26 - Kaum Terendah

1.4K 236 0
                                    

"Saya ingin beli kue ini, harganya berapa?" tanya Sharley pada pelayan toko kue dengan menunjuk kue berbentuk kepala kucing dengan taburan keju dan krim biru. Sharley tak tahu kue itu apa, tapi dari tampilannya sudah menggodanya.

Pelayan itu menyebutkan harganya, dan Sharley pun mengeluarkan dua lembar uang dari sakunya. Uang yang didapat dari Aldrich jika dia berjalan-jalan di kota. Uangnya lumayan banyak, jadi bisa dimanfaatkan Sharley untuk membeli beberapa makanan yang dijadikan perbekalan nanti.

Hari sudah siang. Matahari telah berada tepat di atas kepala. Namun suhu udara justru bertambah dingin. Kicauan burung-burung terdengar dari kejauhan, membentuk nada bersambung yang belum pernah Sharley dengar.

Gadis itu melangkahkan kakinya keluar dari toko dengan membawa dua kantong paperbag. Kue tadi ingin diberikannya pada Cleon, sebagai tanda permintaan maaf. Pemuda itu sendiri juga masih tak mengacuhkan Sharley. Sharley belum melihat batang hidungnya sejak pagi.

Di luar toko, bersandarlah seorang lelaki yang terbalut mantel biru dan syal. Lelaki itu bersandar pada dinding sambil memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang. Sebuah kantung kertas berukuran sedang tergantung di tangannya.

Sharley tersenyum lalu mendekatinya. Akhir-akhir ini hubungannya dengan lelaki itu bertambah baik, setidaknya tatapan permusuhan perlahan menghilang, begitu juga dengan ketakutannya. Walaupun terkadang dia membuatnya kesal.

"Hei, Pangeran," sapa Sharley.

Asher menoleh sebentar lantas berdiri tegak. Sebelah tangan tersarung di sakunya. "Sudah selesai?"

Sharley mengangkat kedua kantong kertas di tangannya. "Sudah. Tinggal dimasukkan ke ransel."

Asher menatap satu kantong yang berlebel nama toko kue tadi. Asher menunggu di depan toko tapi dia tak tahu kue apa yang mau dibeli, pun tak paham kenapa Sharley perlu repot-repot membeli kue untuk perbekalan.

"Kenapa kau membeli kue?"

"Memangnya tak boleh?" Sharley menaikkan alisnya.

Asher mengangkat bahu. "Tidak juga, tapi saat ini kita mau berpetualang, bukannya mau piknik." Asher melangkahkan kakinya, meninggalkan Sharley yang cemberut di belakangnya.

Sharley buru-buru menyejari langkah Asher yang lebar-lebar sambil merutuki dirinya yang pendek. "Kue ini bukan untuk perbekalan," sahutnya.

Asher memasang tampang acuh tak acuh,tapi tetap bertanya. "Lalu untuk apa?"

"Untuk Cleon."

Di tengah-tengah keramaian, Sharley sebisa mungkin menghindari tabrakan bahu dengan orang lain. Mereka berjalan di pinggir jalan yang dilewati kereta kerbau dan beberapa kereta kuda. Walaupun suhu dingin karena besok salju pertama turun, tapi keramaian tak surut. Sharley harus pintar menyelinap diantara bahu-bahu lebar atau dia akan ketinggalan Asher.

"Ah, kauingin mengajukan minta maaf," tebak Asher. Sharley nyengir lebar dan mengangguk layaknya anak kecil.

"Apakah dia belum keluar dari kamar sama sekali?" tanya Asher setelah mereka memasuki gang lebar di tepi jalan.

"Belum. Aku jadi khawatir dengannya, bagaimana kalau dia belum makan?" Sharley memikirkan Cleon yang mengurung diri di kamar dan hanya menghabiskan waktunya dengan rebahan tanpa makan sama sekali.

"Bukankah dia membawa beberapa makanan dari istana? Kalau tidak, ransel sebesar itu isinya apa?"

"Eh, aku tak tahu, Pangeran. Dia tak memberitahu, tapi barangkali isinya memang penuh makanan." Sharley menggaruk pipinya canggung. Dia tak sempat bertanya isi ransel Cleon karena saat itu mereka buru-buru.

The Eternal Country (1) : Lost In A Foreign Land (√)Where stories live. Discover now