55 - Mati Saja Sana

1.1K 240 12
                                    

Ilnori sangat terkejut melihat kawanan serigala dan puluhan elf menyerang Orc. Saat itu ia hampir saja ditikam, tapi salah satu elf lebih dulu melesatkan panahnya dan menancap di lengan Orc. Keterkejutan itu juga menguasai Duran.

Dalam sekejap, pihak Ilnori menguasai pertempuran. Mereka unggul, beberapa Orc memilih mundur, tapi gagal karena arena telah dikepung pihak Ilnori sepenuhnya. Tak ada Orc yang bisa kabur dari situ.

Ilnori dan Duran berdekatan, masih terbengong-bengong. Susah sekali mempercayai ini, ia pikir ini hanya mimpi belaka, tapi Ilnori tahu kalau ini bukan mimpi.

Semua kaum di Gunung Wintergrass telah bersatu. Tak ada lagi saling acuh tak acuh, tak ada lagi mereka yang memilih tutup telinga dan mata. Kini mereka bersatu padu, melawan para Orc dengan gagah berani.

Ilnori memandang salah satu elf perempuan berambut pirang gelombang bekerja sama dengan seekor serigala. Sekejap mereka membunuh tiga Orc, kerja sama yang mengagumkan padahal mereka tak pernah dilatih demikian. Si elf tersenyum tipis pada si manusia serigala, kemudian si Werewolf menjawab dengan lolongan ke langit dan kibas ekor senang.

"Ini sungguhan 'kan?" guman Duran. Ia berkedip-kedip menatap banyaknya Orc yang terbunuh dalam waktu tak kurang dari sepuluh menit.

Ilnori tak kuasa untuk tak tersenyum, jadi ia mengembangkan sudut bibir lebar-lebar. Ia tak tahu kenapa para kaum tiba-tiba datang, tapi ia tak bisa membendung kesenangan. Di tengah-tengah pertempuran seperti ini, sebuah bantuan sangat diperlukan.

Dan sekarang mereka mendapatkannya.

"Sepertinya kauharus mencuci mukamu dulu, Duran." Sebuah suara terdengar dari balik punggung mereka, Ilnori dan Duran membalikkan badan. Praktis membuat sayap mereka bertabrakan. Tidak sakit, tapi sehelai bulu masuk ke mulut Duran –– entah milik siapa. Demon itu meludahkan bulu.

Tadinya pemilik suara itu adalah serigala. Tapi dia sekonyong-konyong berubah menjadi manusia, seseorang yang sangat dikenali Ilnori. Pimpinan baru kawanan serigala Larrence, Cliff.

Lelaki itu menyunggingkan senyum. Wajah dan pakaiannya kotor oleh darah, serta ada memar di dahi tapi tertutupi oleh rambut, jadi tak terlalu kelihatan. Meskipun Cliff tersenyum, sarat ketegasan dan garang tak bisa lepas darinya.

"Bisa kaujelaskan, apa yang terjadi?" kata Ilnori, sebisa mungkin menekan emosi supaya tak melompat-lompat kegirangan. Ingat, harus tetap terkendali, rapalnya dalam hati layaknya mantra.

"Bukankah sudah jelas? Kau menginginkan kita semua bersatu, jadi itulah yang kita lakukan saat ini. Aku tak bisa menjelaskan cerita detailnya, tapi kita sama-sama tahu kalau tiga remaja itu adalah harapan satu-satunya yang kita miliki. Kau juga berpikir demikian, 'kan?"

Ilnori melirik ke Sharley yang sibuk menyembuhkan Asher. "Benar, mereka satu-satunya harapan kita."

"Bukankah kau membenci mereka?" sambar Duran. Cliff menyeringai. "Dulunya begitu, aku selalu berasumsi kalau semua ini terjadi karena ulah Mezcla. Dan sekarang aku sadar, Mezclalah yang akan menyelamatkan kita semua. Tak peduli apa kata masa lalu, tak peduli dengan hasutan Undead. Penilaianku salah tentang mereka dan akan kuperbaiki sekarang."

Duran mengangguk. "Kau memilih pilihan tepat, Cliff."

"Baiklah, kalau begitu, mari kita bantu mereka sekaligus membalas dendam."

Ilnori dan Duran mengangguk, mereka menyelamkan diri ke dalam pertempuran. Cliff kembali ke wujud serigalanya, menerkam para Orc dengan ganas. Beberapa manusia serigala malah mengamuk.

🌙🌙🌙

Sharley menikam pedang, Orc di hadapannya terhuyung-huyung dengan perut bersimbah darah. Ia meraung, bersiap mementung Sharley sampai gepeng. Namun Asher lebih dulu menangkap baju si Orc, mengangkatnya, lantas dilempar sejauh tiga puluh meter. Si Orc berakhir dengan menghantam lereng.

The Eternal Country (1) : Lost In A Foreign Land (√)Where stories live. Discover now