40 - Pewaris Tahta

1.3K 231 3
                                    

Sharley menyandarkan tubuh ke pohon pinus di belakangnya. Tulang rusuk dan kedua kakinya masih sakit, tapi sudah disembuhkan oleh sihir dan diperban. Floretta membantunya memperban dan tidak boleh dilihat sama sekali oleh Cleon ataupun Asher.

Ya jelas, mereka laki-laki dan dia perempuan. Dia harus menyingkap baju, dan dia harus menahan malu karena Floretta yang telah melihat tubuhnya. Memang benar mereka sama-sama perempuan dan tak ada yang perlu dirisaukan Sharley. Namun gadis itu tetap tak nyaman ketika orang lain melihat tubuh setengah telanjangnya, padahal dia selalu dimandikan pelayan.

Dia telah berganti baju. Sekarang dia mengenakan sweater biru yang diatasnya dibalut mantel Cleon dan celana hitam ketat. Rambut Sharley yang berantakan gara-gara ulah para gagak sudah disisir, tapi dia masih merasakan nyeri di tempat para gagak mematuki kepalanya.

Sharley memainkan sulur-sulur pepohonan guna mengisi kebosanannya. Floretta duduk di depan gadis itu, tengah memperbaiki busur dengan sihir elf. Luka-lukanya yang hampir separah Sharley membekas dengan jelas. Namun sepertinya Floretta tak ambil pusing dengan semua luka-luka itu, atau memang dia sudah terbiasa mendapatkannya.

Asher dan Cleon pergi entah kemana. Sudah sekitar setengah jam mereka pergi, sampai sekarang tidak kembali juga. Sharley mulai mengkhawatirkan mereka, tapi dia berusaha menyakinkan diri bahwa mereka baik-baik saja. Asher dan Cleon pandai menjaga diri.

Sharley tidak mengungkit permasalahan Callix. Floretta juga bungkam, ia hanya bicara sekenanya saja. Gadis bermata cokelat itu juga belum berani bertanya pada si slf tentang kenapa dia di Gunung Wintergrass — atau bisa jadi, kapan.

"Aku sangat terkejut sekaligus kagum melihat kehebatan kalian," ujar Floretta setelah lima belas menit hening. Ia mengangkat wajah yang bersemu merah akibat dingin. Sharley bisa melihat ujung bibir Floretta yang robek. Walau terluka bagaimanapun, Floretta tetap cantik.

Sharley mulai bertanya-tanya apakah dia bisa mewujud menjadi elf seperti Floretta.

"Ah ya, terima kasih." Tertarik dari lamuannya, Sharley menjawab secara refleks.

"Mezcla ... seingatku itu adalah kaum yang hanya ada di Kerajaan Noctis dan merupakan kaum tertinggi?" sahutnya. Binar penasaran di mata hijaunya itu tampak menggelikan bagi Sharley.

"Bisa dibilang kaum terlangka juga selain blaster dan demon," tambah Sharley. Dia belum pernah melihat wujud iblis, tapi dia juga tak berniat untuk melihatnya. Asher bisa saja merubah wujudnya, saat itu dia hanya akan menjerit dan tak mengenali Asher lagi.

Salju telah berhenti turun beberapa menit yang lalu, tapi Sharley masih merasakan beberapa salju jatuh dari pohon di atasnya. Bergerak terlalu banyak, Sharley bisa membuat dirinya tertimbun salju dalam sekejap.

"Kenapa kau bisa ada di sini, Retta — ehm, aku bisa 'kan memanggilmu begitu?" sahut Sharley. Floretta menggigit bagian dalam mulutnya, berpikir. Bayangan tentang Callix sepertinya masih berputar-putar dalam pikiran elf itu, tapi dia sudah tak segetir yang lalu.

"Tentu, kau bisa memanggilku senyamanmu. Sebenarnya aku sudah di sini sekitar sehari yang lalu, lalu tiba-tiba Undead itu datang. Ia berkata ingin merenggut kekuatanku. Aku berusaha melawannya, tapi ia terlalu kuat. Aku tidak hebat dalam pertarungan melawan musuh yang lebih kuat dariku," jelas Floretta.

Sharley mengangguk paham. "Yah, aku mengerti. Lagipula, Undead bukan makhluk yang mudah dikalahkan. Sihir hitam di tubuh mereka benar-benar memuakkan," jawab Sharley setuju.

Mereka bertatap muka sejenak. Diam-diam Sharley memperhatikan kalung permata yang menggantung di leher Floretta, tersembunyi oleh baju berkerah dengan warna biru itu. "Pasti membingungkan karena kau bangun dan tiba-tiba muncul di di sini padahal yang kauingat adalah kau tidur di sebuah gubuk tua," celutuknya bergurau. Dia bukannya betulan tahu bahwa Floretta tidur di gubuk.

The Eternal Country (1) : Lost In A Foreign Land (√)Where stories live. Discover now