35 - Dua Opsi

1.2K 227 5
                                    

Elora dan Sharley berlarian di rumah. Begitu sampai di depan rumah, Sharley memakukan langkahnya di samping Asher. Pangeran itu hanya menoleh sekilas, lantas kembali fokus pada Undead. Elora telah berubah menjadi serigala sejak mereka berlarian di lorong, serigala kelabu yang cantik, pikir Sharley.

Kaki Sharley gemetar saat melihat Undead yang kira-kira berdiri lima belas meter darinya. Undead itu memiliki wajah yang hanya terbentuk dari tengkorak tapi berwarna kelabu. Matanya berwarna merah dengan tepi hitam. Tubuhnya memiliki kulit berwarna kelabu tipis yang membuat tulang-tulangnya menonjol dan barangkali bisa merusak kulitnya sendiri. Tingginya kurang lebih dua setengah meter, dengan balutan jubah hitam rombeng.

Saat membuka mulut, Sharley menahan rasa ngerinya. Undead itu bergerak kaku, dan membuat tulang-tulangnya berkeletak. "Halo, Larrence," katanya dengan suara rendah. Cahaya hitam keluar dari mulutnya saat dia berbicara.

"Deante," balas Larrence. Bahunya bergerak dengan tegang, mata serigalanya berkilat mematikan walau saat ini ia tidak dalam wujud serigala.

"Sudah lama tidak bertemu, bukan begitu?" tanya Deante. Larrence berdecih. "Menurutmu saja yang begitu. Aku takkan membiarkanmu mengambil kekuatan kami, atau bahkan membunuh kami."

Deante terkekeh yang menurut Sharley mengerikan. "Begitukah? Haruskah kita mengingat saat terakhir kita bertarung? Ada tiga anak buahmu yang mati di tanganku setelah aku mengambil kekuatan mereka. Benar Larrence, untuk apa hanya mengambil kekuatan kalau bisa membunuh? Sepertinya akan lebih menarik jika aku menggabungkan kedua opsi."

Gerakan serigala terdengar menjadi lantang. Kilatan marah di mata mereka tergambar dengan jelas. Sharley bisa merasakan kesedihan mereka, saat mereka kehilangan tiga orang akibat dibunuh Deante. Dengan gentar Sharley menatap Deante tepat di matanya, lantas merasakan bulu kuduknya yang seketika meremang.

"Nah, sekarang mari kita lihat seberapa lama kalian bertahan." Deante mengangkat tangannya, darisana muncullah puluhan benda runcing. Bentuknya berupa batu dengan kilau merah dan dengan tingkat keruncingan setara pisau.

Benda runcing itu melesat ke arah kawanan serigala yang berada di barisan terdepan. Mereka melolong keras sambil menerjang diantara batu. Werewolf yang berwujud manusia melesat ke depan, menebas batu tajam dengan senjata mereka. Zephran ada di sana, dan didekatnya ada Elora.

Cleon yang telah berwujud serigala kini ada diantara para serigala yang maju ke Deante. Asher sibuk menegaskan pedangnya, gerakannya lincah seperti biasa. Di sampingnya, Cliff menebaskan pedang yang kelihatan jauh lebih berat dibanding milik Asher.

Larrence merangsek maju dengan wujud serigala. Ia beberapa kali melompati batu runcing, melolong ke langit, lantas berlari lagi. Deante terus melepaskan batu runcing, menghujani langit dengan benda tersebut. Ia tertawa beberapa kali.

Sejauh ini, belum ada serigala yang berhasil mencapai ke sana. Kebanyakan dari mereka tertahan karena batu runcing, bahkan telah ada dua serigala yang tubuhnya tertancap batu. Cahaya hitam keunguan menguar dari tubuh mereka, disusul dengan lolongan kesakitan. Ketika mereka berubah menjadi manusia, tubuh mereka seperti cermin pecah. Cahaya keunguan mengalir disepanjang otot mereka, membuat perut Sharley melilit.

Cleon ternyata sampai lebih dulu. Pemuda berwujud serigala itu melompat ke Deante, hendak menerkamnya. Namun ketika Cleon baru setengah melompat, tangan cakar hitam tiba-tiba muncul. Cakar-cakar itu menghempaskan Cleon hingga menabrak pepohonan. Mereka merobek kulit Cleon, tapi serigala itu dengan gesit menghindar dan ganti menerkam tangan bercakar.

Larrence datang tak lama kemudian. Ia lincah berkelit di antara cakar yang berusaha meraihnya. Ketika Larrence cukup dekat dengan Deante, ia berubah menjadi manusia. Ia menarik belati dari pinggangnya, lantas menancapkan belati tersebut di kaki Deante.

The Eternal Country (1) : Lost In A Foreign Land (√)Where stories live. Discover now