4. Typo!

5.7K 766 13
                                    

Aku ini bagaikan pungguk merindukan bulan. Semuanya tidak akan mungkin, untuk aku menggaipaimu yang sulit untukku genggam.

-Ananta Senia Willsen.

Sepulang sekolah ini, Asyilla mencoba mengantar Sandy ke sebuah supermarket. Keduanya sudah membeli beberapa kebutuhan hasil titipan dari ibunya Sandy. Namun, saat mereka baru saja membayar belanjaannya, Asyilla harus menerima sebuah notif yang tertera nama ibunya. Sesegera mungkin, Asyilla langsung membuka dan membalasnya.

Bubos Galak.
Asyilla, jangan lupa kamu pemotretan sekarang!

From Asyilla.
Iya, tai.
 

Bubos Galak.
Kamu bilang mamah tai? Capek-capek mamah besarin kamu, tapi kamu malah jadi anak durhaka!

From Asyila.
Ya Allah mah, typo itu teh. maksudnya tau:(

Bubos Galak.
Yaudah, cepetan pulang sekarang!

 
From Asyila.
Bentar mah, lagi nenenin si Sandy dulu.

Bubos Galak.
Astagfirullah, istigfar kamu Asyila!
Apa-apaan kamu kaya gitu.
Belum muhrim kamu Asyila!

From Asyilla.
Typo mah, aduhhh:( nemenin maksudnya, masya Allah.

Bubos Galak.
Kamu ini! Cepetan pulang, jangan bikin mamah darah tinggi.
 

From Asyila.
Iya, cuk.

Bubos Galak.
Kamu ngatain mamah jancuk?
Astagfirullah gusti nu agung! Mamah gak ngerti lagi buat ngomongin kamu Asyila! Bisa-bisa mamah kutuk kamu jadi tai!
 

From Asyila.
Anjim lah anjim, keyboard sialan!
Maksudnya buk, bukan cuk, mah.
Gak usah dibalas lagi mah !
Jempol Asyila ke gedean.

Asyilla mengusap wajahnya gusar, saat selesai chatan dengan ibunya. Sial sekali, dirinya harus terjebak dalam situasi yang membuat ibunya kesal. Ingin sekali Asyilla memotong jarinya, yang sering kali keseleo.
 
Sandy menautkan kedua alisnya bergabung. Ia merasa heran dengan perubahan raut wajah Asyilla yang seketika berubah menjadi masam. Kenapa gadis itu? Habis menerima chat dari siapa?
 
“Habis chatan sama siapa, sih? Sampai muka lo jadi kusut gitu?” Sandy bertanya penasaran. Mencoba sedikit mengintip ponsel gadis itu yang masih di genggam oleh Asyilla. “Chat dari Noval? Atau siapa?”
 
Asyilla mencabik bibirnya kesal. Tangannya menyodorkan ponselnya pada Sandy. Sementara Sandy, laki-laki itu langsung membaca sebuah pesan yang berada di room chat Asyilla. Tapi siapa sangka, Sandy tidak bisa menahan gelak tawanya sekarang. Isi pesan itu sangat begitu lucu. Alamak, typo meresahkan.
 
“Anjir, jari lo meresahkan, Sil. Mau gue gadein gak jari lo, biar gak typo lagi.” Sandy mencibir Asyilla, membuat gadis itu semakin mengerucutkan bibirnya.
 
“Terus aja ledek, terus! Emang kebangetan lo, ya, tertawa di atas penderitaan gue,” ujar Asyilla sangat kesal. “Lagian, ini kenapa keyboardnya salah mulu sih, heran gue! Gue punya salah apa sih sama ini handphone, perasaan yang selalu salah itu laki-laki.”
 
“Heh, lu ngadi-ngadi, Sil. Ini nih ini, perempuan itu selalu mengatas namakan laki-laki yang menjadi bahan kesalahannya, padahal faktanya gak kaya gitu,” sanggah Sandy yang masih membela hakikat kaum laki-laki. Termasuk dirinya.
 
“Faktanya memang bener kok. Laki-laki 'kan selalu salah.” Asyilla kekeh dengan ucapannya. “Udah deh, lebih baik lo anterin gue. Gue mau pemotretan soalnya, tapi di temenin lo ya.”
 
“Iya, gue temenin lo. Apa sih yang gak buat sahabat gue yang satu ini.” Sandy mengacak rambut Asyilla gemas. “Ayok, kita let’s go!”
 
Sandy dan Asyilla langsung memasuki mobilnya. Keduanya langsung melajukan mobilnya ke tempat tujuannya, yaitu pemotretan. Di perjalanan, keduanya masih saja tertawa dan bersenda gurau. Tak bisa di ungkiri, persahabatan Sandy dan Asyilla sudah terjalin sejak lama, bahkan sejak dirinya memasuki sekolah dasar.
 
Tak membutuhkan waktu lama, keduanya sampai di tempat itu dan langsung keluar dari mobil tersebut. Ternyata, di sana mereka sudah melihat Intan, ibunya Asyilla yang sudah menunggunya dengan kedua tangannya yang di lipatkan.
 
Intan menatap Asyilla dan Sandy sangat intens, saat keduanya menghampiri dirinya. “Kamu gak ngelakuin hal yang macam-macam 'kan, Syilla?” Sudah Asyilla duga, pasti ibunya akan menginterogasi dirinya.
 
Asyilla menghela nafasnya. “Ya enggak dong, Mah! Kan Asyilla udah bilang, kalau Asyilla lagi nemenin Sandy, bukan nenenin Sandy.” Asyilla menjawabnya sedikit malas. “Tadi ‘kan Syilla udah bilang di chat, kalau Syilla itu typo, Mama.”
 
Sandy ikut menyahut, “Tante itu baru kenal Sandy aja. Sandy 'kan, sahabatan sama Asyilla dari kecil, Tan. Lagi pula, Sandy sudah menganggap Asyilla seperti adik kandung Sandy sendiri.”
 
“Tante hanya khawatir saja, San. Apalagi, Asyilla itu seorang perempuan,” balas Intan membuat Sandy mengangguk dan paham apa yang di maksud oleh wanita paruh baya itu. Kini, mata Intan beralih melirik putrinya. “Gih, kamu segera ganti baju sana. Sebentar lagi, pemotretan akan segera di mulai,” ucap Intan pada Asyilla.
 
Asyilla mengangguk. “Iya, Ma.”
 
Asyilla langsung melenggang pergi dan meninggalkan ibunya dan juga Sandy. Sandy tidak menyangka, bahwa gadis itu sekarang sudah tumbuh besar sama seperti dirinya. Sandy jadi teringat, saat kala itu dirinya masih kecil dan sering kali membuat Asyilla menangis.
 
“Asyilla sekarang sudah tumbuh jadi putri yang cantik ya, Tan,” ujar Sandy kepada Intan, dengan senyuman kecilnya.
 
“Kamu benar, Sandy. Asyilla sekarang sudah menjadi putri yang sangat cantik. Tante sayang sekali sama dia, Sandy. Jadi Tante minta sama kamu, tolong jaga Asyilla selalu. Karena Tante tahu, kalian sudah bersahabat sejak masih kecil.” Intan berujar sedikit lirih. Terdengar sekali rasa ungkapan sayang kepada Asyilla.
 
Sandy mengangguk dan tersenyum. “Tante jangan khawatir, Sandy akan selalu menjaga Asyilla.”
 
Apa pun itu, Sandy akan selalu menjaga Asyilla bagaimana pun situasinya. Karena Asyilla, sudah menjadi sebagian nafas dari dalam hidupnya. Meski pencicilan dan bobrok, Asyilla tetaplah gadis kecil yang selalu dirinya kenal.
 
Saat kasih sayang Intan di berikan sepenuhnya pada Asyilla, namun Atta tidak seberuntung Asyilla yang di sayangi sepenuh hati. Kini, Atta sedang di siksa dan tidak di beri ampun oleh tante dan juga sepupunya.
 
Atta menangis, meringis, meruang kesakitan. Jambakan dan tamparan selalu di berikan oleh kedua wanita iblis yang tidak mempunyai hati. Atta tidak bisa melawan, yang ia bisa lakukan hanya memohon ampun.
 
"A-ampun Tente. Atta mohon ampun, ini sakit.” Gadis itu terus-terusan memohon ampun pada Siska dan Aurel. Dirinya sudah tak kuasa menahan sakit yang diberikan oleh kedua perempuan itu. “Sa-sakit,” ringisnya.
 
“Ampun, kamu bilang? Saya tidak akan kasih kamu ampunan, Atta!” Siska menampar Atta sedikit keras, hingga sudut bibir gadis itu terluka. “Kamu itu gadis pembawa sial!”
 
“Jangan harap lo bisa jadi penguasa di sini!” bentak Aurel seraya menjambak rambut Atta. Membuat kepala Atta mendongak ke atas dan menatap Aurel takut.
 
“Bangun kamu! Jangan lemah seperti ini!” titah Siska dengan berkecak pinggang.
 
Atta hanya berduduk lemah. Ia tidak kuasa untuk berdiri tegap. Rasanya, tulang-tulangnya seperti sudah patah dan remuk. Atta hanya bisa memohon di dalam hati, untuk Tuhan segera menghilangkan penderitaan ini secepat mungkin.
 
“Atta lemas, Tante. Ini sangat sakit, tolong!” keluh Atta.
 
“Saya gak sudi nolongin kamu!” bentak Siska dengan wajah yang sangat memerah menahan emosi.
 
“Udah, yuk mah. Mendingan kita pergi,” ajak Aurel pada ibunya.
 
Atta terduduk lemah dengan luka memar di wajahnya. Kini, rasa sakit hatinya dan juga fisiknya berbaur menjadi satu. Tuhan, sampai kapan penderitaan ini akan berlangsung? Lelah sekali rasanya.
 
Tuhan, mengapa kau menghukumku seperti ini. Semua orang membenciku. Semua orang menyiksaku tanpa henti. Beri aku pertolongan Tuhan.
 
“Ayah, bunda, jemput Atta sekarang. Atta sudah sangat capek.” Atta bergumam sendiri, menahan sesak di dadanya yang semakin menyeruak.
 
*******
 
Waktu bergulir sangat cepat. Hingga ke esokkan harinya, Atta kembali bersekolah dengan wajah yang sangat kusut dan sudut bibir yang terluka. Membuat semua murid yang ada di sana  menatapnya semakin jijik.
 
Asegaf, laki-laki itu melihat gadis cupu dengan matanya sedikit terheran. Pasalnya, gadis itu hampir setiap hari memiliki luka memar di wajahnya. Satu pertanyaan terbesit dalam pikirannya, gadis itu seperti sudah menerima siksaan.
 
Asegaf menghampiri gadis itu, dan bertanya, “Lo, habis dihajar sama orang?” tanya Asegaf pada Atta.
 
Atta lalu menunduk dalam, dirinya tidak kuasa menatap laki-laki itu. “E-enggak, sa-saya baik-baik saja.” Itulah yang mampu di lontarkan oleh Atta. Ia hanya takut Asegaf akan membulinya, apalagi melihat wajah dirinya yang sudah sangat menjijikkan jika di pandang.
 
Asegaf berdecak kesal. “Ck, lo bisa gak sih, kalau ngomong sama gue jangan kaya orang gagap?!”
 
“Saya takut,” cicit Atta, pelan.
 
“Gue bukan mereka, yang suka ngebuli orang!" tegas Asegaf. “Kenapa lo selalu punya luka memar kaya gitu?”
 
“Saya selalu disiksa oleh tante saya,” jelas gadis itu. "Saya permisi dulu," lanjutnya dan meninggalkan Asegaf di tempatnya.
 
Asegaf termenung, dirinya merasa sangat kasihan pada gadis cupu itu. Selain dibuli di sekolahan, ternyata gadis itu selalu menerima siksaan di rumahnya. Sungguh, malang sekali nasib gadis itu.
 
Walaupun Asegaf brutal di sekolah, tapi laki-laki itu masih memiliki hati nurani. Ia juga merasa sangat iba pada gadis itu. Ada  sedikit rasa kasihan yang sekelebat melewati hati dan pikirannya.
 
Sementara Atta, ia terus melangkahkan kakinya menuju kelas. Entah kenapa, ketika Asegaf berbicara dengannya, hati Atta selalu berdegup sangat kencang. Sebenarnya, perasaan apa ini? Namun, Atta harus membuang perasaan ini jauh-jauh. Karena Atta sadar diri, bahwa dirinya dan Asegaf tidaklah sebanding. Atta hanya si gadis cupu. Sedangkan Asegaf, si pria tampan yang banyak di gilai oleh perempuan lain. Ibarat pungguk merindukan bulan. Semua itu akan sulit di gapai oleh tangannya.

Switched Souls - Asyilla & Atta (Tamat)Where stories live. Discover now