10 - Dasar Tidak Sopan!

2.1K 325 4
                                    

Ketiga remaja tersebut duduk di karpet yang digelar di ruang tamu. Sharley yang kesulitan menekuk kakinya, akhirnya menselojorkanya saja. Sementara Cleon duduk di sampingnya, sambil sesekali menatap seisi ruangan.

Asher enggan untuk duduk. Matanya mengerjap-ngerjap, dengan tatapan jijik sekaligus merendahkan. Mendadak, Sharley punya firasat buruk tentang pangeran itu.

Ruangan ini hanya sebesar empat kali empat meter, kecil. Ditambah ruangan sangat sempit, banyak barang-barang dimana-mana. Tidak berserakan sebenarnya, tapi cukup untuk mempersempit ruangan. Aroma tak sedap menguar entah darimana asalnya, membuat Sharley ingin menutup hidungnya cepat-cepat. Dindingnya yang terbuat dari batu terasa kasar jika menyentuh kulit. Lantainya yang hanya sebatas tanah tanpa alas apapun. Udaranya berganti, dari dingin menjadi lembab.

Di luar dugaan, ternyata rumah yang terlihat nyaman jika dilihat dari luar ternyata menguarkan bau tak sedap seperti ini. Sharley menahan untuk tidak menutup hidungnya, bahkan dia hampir menahan napas saking tidak kuatnya.

"Darimana bau ini?" Suara Asher menginterupsi wanita itu, membuatnya bergidik takut di bawah tatapan dingin Asher.

"Begini, tadi saya menemukan bangkai tikus di halaman belakang rumah saya. Saya berniat membuangnya, tapi tidak jadi karena mendengar ketukan pintu depan. Dan ternyata itu kalian." Wanita itu tertawa canggung.

Keringat dingin menetes dari keningnya. Jelas sekali kalau dia ketakutan akibat tatapan Asher tersebut.

"Ah, kalau begitu lebih baik Nyonya membuang bangkai tikus itu lebih dulu. Kami akan menunggu disini," ucap Cleon.

"Um, apa boleh? Saya meninggalkan disini? Kalian tamu saya," tolak wanita itu ragu-ragu. Sharley menggeleng pendek, disambut uluman senyum tulus darinya. "Tidak apa-apa Nyonya," balasnya yakin.

Wanita itu akhirnya mengangguk setuju, walaupun ragu-ragu. Dia mulanya mempersilakan Asher duduk, tapi lelaki itu bergeming sebagai balasannya. Bingung harus melakukan apa, wanita itu pun pamit pergi ke belakang rumah. Mengurus bangkai tikus.

Sepeninggalan wanita itu, Sharley ganti menatap Asher yang masih setia berdiri seperti patung dengan gaya melipat tangan di depan dada.

"Pangeran, duduklah," ajak Cleon ramah. Baru saja Sharley ingin bilang seperti itu.

Asher melirik tak suka, "Tidak mau. Kotor," jawabnya pelan yang membuat mulut Sharley menganga seketika.

Sungguh, dia tak menyangka pangeran Kerajaan Clexarius yang terhormat, tidak mempunyai kesopanan seperti itu. Seharusnya dia sudah menduga hal itu sejak dulu. Pengeran yang selalu mengangkat dagunya angkuh, memandang rendah orang lain –– kadang-kadang.

Di depan orang lain, dia terlihat biasa. Tapi entah kalau di belakang, hanya Tuhan yang tahu akan hal itu.

Sharley mengelus dadanya sabar, sambil menghembuskan napas keras berkali-kali. Meladeni Asher bahkan lebih sulit dibanding meladeni anak kecil yang tak mau makan.

Dia membuka mata, menemukan Asher yang masih enggan duduk. Kedua tangan sang gadis terlipat. Jika dipikirkan lagi, wajar Asher tak sudi duduk hanya dengan beralaskan karpet. Tempat duduknya ialah sofa empuk dan kursi kebesaran.

"Ekhem," dehem Cleon mengusir keheningan. Pemuda berambut blonde tersebut menatap Asher penuh harap.

"Ayolah Yang Mulia, tidak apa-apa. Ya, mungkin Anda tak suka, tapi setidaknya, hargai tuan rumah ini," ujarnya dengan senyum memohon.

Asher memalingkan wajah.

"Cih," decihnya dengan penuh penekanan.

Tak lama kemudian, wanita itu muncul dari balik pintu. Dia membawakan nampan berisi tiga cangkir teh dan tiga roti selai. Sharley kembali memegangi perutnya, matanya berbinar-binar melihat roti itu. Tidak apa-apa jika hanya roti, yang terpenting perutnya terisi.

The Eternal Country (1) : Lost In A Foreign Land (√)Where stories live. Discover now