20 - Sebuah Rahasia

1.8K 277 2
                                    

Sharley berjalan menyusuri koridor dengan malas. Cleon memiliki urusan dengan Aldrich dan Lamia dan dia tak diizinkan mengetahuinya. Urusan pribadi.

Sharley yang tak tahu apa yang akan dilakukannya akhirnya berjalan-jalan melihat Istana Noctis. Dia baru menyadari kalau istana ini dua kali lebih besar dibanding Istana Pusat Clexarius. Nuansanya pun seperti malam dengan cat biru dongker, tapi sama sekali tak menyurutkan kemegahan istana ini sendiri.

Gadis itu tak tahu kemana tujuannya melangkah. Hanya berjalan-jalan. Toh, kalau tersesat nanti, tinggal meminta salah satu prajurit yang berjaga untuk mengantarnya.

Dia melewati aula di sisi timur istana. Halaman istananya diisi dengan tempat latihan prajurit di sisi barat dan taman di sisi barat. Sharley memperhatikan prajurit-prajurit yang tengah berlatih disana. Mengayunkan pedang, menembakkan panah, melempar tombak, dan sebagainya. Sharley kagum dengan kelihaian mereka. Membandingkan dengan kemampuannya sendiri.

Atensinya tak sengaja menangkap sebuah bangunan berlantai dua yang tak jauh dari taman. Bangunan itu bergaya Victoria dengan cat keemasan. Ada dua prajurit yang berjaga di depan pintunya.

Sharley berjalan kesana kendati tak tahu bangunan apakah itu. Dua prajurit yang berjaga mempersilahkannya masuk tanpa dicek identitasnya atau yang lainnya. Karena semua prajurit istana sudah tahu bahwa dia, Cleon, dan Asher adalah tamu dari Kerajaan Mane –– rekaan belaka.

Saat memasuki bangunan, rak-rak buku menjulang tinggi langsung menyambutnya. Bau khas buku tercium di hidungnya. Puluhan rak memenuhi ruangan ini dengan buku-buku yang sudah dipisahkan berdasar jenisnya. Jendela setinggi lima meter berapa di ujung ruangan, dengan tirainya yang terbuka sehingga memancarkan sinar matahari. Di pojok, terdapat ruangan kecil yang Sharley tak tau menuju ke mana. Di salah satu sisinya tangga batu melingkar menuju lantai dua. Deretan meja-meja dan kursi-kursi berada di sisi satunya.

Perpustakaan kerajaan.

Sharley melihat-lihat buku sembari membukanya sekilas. Perpustakaan ini kosong, yang membuatnya sangat sepi. Hanya suara samar langkah kaki sepatunya lah yang terdengar. Sharley bersenandung pelan sembari membuka-buka buku yang asal diambilnya.

"Rak sejarah mana ya? Aku ingin tahu tentang Raja Rezvon itu," gumamnya.

Dia mencari-cari rak tersebut dengan melihat labelnya. Baru setengah ia mencari, atensinya tak sengaja menangkap sesuatu di meja dekat jendela. Terdapat tumpukan buku di sana, sebagian terbuka sebagian tertutup.

Namun, bukan itu yang menjadi fokus Sharley. Sosok di balik tumpukan buku itulah yang menjadi perhatiannya. Sosok itu tampak seperti tidur. Sharley mendekati meja tersebut pelan-pelan supaya tak membangunkannya.

Mata cokelatnya membulat saat mengetahui sosok itu.

Asher Adalvino.

Asher tengah tidur dengan memakai buku sebagai bantal. Wajahnya sangat damai, berbeda kalau sudah sadar, yaitu berubah menjadi dingin. Jendela di samping mejanya bertiup, memainkan helai-helai rambutnya. Anak rambut menutupi dahinya. Deru napasnya teratur, dia mendengkur pelan. Samar Sharley bisa melihat kantung mata di wajahnya.

"Dia tidak tidur, ya?" gumannya melihat kantung mata Asher pertanda kalau lelaki itu lelah atau kurang tidur.

Sharley memperhatikan wajah Asher lekat-lekat. Dia duduk di sampingnya lalu bertopang dagu. Tampan, batinnya.

Sedetik kemudian, Sharley menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku bicara apa sih?" Memang Asher sangatlah tampan. Semua anggota kerajaan cantik dan tampan, tetapi yang menyebalkan ialah sifat dingin Asher.

Detik berikutnya pipi Sharley memerah. Dia ingat betul perilaku Asher kemarin. Perilaku yang membuatnya lupa cara bernapas, yang membuatnya malu kemudian.

The Eternal Country (1) : Lost In A Foreign Land (√)Where stories live. Discover now