WIR 09

188 16 4
                                    

Ahn Hee Yeon

Aku pikir bekerja adalah sesuatu yang mengerikan. Ternyata aku masih bisa bersantai walaupun saat bekerja. Aku beruntung memiliki bos seperti Cho Rong. Dia tidak berperilaku seperti bos, melainkan seperti kakak perempuan.

Saat aku sedang menata pakaian yang tergantung, aku melihat seseorang tengah berbicara dengan Cho Rong di depan kasir. Sepertinya pria itu temannya Cho Rong karena mereka tampak akrab.

Entah kenapa aku penasaran dengan orang itu. Aku terus memperhatikannya. Dia memunggungiku sehingga aku tidak bisa melihat wajahnya.

"Nuguya? Kenapa perasaanku aneh begini?"

Pria itu keluar dari butik. Dia lewat di depanku. Aku dapat melihat wajahnya walaupun dari samping. Aku yakin tidak mengenalnya, tetapi kenapa aku merasa dekat dengannya?

Lagi-lagi aku merasa aneh. Beberapa kali aku sempat merasakan hal seperti ini. Terutama saat bermain piano. Ya! Persis sekali seperti saat aku bermain piano.

"Hee Yeon-ssi."

Aku tersentak kaget begitu Cho Rong memanggilku tiba-tiba. Apa aku baru saja melamun?

"Wae geurae? Kau menangis?" tanyanya.

Menangis? Aku mengusap pipiku yang basah. Ya, kenapa aku menangis? Aku sendiri tidak tau kenapa aku bisa menangis seperti ini.

"Ah, aniyo. Mataku terkena debu barusan," ujarku mengelak. Aku segera menghapus air mataku.

"Kau bisa pulang sekarang. Hari ini aku tutup cepat," ujarnya. Aku mengangguk. Setelah membersihkan semuanya aku bisa pulang.

"Ah, eonni, bisa aku bertanya?" tanyaku.

"Ne?"

"Pria yang barusan datang, apa dia temanmu?" tanyaku ragu-ragu.

"Ne. Dia temanku. Waeyo?"

"Ani."

"Dia sedang kesulitan. Aku ingin membantunya tapi dia menolak," ujarnya bercerita.

"Memang ada masalah apa?" tanyaku.

"Restorannya terbakar. Mereka hanya mempunyai penghasilan dari sana."

Kasihan sekali orang itu. Perasaanku aneh sekali. Seolah-olah sesuatu dalam diriku menangis saat melihatnya tadi. Apa aku pernah bertemu dengannya?

Setelah berpamitan, aku pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan tidak henti-hentinya aku memikirkan pria itu. Siapa dia sebenarnya? Kenapa aku bisa sampai menangis melihat orang yang tidak aku kenal.

"Hee Yeon-ah!" aku menoleh begitu seseorang memanggilku dengan kencang.

Young In melambaikan tangannya. Sepertinya dia baru pulang kerja. Pakaiannya masih formal dan kartu identitasnya masih melekat.

"Sudah selesai bekerja? Bagaimana di hari pertama bekerja?" tanya Young In tampak antusias.

"Aku tidak salah bekerja di sana. Kau tau, bosku pun memberikanku makan siang serta istirahat. Aku pikir bekerja itu mengerikan," jawabku.

"Baguslah. Kau mau makan? Aku belum makan," ujarnya. Aku mengangguk setuju.

Young In kali ini mentraktirku makan di kedai sederhana. Walaupun gajinya terbilang besar, tetapi dia selalu bersikap sederhana. Hanya saja ketika ada pacarnya, dia seakan-akan menampakkan kekayaannya.

"Wae geurae? Kau tampak murung," tanyaku. Young In menghembuskan nafas lelah. Apa dia bosan bekerja?

"Apa menurutmu aku cocok dengan Nam Joo?" tanyanya. Kenapa dia bertanya begitu?

비가 내리면 || When It Rainsحيث تعيش القصص. اكتشف الآن