43 - Sang Makhluk Kedua

1.3K 229 4
                                    

"Nariel, beritahu aku siapa Dullahan sekarang. Apa sebegitu susahnya bagimu untuk melakukannya?" Asher melotot pada Nariel. Baru kali ini Sharley melihat ekspresi Asher yang seperti itu; percaya diri, keras kepala, dan penuh keteguhan.

Nariel bergeming di sofanya. Mata ungunya terlihat lebih terang, atau itu hanya tipuan cahaya yang diakibatkan oleh perapian. Giginya mengeras dibalik bibir kering serta jakunnya bergerak tegang.

"Apa yang kauinginkan?" Ini sudah yang ketiga kalinya dia bertanya begitu, tapi Asher tak pernah menjawab dengan sungguh-sungguh.

Dahi Asher menukik tajam. Tangannya yang terkepal kini disembunyikan di balik buku yang masih dia pegang. Sharley merasakan ketegangan makin menguat, tapi dirinya tak tahu apa yang harus dilakukan.

Tanpa sengaja, dia menatap gelang emas yang melingkar di pergelangan tangannya. Dia ingat, dialah orang pertama yang diharuskan untuk memakai gelang penstabil aura ini. Sementara Asher dan Cleon hanya mengikuti, mereka juga waspada kalau-kalau tak sengaja mengeluarkan aura blaster.

Gelang ini juga telah dimodifikasi oleh Asher. Dia membuat gelang ini juga bisa memanipulasi aura. Dengan begini, kecil kemungkinan orang lain tahu saat Sharley mengeluarkan aura Mezcla.

"Apa yang membuatmu tak ingin memberitahu kami, Nariel?" ucap Sharley. Dia mengusap gelangnya tanpa disadari Nariel dan Asher.

"Bukan apa-apa. Aku hanya tak ingin kalian melakukan hal gila dengan mendatangi Dullahan. Tak ada orang yang berani melakukannya, bahkan mereka tak berani mendekati Dullahan."

"Asher tidak bilang kalau kami akan menemui atau bahkan menantang Dullahan," balas Sharley. Dia mengecap air liurnya yang entah kenapa jadi terasa aneh. Memanggil Asher langsung tampa embel-embel pangeran, membuatnya tak nyaman, tapi ini harus dilakukan supaya tak membuat Nariel curiga.

Rasa penasarannya yang teramat besar membuat dia berpihak pada Asher dan membantu pangeran itu. Dia sangat ingin tahu siapa Dullahan, apa yang menjadikannya makhluk yang ditakuti setelah Undead.

"Tidak, kalian lebih baik tidak tahu. Aku sudah kehilangan banyak elf di sini karena Dullahan. Namun, baiklah, karena kalian sangat bersikeras aku akan memberi tahu kalian." Bahu Nariel merosot, ia tampak satu tahun lebih tua dalam sedetik.

Sharley segera menyiapkan posisi duduk ternyaman. Pantatnya kebas setelah mendengar cerita mayat hidup dari Asher, dan dia tak bisa memastikan ini akan terulang lagi atau tidak.

Asher menatapnya tak percaya, seolah dia telah melakukan suatu hal yang luar biasa. Sharley memahami ekspresinya, yaitu seperti mengatakan 'bagaimana kau melakukan itu?'. Tanpa telepati saja, dia bisa memahaminya.

Sharley mengangkat bahu, mengisyaratkan 'yang tadi bukan apa-apa.'. Asher mendengus tapi tak bertanya apapun. Buku di tangannya dia lempar ke Sharley. Sharley menangkapnya refleks. Dikarenakan kejadian akhir-akhir ini, membuat refleksnya lebih baik.

Dia ingin melotot pada Asher tapi ditahan sebisa mungkin. Dia pun hanya menggerutu tak jelas sambil merapikan halaman-halaman buku yang sempat terlipat.

"Sebelumnya, aku ingin tahu, darimana kau mendengar nama Dullahan?" Nariel bertanya begitu sudah dua kali.

"Pelanggan kedaimu, aku tak sengaja mendengarnya. Juga sebelumnya, aku pernah mendengar nama Dullahan tapi tak tahu banyak tentangnya karena, yah, Dullahan memang bukan makhluk yang bisa 'didokumentasikan' dengan mudah."

Nariel bertepuk tangan sekali. Rambutnya yang berantakan ia garuk beberapa kali. Ia juga melirik ke sana-ke mari, memastikan tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka. "Apa yang kauketahui tentang Dullahan?"

The Eternal Country (1) : Lost In A Foreign Land (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang