22. Kelakuan 12 IPA-1

3.3K 524 6
                                    

Hal sekecil apa pun, akan terlihat lucu oleh orang-orang yang memiliki nilai humor yang tinggi.

—Sandy Antonio—

Mentari pagi menyinari bumi, membuat cahayanya menyelinap masuk ke celah-celah jendela hingga menembus gorden kamar milik gadis yang bernama Asyilla. Kilauan cahayanya yang memancar, membuat Asyilla harus membuka matanya lebar-lebar. Ingin sekali dirinya marah pada sang cahaya surya karena sudah mengganggu tidurnya.

Mata gadis itu terus dikucek oleh tangan miliknya, hingga menatap jam weker yang sudah menunjukkan pukul 06:45 WIB. Lagi-lagi, gadis itu mendengus kesal, karena sekolahnya harus kesiangan. Tanpa mau bergelut panjang, Asyilla langsung berlari menuju kamar mandi.

15 menit melakukan ritual mandi. Asyilla langsung menyambar seragamnya. Dengan sangat tergesa-gesa, ia sampai tidak memakai make up apa pun. Dirinya hanya menggunakan pelembab bibir agar tidak kering. Sementara di luar kamar Asyilla, Sandy harus mengembuskan napasnya kasar. Laki-laki itu kini merasakan atas apa yang di rasakan oleh Asyilla dulu.

“Sil, buruan! Kita udah telat nih!”

Setelah mendengar teriakan itu, Asyilla langsung cepat-cepat menghampiri Sandy. Dirinya tidak memedulikan seragamnya yang sangat berantakan.

“Ayo cabut!”

Sandy dan Asyilla langsung menaiki motor kebesaran milik Sandy. Laki-laki itu mengendarai motornya dengan kecepatan cukup kencang. Namun sial, saat mereka tiba di sana, gerbang sekolahnya sudah tertutup rapat.

Keduanya mencoba berpikir untuk mengatasi jalan keluar ini. Dan ya, Asyilla terpikir dengan sebuah jalan pintas untuk bisa menembus ke dalam sekolahannya.

“Kita manjat, San! Cuma itu satu-satunya jalan keluar.” Asyilla mencoba memberikan usul pada Sandy. Sandy pun menyetujui usulan dari Asyilla. Mengenai panjat-memanjat, soal perkara kecil untuk Sandy.

“Ayo, biar motornya gue titipin ke warung itu,” ucap Sandy sambil menunjuk warung di pinggirnya.

Sandy dan Asyilla langsung menyelinap lewat belakang. Rencananya sekarang adalah, memanjat tembok. Karena mereka sudah tidak ada pilihan lain.

“Bantuin gue naik,” ujar Asyilla.

“Ok!”

Sandy membantu Asyilla memanjat tembok itu. Namun dari bawah, Sandy harus menelan salivanya kuat-kuat, karena melihat pemandangan yang begitu sangat anti mainstream. Sesekali Sandy pun beristigfar. Sandy tidak boleh tergoda sedikit pun. Ingat dosa, pikirnya.

“Astagfirullah ... tahan San, tahan. Gak boleh nafsu, punya Asyilla mah gak ada mantep-mantepnya sama sekali,” ucap Sandy bergumam. Namun masih dapat di dengarkan oleh Asyilla.

“Gak ada mantepnya apaan? Lo jangan solimi ya, San!”

Sandy menyengir dari bawah. “Hehe, enggak Sil. Ngomong-ngomong, cawet lo warna merah ya?”

Asyilla langsung melihat Sandy yang berada di bawah. “Kok lo tahu, San?”

Sandy mengusap wajahnya kasar. “Tuh ... kelihatan, Sil,” tunjuk Sandy.
Demi apa pun, Asyilla merasa sangat malu sekarang. Dengan buru-buru, Asyilla langsung menutupi roknya.

Switched Souls - Asyilla & Atta (Tamat)Where stories live. Discover now