itu dalam keadaan sehat atau sebaliknya.

"Lo udah gila stadium akhir, pulang dari sini gue saranin langsung ke psikiater, bikin ngeri aja." cibir Megi mengangkat bahunya bersamaan.

"Gue serius kali ini, sekarang jadi pacar gue ya." ucap Dito tetap mengatakan hal yang sama, tapi kali ini lebih memaksa.

Beruntung keadaan koridor cukup sepi sehingga tak ada yang mendengar obrolan mereka. Megi mendengus, menggelengkan kepalanya kuat-kuat.

"Ogah! Lagian lo ngajak pacaran kayak orang ajak main bekel, enteng banget." tutur Megi tidak habis pikir. Setiap berurusan dengan Dito maka hidupnya semakin suram.

"Gi, ayo... kita pasti bisa, ayo." Dito melompat-lompat sembari bertepuk tangan riuh, cowok itu memutari Megi dengan senyuman lebar yang terpatri di wajahnya.

SEGITIGA SEMBARANG [SELESAI]Where stories live. Discover now