WIR 05

157 23 0
                                    

Ahn Hee Yeon

Kalian tau apa yang paling sulit di negara ini? Tentunya bertahan hidup ketika musim dingin tiba. Keperluan semakin bertambah saat musim dingin. Itulah mengapa aku sedikit membenci musim dingin karena itu akan mengancam nyawaku.

Setiap hari yang ku lakukan hanya bermain, bermain, dan bermain. Aku bukan orang kaya ataupun Chaebol. Appa hanya bekerja menjual ikan sedangkan Eomma menjadi buruh.

Piano adalah teman sejatiku. Aku bahkan lebih sering tidur bersama piano ketimbang bersama kasurku. Piano sudah seperti separuh jiwaku.

"Apa yang mau kau lakukan, huh? Tidak bisakah kau berhenti bermain-main?"

Lagi-lagi Eomma memakiku di pagi hari. Aku bahkan sedang berusaha mencari pekerjaan, tapi waktunya memang belum tepat.

"Aku mendapat tawaran pekerjaan," jawabku asal.

"Mwo?"

Aku berpikir sejenak. Tentunya itu hanya alasan saja agar aku bisa keluar dari rumah. Aku bukan hewan peliharaan, jadi tidak perlu mengurungku.

"Bermain piano dengan Young In," kataku asal. Eomma memukul kepalaku dengan tangannya.

"Terus saja berbohong! Cepat pergi dan jangan pulang sebelum mendapat pekerjaan, huh!"

Aku keluar dari rumah. Apa yang aku kerjakan? Bekerja paruh waktu saja tidak dapat aku lakukan. Memang seluruh pekerjaan tidak mau berdamai denganku.

"Young In-ah!" aku melambaikan tanganku.

Terlihat seorang wanita yang sedang bersama Young In. Wanita itu tampak menatapku dengan tidak suka.

"Nuguya?" tanyaku. Young In menatap seseorang di sebelahnya sekilas.

"Yeojachingu," jawabnya dengan berbisik.

"Jinjja? Aigo! Dia sangat cantik," ujarku.

Young In adalah teman kecilku. Kami tumbuh bersama-sama. Dia yang membuatku suka bermain piano dan alat musik lainnya.

"Ada apa?" tanyanya. Tadinya aku ingin mengajaknya bermain piano, tetapi sepertinya dia sedang sibuk dengan pacar barunya.

"Aniyo. Pergilah," kataku.

Young In melambaikan tangannya. Kekasihnya itu sepertinya tidak suka melihatku. Dia terlihat tidak nyaman saat aku berbicara dengan Young In.

Lalu aku harus apa sekarang? Eomma sudah mengancam tidak membolehkan aku pulang sebelum mendapatkan pekerjaan. Haruskah aku menjadi pengamen agar mendapatkan uang? Aigo!

Hidupku seperti tidak ada gunanya. Yang ku lakukan hanya tidur, makan, tidur, dan makan lagi. Usiaku sudah 22 tahun, tapi yang ku lakukan seperti remaja yang berusia 18 tahun.

Tidak ada satu pun toko yang butuh karyawan. Aku sudah berjalan dari satu toko ke toko lainnya. Apa mereka semua sudah memiliki karyawan yang banyak? Apa sebanyak itukah pekerja di Seoul.

Sebuah toko menarik perhatianku. Mataku tertarik untuk melihat apa isi di dalamnya. Wah, daebak! Ternyata ini toko pakaian untuk orang kaya. Pakaian yang terpajang di balik kaca sangat cantik. Aku ingin membeli pakaian seperti ini suatu hari nanti.

"Ada yang bisa saya bantu?"

Aku terkejut kala seseorang menghampiriku. Sepertinya dia pegawai di toko ini. Apa dia mengira aku akan membeli? Tentu saja aku tidak akan sanggup membeli pakaian termurah di sini.

"Aniyo. Aku hanya melihat saja," kataku dengan sopan.

"Kami baru saja mengeluarkan pakaian model terbaru. Untuk hari ini ada diskon sebesar 20%. Silahkan lihat di dalam," katanya kemudian.

Aku membulatkan mataku. Berbicara dengan diskon, aku adalah ahlinya. Akan sangat menyenangkan membeli apapun dari barang diskonan. Tetapi melihat isi di dalam toko ini membuatku mengurungkan niat. Semurah apapun harga yang mereka keluarkan itu tidak akan cukup bagiku. Uang untuk makan aja terkadang kekurangan.

"Aniyo. Kamshamnida." aku menundukkan kepala dan segera pergi dari sana.

Seandainya aku lahir dari keluarga kaya raya, mungkin aku tidak perlu susah untuk mengeluarkan uang. Aku bebas pergi ke luar negeri, makan di tempat yang enak, belanja sesuka hati. Hanya membayangkannya saja sudah membuatku senang.

"Agassi!"

Aku menoleh begitu seseorang memanggil namaku. Aku menunjuk diriku sendiri.

"Nuguya?" tanyaku.

"Cheo, Park Cho Rong. Aku pemilik toko di sana," ujarnya.

"Ah, mianheyo. Aku benar-benar tidak ingin membeli. Bukan karena pakaiannya tidak bagus tetapi aku tidak punya banyak uang untuk membelinya," ujarku menjelaskan.

Wanita itu tertawa sejenak. Aku pikir dia akan memakiku atau memarahiku.

"Aniyo. Aku ingin menawarkan pekerjaan."

"Ne?!"

•••

Kim Nam Joo

Aku pikir mempunyai pacar kaya akan menyusahkan, tetapi nyatanya tidak begitu. Aku bisa dengan mudah mendapatkan apa yang aku inginkan. Tidak perlu bekerja dari pagi sampai malam seperti kebanyakan orang.

Setelah putus dengan Sung Jae, aku merasa jauh lebih baik. Aku tau Sung Jae merupakan mantanku yang paling baik dan sangat menghargai seorang wanita, tetapi bukan itu yang aku butuhkan. Aku membutuhkan uang, bukan kasih sayang.

Kini aku bersama dengan Young In. Jung Young In seorang karyawan di sebuah perusahaan IT. Dia katakan perusahaan tempatnya bekerja sangat berpengaruh terhadap Korea Selatan. Tentunya itu perusahaan yang baik dan menghasilkan uang yang banyak.

Aku mengenal Young In dari temanku. Dia mempunyai paras yang tampan, tinggi, putih, bersih, dan tentunya mempunyai uang. Aku sudah mengenalnya satu minggu ini dan hubungan kami berjalan dengan baik.

Young In membawaku ke restoran. Ini waktunya makan siang. Setelah makan dia katakan harus pergi bekerja.

"Kau tidak suka?" tanyanya. Aku menggeleng cepat. Bagaimana mungkin aku tidak suka dengan restoran mewah seperti ini.

"Aniyo. Ini tempat yang bagus," kataku.

Aku benar-benar beruntung mendapatkan Young In. Hubungan kami sepertinya akan bertahan lama. Aku sudah bisa membayangkan akan mendapatkan apa darinya.

Young In merogok sakunya dan memberikanku kotak besar bewarna merah. Aku tidak menyangka dia akan membelikan berlian secepat ini. Benar-benar menguntungkan.

"Mwoa ige?" tanyaku. Young In memberikan isyarat agar aku membukanya sendiri.

Secara perlahan, aku membukanya. Apa ini cincin? Kalung? Atau bahkan gelang? Aku rasa isi di dalamnya sangat mahal.

Mataku hampir saja lepas dari tempatnya. Bagaimana mungkin aku mendapatkan ketiganya sekaligus? Ini tidak pernah terjadi dalam hidupku. Barang-barang berlian ini aku dapatkan dalam satu minggu.

"Yong In-ah, ini semua untukku?" tanyaku tidak menyangka.

"Tentu saja. Apa ada yang ingin kau miliki lagi?" tanyanya.

Untuk saat ini mungkin belum. Aku akan bertahan dengannya dalam waktu yang lama. Dia mungkin akan membelikanku apartement jika usia hubungan kami menginjak bulan.

"Aniyo. Ini sangat banyak," kataku.

"Katakan apa yang kau inginkan, huh?" aku mengangguk.

Young In luar biasa. Aku sangat penasaran seberapa besar gaji yang dia dapatkan dari perusahaan besar itu? Jika saja aku bekerja di sana, mungkin aku akan mendekati anak pemilik perusahaan tersebut. Dengan begitu aku bisa menjadi orang kaya sungguhan.

•••

비가 내리면 || When It RainsWhere stories live. Discover now