WIR 23

81 10 1
                                    

Ahn Hee Yeon

Sejak tadi aku menghentakkan kaki tanpa henti. Aku merasa sangat malu saat ini. Seharusnya aku tidak perlu datang menemui Hyun Sik. Aku bahkan sudah menjatuhkan harga diriku sendiri.

"Geumanhae. Kau bisa membangunkan seluruh penghuni di gedung ini," Young In berusaha menghentikanku.

"Kau tidak tahu bagaimana malunya aku saat ini. Sikapnya sangat dingin, kau tau? Aku saja bahkan gemetaran saat berbicara padanya," kataku kembali menghentakkan kaki.

Young In menjitak kepalaku. Akh! Berani sekali dia menyentuh kepalaku!

"YA!!" teriakku.

"Jangan bertingkah seperti anak kecil. Kau itu sudah terlalu tua untuk melakukan itu, huh?" katanya.

Apa dia melupakan kejadian itu? Dia bahkan lebih bertingkah seperti anak kecil dibandingkan aku. Menangis tanpa henti, mengurung diri. Apa itu tindakan yang normal?

"Bagaimana selanjutnya?" tanyanya.

"Mwo?"

"Acara bulan depan. Kau mau mundur juga?"

Aku diam. Apa aku harus mundur juga seperti Hyun Sik? Aku tidak pandai bermain piano, aku juga bukan pianis seperti peserta lainnya. Ada banyak alasan untukku mengundurkan diri, tapi kenapa rasanya aku ingin sekali tampil di sana.

"Molla. Young In-ah, ada sesuatu yang aneh saat aku bertemu dengan Hyun Sik," ujarku.

"Apa itu? Apa dia terlihat seperti bukan manusia? Atau dia memiliki taring yang panjang?"

Aku sedang tidak bercanda. Apa dia tidak melihat wajah seriusku?

"Ani. Ya, kau pernah mengalami de javu?" tanyaku.

"Ani. Aku tidak percaya akan hal semacam itu."

"Saat aku bertemu Hyun Sik, aku seperti mengalami de javu. Aku merasa pernah bertemu dengannya dan kami seperti pernah berbicara dengan akrab sebelumnya. Isanghae," jelasku.

Young In tertawa dengan terbahak-bahak. Dia bahkan menggelengkan kepalanya seperti mengolokku.

"Jinjjayo!" kataku dengan penuh keyakinan.

"Kau terlalu lelah bekerja, Hee Yeon-ah. Lebih baik kau meminta waktu libur setidaknya satu minggu."

Dia menganggapku gila? Aigo! Susah sekali berbicara dengan manusia purba ini. Semua hal tidak pernah dia percaya.

"Jeongmal. Aku benar-benar seperti mengalami de javu."

"Arraseo arraseo."

Aku tidak mungkin salah. Memang tidak mudah dipercaya, akupun tidak percaya, tapi perasaanku tidak mengatakan demikian. sebetulnya apa yang sedang aku alami saat ini? Setelah kecelakaan itu keanehan terus terjadi dalam hidupku.

"Apa dia tidak benar-benar merelakan hatinya untukku?"

•••

Lee Chang Sub

Sarapan pagi sudah tersedia di atas meja. Apa pagi ini akan ada pesta? Makanan pagi ini juga seperti tidak biasanya. Suasana hati Eun Kwang pasti sedang baik. Inilah keuntungan mempunyai teman seorang koki yang hebat. Tidak perlu membeli makanan di restoran, membuat makanan sendiri saja di rumah sudah seperti makan di restoran.

"Kau memasaknya, hyung?" Hyun Sik datang entah dari mana. Aku menggelengkan kepalaku. Jika aku yang memasak semua ini, maka seharusnya aku sudah bangun jam 6 pagi.

비가 내리면 || When It RainsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang