42 - Mayat Hidup (Bukan Vampir)

1.3K 222 2
                                    

Sharley mengambil handuk dan pakaian dari dalam ranselnya lantas keluar dari kamar mungil itu. Dia berjalan tanpa alas kaki menuju kamar mandi yang terletak tak jauh dari kamarnya. Suara-suara para elf dari kedai depan berdendang di telinganya. Bercakap-cakap dengan nada yang sangat tak bersahabat.

Kedai ini bukan hanya sekedar kedai. Melainkan tersambung dengan rumah, tinggal buka pintu di ujung kedai, maka kauakan mendapati ruangan bersantai lengkap dengan perapian. Kedai itu dulunya adalah ruang tamu, tetapi akhirnya direnovasi sehingga jauh lebih besar dan bisa dijadikan kedai. Rumah ini penuh sesak dengan berbagai barang-barang, tapi ditata dengan kerapian yang mengejutkan.

Ada satu ruang bersantai, tiga kamar, satu kamar mandi, dapur, dan gudang. Samar Sharley mencium aroma kayu manis dan kopi. Namun karena dia bukan penyuka kopi, aroma itu mengganggu hidungnya.

Mereka menginap disini untuk sementara. Setelah bernegosiasi cukup panjang dengan pemilik rumah bernama Nariel. Elf pria itu tak seperti elf kebanyakan di sini, sifatnya cukup menyebalkan memang, tapi ia tak sombong –– Sharley bersyukur karenanya.

Nariel awalnya tak mengizinkan mereka. Namun karena Floretta yang bertugas melakukan negosiasi bersikeras. Ia bahkan berani mengancam akan mencekik leher Nariel. Bukan ancaman yang diinginkan Sharley dan yang lainnya, tapi akhirnya Nariel mengizinkan.

Dan ia meminta uang banyak sekali sebagai bayaran karena mereka menginap di rumahnya. Alhasil, Asher yang memegang semua uang, memberikan dua puluh koin emas. Sudah cukup menghabiskan setengah uang mereka, itu membuat Asher dan Cleon uring-uringan.

Padahal mereka hanya menginap satu sampai dua hari saja.

Selepas mandi dan memakai pakaian hangat berupa sweater dan tambahan scarf, dia berjalan ke kamarnya. Floretta masih tidur, tapi yang mengagetkan Sharley adalah posisi tidurnya.

Bagaimana tidak? Elf itu tidur telentang secara terbalik. Kepala di ujung kasur, sementara kaki di punggung kasur. Sebelah tangan menutupi wajahnya, dan setelah Sharley melihat lebih jelas, ternyata dia ngiler dan mendengkur. Satu kancing bajunya dilepas, alhasil membuat kalung permata di lehernya itu bisa terlihat dengan jelas.

Kenapa, aku memiliki teman elf seperti ini? monolog Sharley tak habis pikir. Dari awal dia telah menduga kalau Floretta berbeda dengan kaumnya. Sifat Floretta lebih seperti bobrok yang tidak terlalu mementingkan keanggunan.

Ini saja belum apa-apa. Tadi, Sharley menangkap basah Floretta lompat-lompat dari kasur dan bernyanyi dengan suara merdu tapi lirih. Floretta tentu malu setengah mati, tapi Sharley membungkam mulutnya untuk tak bertanya. Dia keluar setelah mengambil handuk dan pakaian, lantas kembali dan mendapati sang elf dengan kondisi seperti ini.

Dia meletakkan handuk di atas meja lalu berbalik keluar kamar. Kakinya melangkah ke ruang bersantai. Ketika mencapai ke sana, dia dibuat kaget dengan keberadaan seseorang yang telah lebih dulu duduk disana. Rambut hitam ... jelas Asher. Hanya Asher yang memiliki rambut hitam di sini.

Posisi Asher memunggunginya. Dia menunduk karena sedang membaca. Segelas cokelat hangat terhidang di meja rendah depannya. Minuman itu sepertinya baru dibuat, karena uap yang mengepul di sana masih tebal. Perapian di sisi kanan ruang menjadi penghangat di musim dingin ini.

Sharley tak tahu harus berbuat apa. Sebelum dia berpikir, kakinya sudah berbalik untuk menjauhi ruang bersantai. Entahlah, gagasan tentang 'berduaan' dengan Asher terlampau menggelikan baginya.

Lagipula pangeran bermata biru tersebut tidak me ––

"Buat apa kau di situ?"

–– batalkan! Asher mengetahui keberadaan Sharley. Dengan tak rela, gadis itu kembali membalikkan badannya. Sang pangeran telah menoleh ke belakang, menghadapnya. Dia memainkan jari, mencoba mencari jawaban yang tepat tanpa menyinggung Asher.

The Eternal Country (1) : Lost In A Foreign Land (√)Where stories live. Discover now