23 - Para Leluhur & Legenda Gunung Wintergrass

1.6K 264 3
                                    

"Silakan duduk."

Tanpa disuruh dua kali, Sharley, Cleon, dan Asher mengambil tempat duduk masing-masing. Di rumah Alister, tak ada sofa. Yang ada hanyalah kursi kayu berkaki tiga, rumahnya pun sederhana. Bau ramuan tercium pekat di hidung Sharley.

Saat mengalihkan pandangan, Sharley dapat melihat dua kuali berukuran sedang di pojok ruangan. Juga ada tumpukan kotak di meja. Walau rumah ini tergolong kecil, tapi nyaman dan bersih. Barang-barang ditata di tempat yang seharusnya, lantai bersih walau tak berkeramik, atapnya tak ada sarang laba-laba yang mampu membuat Sharley menjerit histeris.

"Jangan terlalu formal, panggil saja aku Alister," katanya. Sharley dan Asher mengangguk saja.

"Maaf kalau rumahnya sederhana begini, aku tak terlalu menyukai kemewahan," kata Alister sambil duduk di kursinya. Karena dia kurcaci, alhasil Sharley hanya bisa melihat kepala Alister. Sharley pikir ada bantal atau apalah yang ada di kursinya supaya ia bisa terlihat lebih tinggi, tapi usaha itu tak terlalu berhasil.

"Tentu. Aku mengerti. Kurcaci sepertimu biasanya digambarkan sebagai makhluk yang baik hati di kerajaan kami," jawab Cleon sambil tertawa renyah. Walaupun tak ada hubungannya dengan rumah sederhana dan kurcaci yang baik hati, Sharley tahu kalau Cleon cuma berniat untuk mencairkan suasana.

Bahasan Kristal Bulan Biru sangat sensitif. Makanya tak heran dia tegang, begitu juga dengan Cleon. Alister bahkan mengunci pintunya dan memastikan seluruh tirai jendela tertutup, supaya orang-orang menganggap dia masih mencari bahan ramuan. Saat ini, cahaya hanya datang dari ventilasi dan celah-celah tirai jendela, jadi bisa dibilang cahayanya remang-remang.

"Kalau boleh tahu, kalian ini berasal darimana?"

"Kerajaan Clexarius. Kita berbeda dimensi. Sepertinya, orang tua kami berasal darisini. Mungkin, itu akan kutanyakan nanti. Aku bahkan tak tahu kalau diriku penyihir dan manusia serigala sejak dulu," jelas Cleon. Alister mengangguk paham tanpa banyak bertanya.

Ia berganti memandang Sharley. Yang dipandangi hanya melirik ke sana-ke mari dengan bingung. "Apa ada yang salah dengan wajahku?" tanyanya.

Alister menggeleng. "Aku hanya kaget melihat anak Raja Rezvon disini. Hah, rasanya sudah lama sekali aku tak bertemu dengannya."

Mata Sharley membulat. Dia mendekatkan kursinya dengan Alister, sangat penasaran dengan sang ayah. "Kau mengenalnya?"

Alister tersenyum samar. "Tentu. Aku pernah bertemu dengannya, mungkin tak sampai lima kali. Raja Rezvon sangat luar biasa, dia hebat. Diantara para Mezcla, aku menganggapnya yang paling kuat."

Mulut Sharley terkantup. Ayahnya Mezcla yang hebat, tapi dia terkalahkan oleh orang asing yang bahkan tak diketahui namanya. Orang itu entah membunuh ayahnya atau tidak. Kabarnya Rezvon hanya menghilang. Lamia dan Aldrich pun tak percaya kalau dia sudah meninggal. Sharley mengikuti kepercayaan mereka.

Namun, bagaimana kalau ayahnya memang sudah meninggal? Dia bahkan tak tahu seperti apa wajah ayahnya, seperti apa wajah ibunya.

Sharley menggelengkan kepalanya. Dia sadar ini bukan waktunya memikirkan sang ayah, tapi dia sangat yakin kalau ayahnya masih hidup, di saat nyaris semua orang di Negeri Hyacintho percaya kalau Rezvon meninggal.

Sharley ingin bertemu ayahnya. Apa dia bisa?

"Apa kautahu tentang Ayahku?" tanyanya dengan meremas tangan. Matanya menunduk menatap meja, bibirnya pun digigit. Cleon memegang tangan Sharley, meremasnya. Seperti biasa, tangan Cleon hangat dan lembut. Sharley menyukainya; sosok Cleon yang selalu ada di sampingnya.

"Yah, Raja Rezvon itu sangat baik. Beliau juga tampan. Rambutnya berwarna cokelat dan memiliki mata ungu. Tubuhnya tinggi semampai dan gagah perkasa. Beliau sangat cocok menjadi raja, dan mampu membuat kerajaan sejahtera," jelas Alister sambil tersenyum, seolah mengingat Raja Rezvon di masa lalunya.

The Eternal Country (1) : Lost In A Foreign Land (√)Where stories live. Discover now