39 - Butuh Persatuan, Bukan Hanya Kekuatan

1.2K 243 1
                                    

Sharley menyabetkan pedangnya, membuat luka sayatan di lengan Callix. Callix mengangkat tangannya, seketika asap hitam pekat mengepul darisana. Pegangan Sharley mengerat pada pedangnya, kaki-kakinya membentuk kuda-kuda kokoh.

Di seberangnya, Asher dan Cleon berdiri memperhatikan dengan napas terengah-engah — Cleon sudah dalam wujud manusianya.

Dari dalam kepulan asap hitam, tiba-tiba muncullah selusin burung gagak. Ukurannya sama seperti gagak biasanya, berbulu hitam pekat yang kontras dengan pulihnya salju, manik mata merah delima, cakar hitam tajam yang bisa merobek kulit Sharley dalam sekali serang.

Burung-burung gagak itu menukik turun menyerang Sharley, sementara gadis itu menyilangkan kedua tangan di atas kepala dan melayangkan pedangnya sembarangan. Cakar para gagak mulai merobek mantelnya, tapi tak cukup dalam hingga tembus ke kulit.

Sharley kepayahan menghadapi para gagak. Sabetan pedangnya tidak berguna, para gagak lebih gesit menghindar. Dia merintih saat salah satu gagak berhasil mencakar pipinya, membuat luka gores. Lantas disusul cakaran di tangan dan punggungnya.

Dia menggeram.

Perlahan dia menenangkan diri, membuat detak jantungnya normal. Tak ada gunanya kalau dia terus-terusan berteriak dan menyabetkan pedang seperti orang gila. Gerakan gagak terlalu cepat, dia tak bisa menandinginya.

Dia merasakan cakar-cakar gagak yang menggaruk tubuhnya. Mantelnya sudah robek di berbagai tempat, dan mungkin dia harus menganggantinya nanti.

Suara kaok gagak juga mengganggu Sharley. Telinganya pekak sekali, tapi sepertinya tak cukup untuk menghancurkan gendangnya. Dia menahan jeritan di lidah, berusaha tak mengeluarkan suara apapun. Sharley menyadarkan diri kalau gagak-gagak ini hanyalah gagak sihir, bukannya gagak betulan.

Samar dia mendengar suara lolongan serigala Cleon, juga lecutan cambuk. Asher dan Cleon tak bisa menolongnya saat ini, karena mereka sendiri juga disibukkan oleh gagak-gagak yang juga menyerang mereka.

Sharley menahan ringis saat salah satu gagak mencakar rambutnya, dan memberantakan tatanan rambut halus yang dikuncir itu. Tak sengaja dia menjilat darah di ujung bibir. Rasanya seperti logam berkarat, asing di lidahnya.

Diam-diam dia menciptakan tali-tali yang sangat licin dan tajam. Sekali gagak yang terjebak, tak bisa keluar dan bagian tubuhnya yang terperangkap akan terpotong.

Dia sebenarnya masih tak tega melakukan hal semacam ini; memotong tangan, menebas kepala, dan menusukkan pedang. Namun harley tak punya banyak pilihan. Di sini dia tak bisa diam saja sementara lawannya berniat membunuhnya.

'Dibunuh atau membunuh'. Asher telah menanamkan prinsip itu pada diri Sharley, supaya dia tak ketakutan lagi. Sharley mengikuti saja, karena dia menyetujui prinsip itu.

Walau terkadang ada desakan tersendiri yang menolak untuk membunuh makhluk hidup.

Sharley yang mendengar kepak sayap gagak di depannya. Dia langsung melecutkan tali berwarna merah itu hingga melingkari leher si gagak. Sharley mengikatnya erat, tak memedulikan jeritan kesakitan dari si gagak apalagi cakaran di pipi kanannya.

Si gagak tak bertahan lama, ia musnah menjadi abu. Sharley menarik tiga gagak lainnya ke dalam jeratan tali, yang perlahan mengiris bagian tubuh mereka. Sharley menyentakkan tali-tali, membuat ketiga gagak langsung lenyap menjadi abu.

Dia menarik belati dari pinggang — belati pemberian Asher — lantas menancapkannya pada gagak terdekat. Tangan kanannya yang masih dijuluri tali-tali merah, kembali menjerat beberapa gagak. Pedang tergeletak di dekat kaki Sharley, tak digunakan sementara karena menurutnya lebih susah mengalahkan gagak dengan pedang.

The Eternal Country (1) : Lost In A Foreign Land (√)Where stories live. Discover now