31. Hari Pertama Sekolah

2.6K 392 3
                                    

Diamku bukan tak bisa melawan. Akan ada saatnya, di mana sosok iblis di dalam tubuhku akan keluar.

—Ananta Senia Willsen—

Hari ini adalah hari pertama Asyilla kembali bersekolah di SMA Angkasa Jakarta. Rambutnya yang sengaja di gerai, seragamnya yang pas body, dan rok di atas lutut, membuat aura seorang modelnya terpancar sangat jelas. Asyilla menatap ke sekeliling area sekolahannya. Ternyata, rindu juga dengan sekolahannya. Jadi teringat, saat dirinya bersekolah bersama teman-temannya di Bandung.

Asyilla mencoba melenggang, melangkahkan kakinya menyusuri koridor sekolah. Banyak sekali siswa-siswi yang menatap Asyilla dengan tatapan penuh puja. Apalagi, mereka baru melihat Asyilla kembali bersekolah di SMA Angkasa Jakarta, setelah Asyilla mengalami kecelakaan dan terbaring koma.

Dari arah depan, seorang gadis cantik tengah menganga tak percaya saat melihat Asyilla kembali di sekolah ini. Gadis itu— Kayra—sahabat Asyilla. Kayra, terus menepuk pipinya berkali-kali guna memastikan bahwa ini bukanlah mimpi. Tidak, ini bukan mimpi, ini reall. Satu kali lagi untuk memastikan, Kayra terus mengucek matanya. Dan ya, Kayra melihat Asyilla.

Kayra menarik tangan Andre yang tengah mengobrol bersama Noval. Andre terhuyung, namun bisa mengatur keseimbangannya. Tangan Kayra langsung menangkup wajah Andre untuk menoleh ke arah depan. Di mana, Asyilla tengah berjalan dan menyapa teman-temannya. Mata Andre membulat, mulutnya menganga terbuka lebar.

Noval pun ikut mengikuti arah pandang Andre dan juga Kayra. Noval tercengang, kala melihat Asyilla, mantannya sudah kembali. Mereka bertiga sama-sama tak percaya. Yang mereka tahu sebelumnya, Asyilla masih terbaring koma di rumah sakit Bandung. Tapi sekarang, tiba-tiba saja Asyilla kembali dengan wajah yang sangat cantik. Tunggu, apa Asyilla sudah mati? Dan itu adalah arwahnya?

“Woi! Bengong aja lo semua!” Asyilla mencoba membuyarkan lamunan Kayra, Andre dan Juga Noval. 

“Lo Asyilla apa arwahnya?” Pertanyaan polos itu terlontar begitu saja dari bibirnya Kayra. Asyilla menggeleng kepalanya tak habis pikir. Apa katanya? Arwahnya? Ia pikir Asyilla sudah mati?

“Lo nyumpahin kalau gue mati, Kay? Bukannya gue sembuh itu lo seneng, tapi lo malah beranggapan kalau gue mati. Kurang ajar lo, Kay!” tukas Asyilla. Kayra hanya menyengir tanpa dosa.

“Lo kok, bangun dari koma gak ngabarin kita? Gue sedih tahu, saat dengar bahwa lo koma,” ucap Andre dengan mencabikkan bibirnya.

“Iya, Sil. Kita semua sedih. Gue juga kangen sama lo,” sambung Noval.

“Yang penting gue sudah sembuh. Ya udah yuk, mending sekarang kita ke kelas. Bentar lagi masuk,” ajak Asyilla.

“Bentar, Sil. Sandy ke mana? Kok dia gak balik ke sini?” Andre bertanya heran. Pasalnya, Sandy akan selalu berdekatan dengan Asyilla, mengingat laki-laki itu begitu menyayangi Asyilla.

“Lo tahu kan, Sandy sekolah di Bandung untuk jagain gue selama sakit di sana. Gak mungkin, Sandy meninggalkan sekolah barunya,” jelas Asyilla namun Andre hanya ber—Oh ria. “Ya udah ayo, kita masuk,” lanjutnya.

Siapa sangka, saat Asyilla memasuki kelasnya, semua teman-temannya menyambutnya dengan sangat hangat. Melihat antusias mereka, lagi-lagi membuat Asyilla teringat pada teman-teman sekelasnya yang ada di Bandung.

Asyilla hanya bisa tersenyum. Gadis itu memilih duduk bersama Kayra di tempatnya. Tak lama, seorang guru memasuki kelas 12 IPA-3 dan duduk di tempatnya. Matanya menangkup sosok Asyilla yang baru kembali masuk sekolah.

“Asyilla, kamu sudah sembuh?” tanya Pak Iqbal pada Asyilla.

“Udah dong, Pak! Bapak kangen ya sama Dedek Sisil?”

Switched Souls - Asyilla & Atta (Tamat)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora