16. PERNYATAAN MENGEJUTKAN

333 69 217
                                    

-Happy Reading-

Pintu kaca itu terbuka lebar kala Dito mendorongnya menggunakan lengan, matanya menjelajah memperhatikan sekeliling swalayan yang tampak ramai oleh Ibu-Ibu dengan troli yang terus di dorong menyusuri lorong-lorong. Dito tersenyum canggung pada karyawan yang menyambutnya oleh senyuman menawan dan sapaan hangatnya.

Sebelum sampai ke sini, Dito merasa biasa saja, tapi sekarang jantungnya berdebar-debar. Keringat mengucur deras melalui keningnya, padahal kondisi suhu di swalayan cukup dingin, meskipun tidak sedingin Antartika ataupun Kakak kelas berpenampilan cool yang digandrungi oleh cewek-cewek satu sekolah, tentu bukan Dito orangnya.

"Cari apa, Kak?" tanya karyawan swalayan begitu sopan.

"S-saya mau cari Kiranti," jawab Dito gugup. Swalayan ukurannya luas, ia tak tahu menahu di mana barang khusus cewek itu ditaruh.

Sontak Dito mendapatkan tatapan intens yang membuatnya bergidik ngeri. Dito memalingkan wajah, bersiul ria berpura-pura tak acuh. Padahal hanya membeli kiranti, tapi malunya setengah mati. Pusat mata karyawan swalayan masih tertuju padanya, Dito mengetuk-ngetukan jari-jemarinya di paha.

"Sebentar, biar saya cari dulu Kiranti-nya." ujar karyawan berjenis kelamin perempuan, lalu berjalan melalui salah satu pembeli.

Hembusan napas Dito terdengar kasar, cowok itu mengambil permen mint dari rak yang berada di bagian kasir, membuka bungkus plastik yang mengelilingi. Dito memasukan permen itu ke dalam mulut, ia tidak bisa menahan permen itu terlalu lama karena lebih sering mengunyahnya hingga hancur tidak berbentuk.

Dito melirik arloji hitam yang melingkari pergelangan tangan, sudah 5 menit, tetapi karyawan swalayan itu belum juga datang. Kemungkinan barang yang ia cari sedang kosong atau ada alasan lain. Dito berdecak sebal, betisnya terasa kram karena berdiri terlalu lama, sebenarnya bisa saja ia duduk di lantai, tapi sayangnya ia masih mempunyai urat malu.

"Mas, ini Kiranti-nya."

Kepala Dito tertoleh ke samping, karyawan tadi tersenyum cerah seraya menunjuk cewek bertubuh mungil dengan seragam yang sama. Dito menggaruk-garuk kepalanya, entah mengapa tiba-tiba kinerja otaknya melemah, ia benar-benar merasa sangat bingung pasalnya karyawan swalayan tak membawa barang yang dibutuhkan.

"Yang mana Kiranti?" tanya Dito kelewat penasaran, memperhatikan kedua karyawan swalayan yang berdiri berdampingan secara bergantian.

"Ini, namanya Kiranti Sasmita," ucap Karyawan berhijab coklat sembari menyenggol lengan teman seperjuangannya.

"Mbak-nya bisa diminum?" Dito menelan ludahnya susah payah, kewarasannya sedang diuji.

Refleks karyawan berhijab itu tergelak, memukul-mukul meja kasir. "Duh, Mas-nya malah ngelawak, nggak bisa dong." tuturnya saat tawa itu mulai mereda.

"Terus, bisa redain nyeri haid?" tanya Dito dengan sebelah alis terangkat.

"Nggak bisa juga atuh, Mas."

"Sebenernya di sini yang waras itu saya atau Mbak?" Dito bertanya lagi, rasanya ia ingin berbaring di lantai yang dingin karena terlalu lelah.

Kedua karyawan swalayan itu mengatupkan bibir rapat-rapat, mereka beradu pandang. Dito menekuk wajah sehingga terlihat memelas, ia memijat pangkal hidung saat merasakan pening menyerang kepalanya yang kecil dan tidak berisi ilmu pengetahuan sedikitpun, angin pun hanya lewat tanpa berniat untuk hinggap.

"OH, MAS CARI KIRANTI YANG ITU! Maaf, Mas, saya emang agak lemot." pekik karyawan berhijab itu, kemudian ia kembali menertawai kebodohannya.

"Kamu malu-maluin aja, sih!" bisik karyawan swalayan bernama Kiranti sambil mencubit pinggang temannya yang sudah membuat kekacauan.

SEGITIGA SEMBARANG [SELESAI]Where stories live. Discover now