51 - Sayap Asher Keren dan Seram

1.2K 223 0
                                    

"Bagaimana kau mengetahuinya?" Asher bertanya dengan pedang diletakkan di depan badan, mengancam. Sharley telah memunculkan belati –– tak jadi tombak, karena dia tak bisa memastikan apakah bidikannya tepat. Cakar serigala Cleon mencuat keluar, tapi dia masih tetap dalam wujud manusia.

Ilnori menyeringai, jenis seringai yang sama dengan Cliff. Dia memandang mereka setengah tertarik setengah bersimpati. Sharley tak tahu apa yang membuatnya bersimpati. Seperti perkataannya, Ilnori tahu tentang mereka. Ini bukan kabar bagus.

"Santai dan turunkan senjata kalian. Aku takkan menyakiti kalian barang segores pun," katanya sambil menginjakkan kaki pada bangkai singa putih.

Sharley melihat garis tato di tangan kanannya. Jadi, apakah seorang panglima diperbolehkan bertato? Mungkin setelah terlepas dari jabatannya, Ilnori dengan santai mentato dirinya. Kalau masih panglima, tato tidak diperbolehkan.

"Apa jaminannya? Kauhanyalah orang asing. Sekalipun kau tahu tentang makhluk ketiga, tapi itu tak menutup kemungkinan kau takkan membunuh kami," balas Cleon sengit.

Ilnori mengangkat tangannya, berlagak menyerah. "Aku akan memberitahu kalian tentang makhluk ketiga dan aku tak menuntut balasan. Silakan kalian ambil Kristal Bulan Biru. Tapi ... mungkin dengan membebaskan kami dari ikatan Gunung Wintergrass boleh juga."

Tubuh Sharley menegang. Dia teringat Larrence, Zephran, Floretta, dan Nariel. Larrence mempercayinya bahwa dia bisa membebaskan ikatan semua kaum yang terikat di gunung ini. Walaupun sudah Larrence telah melepas kepercayaan itu, Sharley tetap merasa sesak.

Dia tak tahu apakah dia sanggup memenuhi kepercayaan ini.

Dia menurunkan belati dengan tangan gemetar. Ilnori ternyata memperhatikannya, memperhatikan kesetiaan gadis itu. "Kenapa kau mengatakannya? Apakah kau memberikan sebuah kepercayaan pada kami?" kata Sharley.

Mata Ilnori berkedip. Dia tak memiliki ketampanan setara dengan Asher dan Cleon, tapi Ilnori memberikan kesan istimewa pada dirinya. Sharley seolah bisa melihat seekor singa dalam diri Ilnori. Tenang, ditakuti dan berbahaya.

"Entahlah, tapi kalian lumayan juga untuk seorang petarung. Nah mau ikut atau tidak?"

Sharley, Cleon, dan Asher saling pandang. "Beri kami waktu," kata Sharley. Mereka bertiga mengundurkan diri, membentuk setengah lingkaran memunggungi Ilnori. Sementara itu Ilnori menyibukkan diri dengan bangkai singa, tapi dia tak menguping.

"Bagaimana nih? Kita ikut dia atau tidak?"

"Kupikir itu ide buruk, Sharley. Demon ... yah, mereka ... aku tak tahu sebengis apakah mereka," kata Cleon menolak. Dia mendapat tatapan tajam dari Asher. "Kalau kau lupa, aku adalah bagian dari demon," balas Asher sengit. Cleon menegak ludahnya gugup.

Sharley melirik Ilnori. "Yah, tapi ini kesempatan kita. Dan kesempatan ini barangkali takkan datang dua kali," celutuknya. Dia sendiri bimbang. Apakah Ilnori sosok yang bisa dipercaya? Bagaimana kalau dia ternyata akan membunuh mereka?

Sharley menggeleng. Spekulasi mulai memenuhi kepalanya.

"Bagaimana menurutmu, Pangeran Asher?" tanya Cleon. Cakar-cakar telah tertelan ke dalam tangannya, tapi dia tetap berwaspada pada Ilnori.

"Sebenarnya aku tak menyukai ini, tapi apa boleh buat. Kita ikuti dia, tapi jangan mengendurkan kewaspadaan." Mereka telah menyuarakan pendapat dan Asher telah berkeputusan. Jadi, mereka mengikuti rencana Asher. Lagipula Cleon kalah satu suara di sini.

Mereka berbalik, menghadap Ilnori yang telah menyarungkan pedangnya. "Kami ikut denganmu," ucap Sharley tanpa basa-basi.

Ilnori bertepuk tangan, membuat bajunya tersingakap sedikit. Sharley pun melihat tato yang ternyata bermotif sayap burung elang. "Pilihan bagus. Kalau begitu, ayo ikut aku."

The Eternal Country (1) : Lost In A Foreign Land (√)Where stories live. Discover now