53 - Si Tawanan Adalah Teman

1.2K 222 2
                                    

Ketiga remaja dengan ketiga demon mendarat lima puluh meter dari lokasi gua Orc. Dari atas, gua itu tampak bisa-bisanya saja. Ukurannya besar dan mulutnya dipenuhi lumut dan tanaman-tanaman liar. Salju menumpuk menutupi atap gua, menyamarkan warna hitam obsidian yang jelas sangat mencolok di antara warna putih.

Dua Orc tengah duduk-duduk di samping gua, menyantap sate daging rusa dengan api unggun di depan mereka. Kepala rusa tergeletak di belakang, tanduknya sudah menghilang entah ke mana. Darah merembes ke dalam salju dan mata rusa itu melotot pada Orc.

Ketiga Orc bercanda tawa, tangan mereka masih bernoda karena darah rusa dan serabut-serabut bambu. Di sekitar mulut, colekan saus mengotori. Gigi mereka kuning, kelihatan sekali jarang gosok gigi. Paling banter mungkin hanya sekali sebulan.

Dua pentungan sebesar batang pohon pinus –– yang satu tanpa duri, yang lain dilengkapi duri besar nan tajam –– tersandar pada batu tempat mereka duduk. Rupa-rupanya memar di kepala Duran disebabkan karena pentungan itu, bukannya digetok pemukul bisbol. Serta ada satu pedang bergerigi menyangkut di pepohonan dekat mereka.

"Kita harus melewati mereka?" bisik Cleon. Hari ini dia juga mengenakan sarung tangan hitam. Rencananya dia ingin menombak para Orc tepat di kepala, yang mana itu bukan hal sulit baginya. Sebagai jaga-jaga, dua pisau terselip di sepatu bootnya.

Ilnori mengangguk. Pedang bermata dua tersembunyi di balik mantel, beserta botol-botol ramuan tak dikenal Sharley. Starri membawa busur silang dan tombak, dan Duran tetap pada pedang bermata satunya.

Sharley sendiri membawa pedang petir, tapi sekarang nyala petirnya padam. Dia baru tahu kalau kekuatan elemen bisa dinonaktifkan pada senjata jika mau dan baru mengetahuinya kemarin.

Dia tegang bukan main. Belum pernah Sharley menghabisi begitu banyak nyawa dalam sekali pertarungan. Sekarang dia harus bertarung melawan seratus Orc, menghabisi nyawa mereka. Rasanya tetap aneh.

"Aku sudah mengintai bagian dalam gua kemarin. Pengintaian tak terlalu mulus, ada yang menyadari keberadaanku. Namun aku berhasil menerobos ke bagian penjara, di sana ada tawanan yang harus diselamatkan," kata Ilnori.

Angin berhembus cukup kencang, Sharley menggigil. "Para Orc tidak membunuh mereka?" tanyanya.

"Orc biasanya tak membunuh para kaum, mereka hanya dijadikan budak atau disiksa. Orc tak memiliki hasrat membunuh sekuat Undead, tapi itu bukan berarti mereka aman juga. Para tawanan akan dibuat semenderita mungkin, sampai mereka memutuskan bunuh diri," jelas Duran sambil mengucek mata.

Asher bersedekap. Busur tersandang di bahunya, kali ini dia tak menggunakan pedang sebagai senjata. Mau ganti suasana katanya. "Lalu, haruskah kita membunuh dua Orc itu supaya bisa masuk?"

"Yeah, begitulah. Duran dan Asher, kalian urus mereka dan usahakan sesenyap mungkin," kata Ilnori. Kedua demon muda mengangguk, lantas mengendap-ngendap keluar dari pohon. Menuju kedua Orc yang kini membahas betapa serunya menari dan bernyanyi saat acara perjamuan tadi malam.

Sementara Asher dan Duran mengendap-ngendap dengan gerakan seluwes ninja, Sharley bertanya apa rencana Ilnori. Mereka tak mungkin menyerbu jika Ilnori menyuruh Duran untuk memenggal dua Orc itu.

Sharley lebih suka menyelinap dibanding langsung serbu. Dia menyukai bergerak sediam singa, daripada bergerak layaknya gonggongan anjing.

"Kita bagi dua tim. Tim pertama bertugas memblokade para Orc di suatu tempat. Tim kedua membebaskan para tawanan, dengan begitu Orc sebagian besar akan teralihkan ke tim pertama. Sisanya diurus tim kedua. Begitu tawanan dibebaskan, bawa mereka ke tempat aman lalu bantu tim pertama. Paham?" jelas Ilnori.

Sharley mengangguk, tapi Cleon tidak. "Pembagian tim, bagaimana?"

"Tim pertama diisi olehku, Duran, dan Asher. Tim kedua Tuan Putri, Cleon, dan Starri. Starri, kau masih ingat di mana letak penjara sesuai yang kuberitahu?"

The Eternal Country (1) : Lost In A Foreign Land (√)Where stories live. Discover now