16 - Kerajaan Noctis

2K 301 4
                                    

"Ugh .... "

Mata Sharley mengerjap-ngerjap. Pandangannya memburam. Tubuhnya sudah membaik, tak sesakit tadi. Perutnya yang tertikam belati pun juga membaik. Walaupun rasanya masih cukup ngilu dan membuatnya mengerang.

"Sudah sadar?"

Iris matanya menangkap sosok pemuda berambut pirang keemasan dan bermata emerald. Pemuda itu berwajah pucat, yang menambah kulit putih pucatanya bertambah pucat.

"Cleon," guman Sharley. Cleon mengulum senyum tipis. Sudut bibirnya robek, tapi itu tak berarti baginya.

"Huh, kau tidur hampir seharian penuh. Membuatku khawatir saja," keluh pemuda itu sambil menyilangkan tangan.

Mata Sharley membelalak. "Apa?! Seharian penuh? Bagaimana mungkin?"

Sharley berniat duduk tapi tertahan oleh Cleon. Cleon mendorong bahu Sharley lembut, berniat membaringkannya. Mau tak mau Sharley pun menurut. Lagipula, dia belum sembuh sepenuhnya.

"Ini di mana?"

Pandangan Sharley mengelilingi ruangan. Dia melihat banyak brankar di sekitarnya–– semuanya kosong. Selimut di semua brankar terlipat rapi. Ada satu nakas di setiap sebelah kanan brankar, berisi satu vas bunga dan botol-botol ramuan. Dinding bercat biru langit dengan beberapa garis hitam.

Pintu besar setinggi empat puluh meter berdiri di depan ruangan, tertutup. Jendela-jendela dengan tinggi masing-masing lima belas meter mengisi setiap celah ruangan. Lantainya terbuat dari marmer. Di tengah ruangan, lantainya berubah menjadi keramik mozaik, bukan marmer lagi. Mozaik itu juga menggambarkan pesona malam dengan bulan purnama. Atapnya tinggi ––hampir sama seperti atap di Kerajaan Clexarius –– berhiaskan kerlap-kerlip bintang.

Siapapun pasti dibuat nyaman dengan menatap atap itu. Tapi masalahnya, bau khas ramuan menyapu hidung.

Sejenak Sharley berpikir. Ini mungkin rumah sakit, tapi tampak sangat berkelas.

"Ini bangsal rumah sakit istana."

"Rumah sakit? Dan apa tadi yang kaubilang? Kerajaan? Apakah yang kau maksud adalah Clexarius?" tanya Sharley bertubi-tubi. Ada secercah harapan di sorot matanya. Harapan dirinya sudah pulang.

Cleon mengibaskan tangannya. "Wow, santai, dik. Jangan menghujaniku dengan pertanyaanmu itu. Dari dulu kautak bisa diam."

Sharley melotot, tanpa sengaja membuat kepalanya sakit.

"Jangan panggil aku 'dik'. Aku bukan adikmu tahu." Sharley mencebik kesal layaknya anak kecil. Cleon terkekeh. Dia nyaris mengacak rambut Sharley tapi teringat dengan luka sayatan di perutnya. Luka itu hampir sama parahnya dengan milik Sharley. 

"Yeah, kau sepupuku. Tapi sudah kuanggap sebagai adik kandungku sendiri."

Sharley memutar bola matanya malas. "Jangan bercanda!"

Mendengar teriakan Sharley pun membuat Cleon mengangkat tangannya. "Baik, aku takkan bercanda," balasnya menyerah.

Hening sejenak. Sharley asyik memperhatikan ruangan yang katanya rumah sakit kerajaan ini dengan teliti. Sementara Cleon memperhatikan Sharley, membuat gadis itu sangat tak nyaman.

Sharley sangat takjub dengan atap ruangan yang dihiasi bintang-bintang. Bintang-bintang itu terasa nyata, berkelap-kelip.

"Jadi ... kita di mana sekarang? Apa kita sudah kembali ke kota Haresna?" tanyanya penasaran dan penuh harap.

Cleon berdehem pelan sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal. Dia seolah-olah memikirkan apa kata yang tepat untuk dibicarakan. Mata emerald itu menatap mata hazelnut Sharley. Tatapan yang menyiratkan bimbang, takut, dan bingung.

The Eternal Country (1) : Lost In A Foreign Land (√)Kde žijí příběhy. Začni objevovat