27. Beberapa Bukti

2.6K 461 12
                                    

Harta dan tahta sering kali membuat orang lupa diri akan posisinya. Ia sampai lupa bercermin, menampakan pantulan tubuhnya yang hanya kaum awam.

—Asyilla Maharani Carolline—

Asegaf dan teman-temannya memasuki area kantin yang tampak kosong. Wajar saja, mereka semua memasuki area kantin di saat jam pelajaran sedang berlangsung. Tetapi tidak dengan kelas mereka. Karena ulah Asyilla yang sudah berani melawan gurunya, membuat gurunya tersebut lelah karena kelakuannya, dan memilih untuk tidak mengajar.

Mereka memilih duduk di tempat biasa, tempat paling pojok yang menurutnya sangat nyaman. Ini adalah surga dunia para pelajar. Bayangkan saja, untuk ke sekian kalinya mereka menikmati masa-masa freeclassnya. Ah, murid mana yang tidak betah seperti ini.

“Mang Bro ... teh jus lima, Mang!” Seruan dari Marvel membuat Mang Bro menghampiri meja mereka.

“Loh, kalian tidak masuk kelas?”

Marvell menyengir tanpa dosa.  “Freeclass dong, Mang. Seperti biasa.”

“Ya sudah, Mamang bikin ‘kan es buat kalian dulu.”

Mang Bro sudah sangat hafal mengenai kelakuan mereka. Tak jarang, mereka sering sekali pergi ke kantin saat jam pelajaran berlangsung. Namun apa boleh buat, Mang Bro hanya bisa menarik nafasnya panjang, seakan ikut lelah melihat kelakuan mereka.

Sambil menunggu pesannya tiba, Asyilla mencoba berselancar di sosial medianya. Menyukai postingan orang secara acak, tanpa meninggalkan komentar atau apa pun. Namun jarinya harus terhenti, saat sebuah notif panggilan masuk terpampang di layar ponselnya.

Tertera sebuah nama Pak Handi di sana. Sepertinya, ada hal yang penting yang akan di katakan oleh laki-laki setengah paruh baya itu. Dengan buru-buru, Asyilla langsung menggeser panggilan itu untuk mengangkatnya.

“Hallo! Ada apa Anda menghubungi saya, Pak Handi? Apa ada kabar penting?”

“Maaf sebelumnya, sudah mengganggu waktu Anda. Begini, saya sudah berhasil mengumpulkan bukti-bukti yang Nona perintahkan pada saya. Apakah, Nona bisa ke perusahaan?!” Pak Handi benar-benar memberikan kabar sangat baik terhadap Asyilla. Lihat saja, gadis itu tengah tersenyum semringah.

“Bagus, kerja yang sangat baik pak Handi! Baiklah, saya akan ke perusahaan setelah sekolah saya usai. Pastikan bukti-bukti itu Anda simpan dengan baik. Jangan sampai Buk Siska mengetahui ini semua,” ujar Asyilla mengingatkan.

“Baik Nona. Kalau begitu, saya tutup dulu teleponnya. Selamat pagi!”

Panggilan itu berakhir. Asyilla menyimpan benda pipihnya di atas meja, dengan di barengi sepasang mata yang berbinar, saat melihat minumannya sudah ada di depan matanya. Ah, di pandangnya saja begitu sangat menggairahkan. Dengan santai, Asyilla langsung meminum esnya begitu segar.

“Telepon dari siapa Sil?!” tanya Ogi begitu sangat penasaran.

Asyilla menoleh, menyimpan minumannya kembali. “Dari Pak Handi. Dan dia sudah berhasil menemukan bukti-bukti untuk memperkuat iblis itu masuk penjara. Dan kalian semua harus ikut sama gue, sepulang sekolah nanti.”

“Akhirnya, misi kita akan segera selesai juga. Semoga saja, setelah ini jiwa lo bisa kembali ke tubuh lo, Sil,” ujar Riki yang sedikit bernafas lega.

Asyilla tersenyum kecil. “Hmm ... semoga aja, ya. Gue sih berharapnya seperti itu.”

Asegaf menyahut, “Sil, kamu kan belum kabari Sandy soal ini. Kabari dulu gih, siapa tahu dia mau ikut ke perusahaan.” Asyilla menepuk jidatnya. Ia sampai lupa akan sahabatnya yang satu itu.

Switched Souls - Asyilla & Atta (Tamat)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon