24 - Lukisan Potret Orang Tuanya

1.7K 259 0
                                    

"Jadi, akankah kita ke sana?" Sharley meremas kertas pemberian Alister di tangannya. Sesuai perkataan sang kurcaci, dia tak membuka kertas itu sebelum sampai di Gunung Wintergrass.

Asher duduk di kursi seberangnya, sementara Cleon di samping gadis itu. Saat ini mereka tengah berada di lantai dua perpustakaan istana. Hari sudah malam, mungkin sekitar pukul delapan. Bulan ditemani taburan bintang bagai lukisan yang terhampar di langit malam. Selain itu, terlihat siluet bintang jatuh dari kejauhan. Langit menjadi lebih berwarna akibat bulan dan bintang-bintang.

Darisini, Sharley bisa melihat sekelompok anak di dekat gerbang istana. Mereka bermain, entah bermain apa. Petak umpet barangkali. Terlihat juga beberapa prajurit yang berlalu-lalang, sembari berbincang ria dengan rekan mereka. Cahaya temaram dihasilkan dari lentera yang dipasang di dinding-dindig atau pinggir jalan halaman kerajaan.

Keadaan benar-benar damai dan tenang. Sharley sampai sangat ingin keluar sana untuk menikmati keindahan malam yang jarang terlihat di kotanya, tapi tertahan karena dia memiliki urusan dengan dua pemuda ini.

"Menurutmu bagaimana?" sahut Cleon sambil memainkan pena di tangannya.

"Kenapa harus aku yang memutuskan?"

"Aku hanya bertanya, di sini 'kan kau Tuan Putri-nya," goda Cleon dengan menyenggol lengan Sharley. Gadis itu melotot tak terima.

"Di depan kita 'kan ada pangeran juga. Dan kaujangan pernah menyinggung identitas putri kerajaanku. Aku tak suka." Sharley melipat tangan di depan dada dan pipinya agak menggembung. Cleon tertawa senang karena sudah menggoda sepupunya, lalu mencubit pipi Sharley sampai sang empunya mengaduh.

"Menurutku kita ke sana saja. Aku tak mau di sini lama-lama, ada kerajaan yang harus kuselamatkan," kata Asher yang menghentikan pertengkaran singkat Sharley.

Gadis itu mengangguk setuju. "Tapi Paman dan Bibi pasti takkan mengizinkan kita. Lihat, Paman Aldrich saja tak berani ke bertanya pada Alister tentang Gunung Wintergrass karena tahu itu sangat berbahaya. Apalagi kita yang hanya tiga remaja yang terseret dalam portal dari dimensi lain. Kekuatanku saja masih amatiran," celotehnya panjang kali lebar.

"Kaubenar, mereka takkan setuju. Kalau begitu kita pergi diam-diam saja." Asher mengatakannya semudah membuka kulit kacang, tak tahu kalau ucapannya sanggup mencekik Sharley.

"A-pa? Pangeran, kautak salah bicara 'kan?" sela Cleon yang sama kagetnya.

"Menurutmu aku terdengar seperti salah bicara atau hanya bergurau saja?" Asher malah membalikkan pertanyaan itu, membuat Sharley menahan diri untuk tidak menjitak kepalanya.

"Rencana yang ... gila. Bagaimana mungkin? Kita menyelinap pergi dari istana?" Cleon menggaruk ujung hidungnya dan mengernyit.

Sharley mengigit bibirnya. Usulan Asher ada benarnya, dan dengan begitu Aldrich takkan tahu kemana mereka pergi. Namun bagaimana reaksi paman dan bibinya setelah mengetahui Sharley pergi diam-diam? Syok besar pastinya.

Diam-diam dia mensyukuri identitasnya masih disembunyikan. Dengan begini takkan ada yang tahu Sharley adalah anak Rezvon dan wajahnya pun belum banyak yang tahu, itu memudahkannya menyelinap.

"Pangeran benar. Kita tak punya kesempatan lain, dan hanya inilah caranya. Paman dan Bibi takkan mengizinkan kita, aku tahu maksud mereka, tapi kita tak bisa diam saja. Hanya inilah kesempatan kita untuk kembali ke kerajaan," ucapnya sambil mengepalkan tangan, berusaha semangat walaupun jantungnya berdetak tak keruan.

"Kalau begitu, aku ikut saja. Kemanapun kau pergi, akan selalu kuikuti kau, Arley." Cleon mengangkat bahunya.

"Aku bukan indukmu, bodoh." Sharley menampar lengan Cleon cukup keras, dan pemuda berambut pirang itu marah dibanding merintih kesakitan. Dia tak bilang apa-apa, hanya memelototi Sharley dengan mata cemerlangnya itu.

The Eternal Country (1) : Lost In A Foreign Land (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang