24. Pengacara

2.8K 490 17
                                    

Definisi manusia yang tidak mempunyai hati yaitu, iblis yang berwujud manusia, yang bersenang-senang di atas penderitaan orang lain.

—Asyilla Maharani Carolline—

Deruman suara mobil terdengar sangat jelas. Suara alunan diradio terdengar sangat merdu, hingga membuat perpaduan suara yang menyatu menjadi klasik. Asyilla dan Asegaf sedang berada di dalam mobil tersebut. Mereka akan menuju ke rumah pengacara almarhum Pak Willsen. Sepulang sekolah tadi, keduanya langsung melanjutkan misinya.

Di dalam mobil tersebut, Asyilla tampak sedikit gelisah. Entah apa yang sedang di pikirkannya, namun kegelisahannya tercetak sangat jelas di wajah cantiknya. Berkali-kali, Asyilla mencoba memandangi wajah Asegaf yang tengah fokus menatap ke jalan. Apa dirinya harus mengutarakan semuanya?

Pikiran Asyilla kini benar-benar melalang buana. Takut akan perasaan yang ia taruh di dalam hati, tapi tak sesuai dengan kenyataan. Kenyataan yang tidak mungkin Asyilla bayangkan sebelumnya. Takut tentang sebuah kenyataan yang sangat amat menyakitkan.

Asegaf yang tak sengaja melirik Asyilla, dirinya menatap bingung pada kekasihnya. Apa yang sedang di pikirkan oleh Asyilla? Batinnya. Asegaf langsung meraih tangan Asyilla dengan satu tangannya. Asyilla mendongakkan wajahnya, dan menatap Asegaf sangat lekat.

“Lo jatuh cinta sama Asyilla apa sama Ata, Sep? Sedangkan gue, gue berada di dalam tubuhnya Ata.” Pertanyaan itu tiba-tiba saja terlontar dari bibir Asyilla. Asyilla hanya takut, bahwa Asegaf mencintainya sebagai sosok Ata.

“Gue jatuh cinta sama orang cerewet yang pernah nanyain arah jalan sama gue. Pertemuan yang membuat gue jatuh cinta sama dia,” jawab Asegaf tersenyum pada kekasihnya.

“Ih ... Asep! Emang gue cerewet ya?”

“Lebih tepatnya sih, bobrok. Hahaha.” Tawa Asegaf sangat pecah. Sampai suara radio yang tengah menyala tidak terdengar karena suara Asegaf yang sangat kencang.

“Sialan lo, Sep! Kaya lo gak bobrok aja.”

“Gak usah ngomel dulu, kita udah nyampe.”

Asegaf dan Asyilla turun dari mobilnya. Mereka langsung memasuki rumah Nomor 28 yang terlihat cukup besar. Sebelum mengetuk pintunya, Asyilla mencoba menyamakan alamat rumahnya yang berada di kertas itu. Setelah di cek, ternyata benar, alamatnya sama.

“Permisi!!!”

“Sebentar ... siapa ya?” tanya lelaki paruh baya itu dan membukakan knop pintu rumahnya.

Ketika melihat seseorang di hadapannya, Asyilla langsung mengulurkan tangannya untuk berjabat. “Saya Ananta Senia Willsen, Pak!”

“Anaknya Pak Willsen? Ayo silakan masuk,” ucap Pak Riko ramah.

Mereka pun memasuki rumah tersebut dan duduk diruang tamu bersama sang pemilik rumah. Awalnya Asyilla merasa terasa canggung. Namun dirinya mencoba menetralkan deru nafasnya agar lebih rileks.

“Ada perlu apa Anda kesini Nona?”

"Begini Pak, apa saya bisa melihat surat wasiat mengenai warisan yang dibuat oleh almarhum ayah saya?”

“Sebentar.” Laki-laki paruh baya itu langsung beranjak meninggalkan Asyilla dan Asegaf di ruang tamu. Tak lama, laki-laki itu kembali dengan membawa berkas-berkas di tangannya.

“Anda bisa lihat di sini Nona Ata," ucap pak Riko menunjukkan isi dalam berkasnya. “Semua harta milik almarhum ayah Anda jatuh pada Anantta Senia Willsen.”

Asyilla mengambil berkas itu. Dirinya mencoba membaca isi wasiat dalam berkas itu. Dan benar saja, semuanya jatuh pada Ata. Asyilla pun langsung mengeluarkan satu berkas dari tasnya. Dan memberikannya kepada Pak Riko.

Switched Souls - Asyilla & Atta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang