21. KELUARGA SUPER UNIK

274 69 139
                                    

Tinggalin jejak ya, biar seimbang.

✨-Happy Reading-✨

Megi mengikat sepasang tali sepatunya berbentuk pita, rambut ombre-nya diikat 2 oleh Ibu dengan alasan agar tidak mengganggu. Megi mendongakkan kepala, memperhatikan kondisi jalan di depan rumahnya yang sering dilalui oleh kendaraan bermotor. Ia berdecak, sudah sekitar setengah jam menunggu, tapi batang hidung Dito belum juga terlihat. Sudah dikatakan berulang kali, on the way cowok itu adalah mandi, pakai baju, sarapan, dan yang terakhir maskeran.

Benda pipih dalam sling bag diambilnya. Megi membuka aplikasi chatting, mencari chat dengan Dito yang sengaja diarsipkan. Terkadang Megi malas membalas pesan Dito yang isinya bermain tebak-tebakan ataupun mengirimkan meme receh dari tweeter, jadi Megi hanya membacanya tanpa berniat membalas, lagipula cowok itu juga sering berkunjung ke rumahnya sekadar memancing keributan.

Megiska
Lo di mana?|
Lama banget, gue gak jadi ikut|

Dito syaiton
|Bentar, Gi
|Otw maskeran

Megiska
Tuh, kebiasaan banget, sih!|

Dito syaiton
|Kudu ada persiapan biar lancar sentosa, selamat sampai tujuan, muka glowing smiring splendid

Megiska
Idih|

Dito syaiton
|Gak usah marah, lo tambah jelek tau

Megiska
Ngaca, ton|

Dito syaiton
|Tadi gue ngaca digenangan air, yang gue liat Al-Ghazali versi lee mineral
|Kayaknya gue emang kembaran dia deh, Gi

Megiska
/Blok|

Hembusan napas kasar terdengar. Megi menumpukan tangannya di dagu, melihat satu per satu story Instagram para pengikutnya. Mendengar kabar Dito ingin mengajaknya pergi, Ibu orang pertama yang paling repot. Wanita paruh baya itu terus-menerus meminta Megi untuk tidak bergerak lamban, mempersiapkan baju, bahkan dengan sukarela memasukkan barang-barangnya ke dalam sling bag.

Lihat saja kelakuan Dito yang kadar akhlaknya kian menipis setiap menitnya. Saat tengah chatting, cowok itu mengabari akan menjemputnya lebih awal, tapi semua hanya tipu belaka. Meskipun Dito itu cowok, tetapi tipe orang yang repot pada penampilan. Lagipula pagi-pagi malah maskeran, tidak ada kegiatan lain yang lebih bermanfaat.

"Lho, Gi, kenapa belum berangkat?" tanya Tisa keheranan kala mendapati keberadaan anak bungsunya di teras rumah.

Megi menolehkan kepala, memutar bola matanya jengah. "Tanya aja sama calon mantu Ibu yang ngeselin itu!" ketus Megi kian menekuk wajahnya.

SEGITIGA SEMBARANG [SELESAI]Where stories live. Discover now