28 - Sihirnya Terpecah!

1.4K 234 2
                                    

Sharley, Cleon, dan Asher melewati semak belukar lantas bersembunyi dibalik pohon beringin besar. Cleon menoleh ke belakang, lebih tepatnya ke Floretta. Elf itu masih asyik menghabiskan roti lapis keduanya dan duduk di batang pohon yang tadi ditempati Asher. Busurnya diletakkan di sebelah kaki.

Setelah memastikan Floretta benar-benar tak memperhatikan mereka, Cleon kembali menoleh. Wajahnya ditata setenang mungkin, walaupun masih ada tanda kegusarannya akibat Floretta.

"Apa kau gila?" Asher memulai pembicaraan dengan ucapan yang menohok Sharley. Namun karena Sharley sudah terbiasa, seharusnya dia baik-baik saja. Bukan seolah Asher menolak cintanya.

"Memangnya apa salahnya? Kita bisa menerima dia di tim kita. Barangkali dia bisa membantu 'kan?" sergah Sharley. Dia pikir kalau Floretta memang bisa membantu mereka, toh, dilihat dari sisi manapun, Floretta adalah elf baik-baik. Sekalipun kelakuannya lebih barbar dibanding yang dia kira.

Asher menepuk dahi. Dia tampak frustasi, seolah menjelaskan rumus matematika pada anak berusia tujuh tahun yang kebanyakan masih belajar hitung-menghitung.

"Kautidak mengerti letak bahayanya, Sharley? Kupikir kau lebih pintar daripada dugaanku," komentar Cleon. Sharley hanya menaikkan alisnya tanpa berniat menjawab. Cleon mengerjap-ngerjap.

Sejak tadi pemuda pirang itu bertingkah seperti tidak ada apa-apa diantara mereka. Dia bicara normal dengan Sharley seperti biasa. Entah Sharley harus senang atau bagaimana, tapi ini bukan saatnya memikirkan perubahan sikap Cleon.

"Ia orang asing, Alerian. Kau dengar? Orang asing. Kau memasukkannya ke tim seenak jidatmu tanpa berpikir rasional terlebih dahulu? Betapa hebatnya." Jelas kalau Asher bersakrame.

Sharley menundukkan kepala lantas memainkan jemari mungilnya. Matanya sekali melirik ke Floretta, sekali melirik Cleon dan sekali melirik ke sekitar mereka yang mulai gelap. Jarak pandang menjadi terbatas karena kegelapan. Matahari hampir tenggelam seutuhnya di ufuk barat sana, digantikan bulan sabit kekuningan.

Malam ini tak seindah malam sebelumnya. Hanya ada sedikit bintang, seolah langit telah disapu bersih dari bintang-bintang, hanya meninggalkan sebagian kecilnya saja. Suara burung hantu terdengar tak jauh dari mereka, berwo-wo-wo nyaring yang sanggup membuat sekujur tubuhnya merinding. Terkadang suara jangkrik menyahut-nyahut.

Sharley tahu kalau menerima Floretta tidaklah mudah bagi Cleon apalagi Asher, dan bahkan bagi dirinya. Namun setelah melihat Floretta saksama, Sharley merasa semacam dorongan untuk menerima gadis itu. Dia tak tega meninggalkan Floretta sendiri disini.

Karena beberapa menit yang lalu, gadis berambut perak itu memberitahu Sharley kalau dia hidup sendirian, luntang-lantung tak jelas hendak kemana, tak punya keluarga sama sekali. Singkatnya, Floretta berjuang hidup sendirian, tanpa dibekali apapun selain keahlian memanahnya.

Sharley, seperti biasanya, sangat iba.

"Aku tahu, Pangeran. Dan aku tahu resikonya kalau mengajak ia ikut dengan kita. Floretta akan tahu siapa aku, ia akan tahu kebenarannya. Namun aku tak tega meninggalkannya di sini," bela Sharley sebisa mungkin menyakinkan kedua rekan laki-lakinya.

"Persis. Kau tahu, tapi kau malah mengajukan diri memberitahukannya? Ini bukan tentang kau tega meninggalkannya atau tidak, tapi ini tentang misi kita," balas Asher dengan mata terbuka lebar memelototi Sharley. Di dalam remang-remang cahaya, gadis itu tak melihat jelas ekspresi si Pangeran. Tapi sepertinya dia marah sekali.

"Pangeran benar, Sharley. Walaupun aku juga kasihan pada Floretta, tapi kita tak bisa mengambil risiko besar hanya untuk hal sepele."

Sharley menghela napasnya teramat kasar, dia tahu hal ini akan terjadi. Pasti. Kalaupun dia kalah suara, artinya dia harus menurut. Sharley tak bisa memaksa Cleon dan Asher untuk menerima Floretta, mereka sudah punya keputusan sendiri. Sharley harus menerima keputusan itu.

The Eternal Country (1) : Lost In A Foreign Land (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang