22 - Nama Sebutan Baru

1.7K 255 0
                                    

Asher tak berkutik saat dirinya tertangkap basah berada di desa Springflow tanpa pemberitahuan. Dia pikir takkan ada yang mengetahui dia menyelinap pergi. Namun nyatanya, siapa sangka saat menginjakkan kaki di desa ini, dia justru bertemu dengan Sharley dan Cleon.

Mereka bertiga saat ini berpandangan. Mata Sharley menyipit curiga dan kedua tangannya terlipat di depan dada, dan Cleon memandangnya dari atas sampai bawah. Dalam hati Asher mengutuk dirinya yang tak menyadari mereka mengikuti dirinya tadi.

"Apa yang kau lakukan disini, Pangeran?" Sharley bertanya sekali lagi. Asher diam tak menjawab, matanya menatap datar seperti biasa.

Sejenak Cleon melotot pada Sharley. "Tunggu, tadi kau bilang apa, Sharley? 'Kau' dan bukannya 'Anda'?"

Sharley menggaruk pipinya yang tak gatal. Mau tak mau dia memberi tahu tentang percakapannya dengan Asher kemarin di perpustakaan. Sharley melewati bagian awalnya. Saat Asher tidur, dan saat dia memandang sang pangeran. Dia hanya bercerita singkat.

Usai menceritakan, sudut bibir Cleon naik. Alisnya pun naik-turun, matanya jahil bergantian menatap Sharley dan Cleon. Sharley menggerutu dalam hati. Pupus sudah harapannya tentang Cleon yang tak menggodanya.

"Apa?" Asher bertanya dingin. Cleon langsung menggeleng. Dia ngeri dengan nada suara sang Pangeran, mungkin dia marah saat ini.

"Buat apa kalian di sini?" tanya Asher; melupakan kejadian tadi. Tangannya dikalungkan ke belakang, seperti seorang Raja yang bertindak bijaksana.

Sharley menyikut Cleon. Sembari memutarkan bola mata, Cleon menjelaskan. "Kami di sini ingin bertemu Alister. Pangeran sendiri, apa yang Pangeran lakukan di sini?"

"Aku .... " Asher bingung harus menjawab apa.

Sharley berkacak pinggang. "Apakah kaujuga mencari Alister, Pangeran? Kau mengetahui Kristal Bulan Biru dan mencari Alister." Dia menghela napasnya panjang sebelum melanjutkan perkataannya.

Niat Asher ke sini sudah sangat terbaca oleh Sharley. Memangnya apalagi yang dilakukannya disini kalau bukan mencari Alister?

Asher menyipitkan matanya pada Sharley. Sharley geser mendekat pada Cleon. Jantungnya bergejolak, dia berpikir kalau Alsher akan memarahinya.

"Kau! Jangan-jangan kaubercerita pada Ratu Lamia tentang kristal itu?"

Sharley nyengir walaupun jantungnya bergejolak ketakutan.

"Aku 'kan penasaran, Pangeran," jawabnya tanpa dosa. Cengirannya makin lebar, hanya untuk menunjukkan bahwa dia tak takut. Cleon menggeser tubuh Sharley sampai gadis itu berada di belakangnya. Dia berniat melindungi Sharley dari Asher yang mungkin saja akan memarahi Sharley.

"Sharley tak bersalah, Pangeran. Kita tidak usah membuang waktu disini, lebih baik kita segera ke rumah Alister. Tujuan Anda ke desa itu 'kan?" selanya.

Mau tak mau, Asher mengangguk. Lagipula tak ada gunanya berbohong, dia sudah tertangkap basah. Lebih baik mengikuti mereka saja.

"Nah kalau begitu, ayo kita pergi. Ratu Lamia hanya memberikan kami waktu sampai petang, jadi kita harus menemui Alister secepatnya," tutur Cleon. Asher memutar bola matanya malas.

Setelah mengikat Pegasus ke pohon terdekat, mereka pun berjalan menyusuri desa. Beberapa orang menyapa mereka, Sharley dan Cleon yang memang sama-sama ramah membalas. Berbeda dengan Asher yang sepanjang perjalanan diam dengan pandangan lurus ke depan.

Akhirnya mereka sampai di depan rumah Alister. Rumah tersebut sepi, tak ada siapapun disana. Dipan yang berada di depan rumah pun kosong, biasanya disanalah para pasien Alister menunggu. Pintu rumah yang agak lapuk tertutup rapat. Ada lonceng di depan pintunya, kemungkinan lonceng itu dibunyikan saat ada seseorang yang datang.

The Eternal Country (1) : Lost In A Foreign Land (√)Where stories live. Discover now