WIR 26

96 7 1
                                    

Yook Sung Jae

Aku tidak bisa berhenti memikirkan teman-temanku. Sudah terhitung 2 hari aku tidak pulang ke rumah. Mereka pasti sedang sibuk mencariku. Bukankah yang aku lakukan sudah cukup membuat mereka membenciku?

Young Jae sangat asik membaca koran yang disediakan di restoran ini. Dia memaksaku untuk makan bersamanya. Sekalipun dia tidak pernah tidak memaksaku.

"Apa yang kau lihat?" Dia menoleh dan menatapku.

"Geunyang..."

Young Jae meletakkan korannya. Makanan yang sudah dipesan sejak tadi belum juga datang. Tempat ini sangat ramai, sehingga pesanan akan sedikit lama.

"Bagaimana pekerjaanmu? Apa bawahanmu bersikap baik?" tanyanya.

"Tidak ada masalah. Mereka semua bekerja lebih baik dari kepala divisinya," jelasku.

Dia tertawa. Ani. Lebih mirip terlihat seperti mengejekku.

"Sekitar 6 bulan ke depan kau bisa menggantikan posisiku," ujarnya.

"Mwo? Apa yang kau maksud?"

"Kau tidak tahu beritanya? Posisiku sudah berakhir. Appa menyuruhku untuk berhenti menjadi direktur dan kau memimpinnya," jelasnya.

Berita macam apa ini? Sejak awal tidak ada kesepakatan seperti ini. Young Jae tidak sekalipun membicarakan masalah ini.

"Kau menipuku? Ya, sejak awal kau tidak membicarakan masalah ini. Aku tidak akan pernah menggantikanmu," tolakku.

"Sung Jae-ah, kau pikir aku mau memberikan posisiku padamu? Kau bahkan tahu sejak awal aku mengincar kursi direktur. Keundae, siapa yang bisa melawan Appa? Kau mau melawannya? Silahkan. Tenagamu akan sia-sia."

"Kenapa kau tidak membujuknya? Kau bahkan penjilat yang baik selama ini," ujarku.

Young Jae tertawa lagi. "Penjilat pun akan berpikir siapa yang akan dia jilat."

Benar-benar buruk. Menjadi direktur di dalam perusahaan neraka sama sekali tidak membuatku bangga. Menjadi karyawan di dalam perusahaan ini saja sudah membuatku malu, apalagi menjadi pemimpin?

"Lalu bagaimana denganmu?" tanyaku.

"Mungkin aku akan bekerja di Jepang. Lagipula sebentar lagi waktu militerku akan datang."

Tidak ada yang bisa aku katakan lagi. Semua masalah semakin menumpuk di kepalaku. Masuk ke dalam perusahaan ini saja sudah cukup menambah beban hidupku.

Makanan yang ada di meja sudah tidak menarik. Selera makanku sudah hilang entah kemana. Yang ingin aku lakukan saat ini hanya merenung dan merenung.

"Makanlah. Kau tidak akan bisa berperang dengan Appa tanpa tenaga," ujarnya.

"Ya, kau benar-benar tidak bekerjasama dengan Appa?" tanyaku. Tidak pernah sedikitpun aku percaya pada manusia licik ini.

"Simpulkan sendiri. Menurutmu apa untungnya untukku dalam keadaan ini? Aku seperti orang yang terbuang setelah membesarkan perusahaan selama 3 tahun lebih."

Benar juga. Jika dia bekerjasama dengan Appa, maka dia tidak mungkin dirugikan.

Entahlah. Aku tidak dapat berpikir dengan jernih. Semakin aku pikirkan, maka semakin terasa rumit untukku.

•••


Im Hyun Sik

비가 내리면 || When It RainsWhere stories live. Discover now